3.2 Hyukoh - Ohio

40 5 0
                                    

Sendal jepit berwarna kuning, suara jangkrik, dan bau pantai. Kombinasi ketiganya menguasai salah satu sudut memoriku. Sesuatu yang tidak pernah teringat jelas, tapi juga tidak pernah terlupakan secara tegas. 

Ada langkah-langkah dua pasang kaki di pesisir. Perasaan yang tersimpan adalah rasa ketidakjelasan, ketidakutuhan, ketidaktahuan. Seperti melihat biru laut mencium biru langit dan tidak tahu batasnya dimana. 

Wajahnya saat itu samar-samar terlihat, aku tidak ingat. Hanya genggaman tangan, tangisan, dan mendungnya awan. Aku ingat rasa sakitnya bersamaan dengan ingatan akan batu karang berlumut yang semakin sore semakin terendam air laut.

Sebuah perjalanan untuk merayakan tahun baru, yang tidak aku ingat tahun berapa. Saat itu keduanya dari kita tidak ada yang sadar apa yang sebenarnya kita kejar, di sana kita hanya menambahkan cuka pada bekas luka yang masih membuka. Memerihkan pedih. Tapi, pura-pura tidak peduli.

Tidak ada yang senaif kita dalam menghadapi sedu. Tidak ada yang sepolos kita menangani sayang. Kita diam, tidak berani melangkah. Kita sama satu dengan yang lainnya, bahwa kita sedang tersiksa. Aku paham benar bahwa kita berdua sebenarnya sadar, tapi tidak ada yang berani duluan bersandar.

Jiwa kita berkeras ingin berdiri sendiri. Walaupun tidak kokoh dan tidak tegar. Kita berbagi tempat, tapi tidak benar-benar berbagi duka. Hanya senyum, senyum, senyum, tawa, lalu diam-diam menangis sendiri di balik kamar kecil. Selalu, tidak berujung, tidak tahu sampai kapan, aku tidak pernah pernah bertemu jelasnya.

Yang aku ingat hanya kepahitan itu. Aku tidak ingat siapa namamu, di mana liburan waktu itu, tahun berapa kita begitu, bahkan bagaimana rupamu pun aku tidak begitu ingat. Tapi, memori tentang aku pernah menyayangi seseorang yang menyimpan sedan sedalam lautan, menyayangi seseorang yang memiliki masa lalu semisterius rembulan, selalu aku simpan dalam pojok ingatan. Sampai berpuluh tahun lewat, dan yang aku tunggu sekarang hanya kapan berakhirnya hayat. Tidak ada yang aku ingat, selain betapa tulusnya, betama polosnya memori itu bisa terukir. Hal terakhir yang masih merajai ketidaktahuanku, apa yang membuat air matamu meluruh deras malam itu dan mengapa kita tidak pernah bersua lagi sejak itu.

Word SaladsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang