Aku merapihkan make up tipis ku, ku ulas lip glos transparan pada bibir mungil ku. Kini semua sudah siap, aku langkahkan kaki ku menuju halaman rumah kos ku, disana sudah terparkir taksi yang sengaja ku pesan setengah jam sebelumnya.
"Ayo jalan, Pak!" printah ku pada pengebudi yang usianya sekitar empat puluh tahun tersebut.
"Baik Mbak." ucapnya.
Taksi tersebut mulai menjauh meninggalkan kosan ku. Ku arahkan pandangan ku menatap Ibu kota yang akan ku tinggalkan semntara waktu. Entah mengapa hati ini enggan untuk pergi, ada apa dengan ku? Ku pejamkan mata, menghirup udara sedalam yang ku inginkan, terasa sesak beban yang ku rasa, hati ku nyeri, ku sadar nyeri itu di sebabkan oleh cinta rahasia ku, Bang Ardy. Ku pegang dada ku,ya, sesak di sana.
Tuhan, aku pergi sebentar meninggalkan kota tempat cinta ku bermekaran. Jika nanti aku kembali, ku mohon beri aku kebranian untuk menjauh atau mengungkapkan cinta ku padanya.
Air mata ku jatuh perlahan, tak tahan menyimpan perasaan yang entah kapan akan terungkap.
###
Setasiun gambir pagi itu tak terlalu ramai, aktivitas masih biasa saja. Aku menaiki anak tangga satu persatu menuju lantai dua.
"Rena.. " sebuah suara yang ku kenal memanggil nama ku.
"Hai, loh ngapain di sini?" tanya ku. Aku tak menyangka Bang Ardi ada di stasiun ini, entah apa yang dia lakukan di sini?
"Aku sengaja datang kesini untuk mengantar mu."
'Hah?? "
"Boleh kan sebagai teman aku mengantarmu? Sekalipun kamu menolak ku, aku akan tetap datang."
"Tapi buat apa Bang? "
"Ren, kamu pasti balik lagi kan kesini?"
"Memangnya kenapa?"
"Ada yang ingin ku katakan pada mu. "
"Tentang?"
"Nanti, akan ku katakan nanti saat kamu kembali."
Tanpa ku jawab Bang Ardi membalikan badannya dan meninggalkan ku yang terpaku menatap punggunggungnya sampai tak terlihat lagi oleh mata ku.
"Ada apa dengannya? Apa yang ingin dia bicarakan dengan ku?" batin ku terus saja bertanya tanpa ku tau apa jawabnya.
Kini kereta Gaya Baru membawa ku ke solo, ke kampung halaman ku, aku pulang melepas rundu dengan kedua orangtua ku. Perjalanan panjang membuat aku terkantuk, tapi sedikitpun mata ku enggan terpejam, aku masih memikirkan Bang Ardi, pangeran rahasia ku, ada apa dengannya? Apa yang ingin dia bicarakan pada ku?. Diam-diam aku menghitung masa cuti ku, dan ada tujuh hari waktu ku di solo, ahh rasanya mengapa waktu sangat lambat berlalu? Aneh, kaku ku melym menapak di solo tapi aku ingin segera kembali ke jakarta, aku ingin mendengarkan Bang Ardy bicara pada ku, kabar apa yang akan di sampaikannya pada ku? Aku penasaran. Mungkinkah dia akan membritahukan tanggal pernikahannya? Ohh.. Tuhan semoga saja bukan itu yang akan ku dengar nanti.
###
Kaki ku menapak di stasiun solo, dari jauh ku lihat sosok pria paruh baya yang biasa ku sapa "Papa". Aku menghampirinya, menggenggam tanganya dan ku cium punggung tangannya dan berkata "Assalammualaikum Pa, Rena pulang. "
"Waalaikumsalam, anak Papa. Mari kita pulang, Mama mu sudah menunggu di rumah."
Aku rindu sekali dengan keluarga ku,rindu dengan orang tua ku, rindu dengan masakan Mama yang selalu pas di lidah ku, Rindu dengan kamar ku, dan rindu dengan masa kecil ku.
Terkadang aku ingin kembali menjadi anak kecil, dengan begitu aku tak akan mengenal Bang Ardi, tak akan merasakan jatuh cinta diam-diam dan tak akan merasakan sakitnya hati ini memendam cinta yang begitu besarnya, dan terlebih kini ku harus pendam rindu ku, karna aku berada jauh dari jakarta dan juga dari Bang Ardy.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENUNGGU CINTAMU (Sudah Terbit)
Fantasíamenikah dengan mu tak semudah dan seindah yang ku bayangkan. tubuh mu memang ku miliki, tapi tidak hati mu. tiap malam kau mencumbu ku, tapi bukan nama ku yang kau sebut, sebegitu cinta kah engkau kepadanya? Lalu siapa aku di mata mu?. Lihatlah aku...