::Gilang::
"Ran!" panggil Gilang. Laki-laki itu berjalan ke arah wanita yang sedang berdiri di tepi dermaga.
Wanita itu menoleh. Helm dan rompi keselamatan yang terpasang di tubuhnya adalah tanda bahwa wanita itu sedang bertugas.
"Kok tahu aku ada di sini?" tanya Rana. Ia memeluk dokumen yang sedari tadi ia ada di tangannya.
"Tadi aku ke ruanganmu, katanya kamu di sini sama orang teknik."
"Oooh... Iya, orang teknik minta perbaikan crane. Aku lagi ngecek bagian mana aja yang rusak, untuk membuat laporan perkiraan biayanya." Wanita yang bertugas di bagian pengadaan barang dan jasa itu menjelaskan, yang kemudian dibalas anggukan oleh Gilang.
Untuk sesaat mereka berdua terdiam. Hanya terdengar deru angin laut, yang berpadu dengan derit crane yang sedang bekerja memindahkan sejumlah peti kemas berukuran raksasa, serta suara burung camar yang berputar-putar di atas laut.
"Aku akan menikah." Gilang memecah keheningan.
Ada rona terkejut yang terpancar di wajah Rana. Namun wanita itu berusaha menguasai dirinya.
"Oooh ...." Hanya itu yang meluncur dari mulutnya. Kepalanya menunduk, menatap ujung safety shoes-nya.
"Aku merasa perlu menyampaikannya langsung kepadamu," lanjut Gilang. Lelaki itu menatap wajah Rana, berusaha menggali perasaan mantan kekasihnya tersebut. Gilang yakin, masih ada cinta yang disimpan Rana untuknya.
"Good for you, Lang. Selamat, aku ikut bahagia." Rana mengangkat wajahnya, memaksakan senyum di bibirnya.
"Oh, come on, Ran. Jangan keras kepala begitu. Aku kenal kamu. Aku tahu sekarang ini kamu hampir menangis." Gilang tampak kesal mendengar jawaban Rana yang sok tegar.
"Ya terus aku harus gimana, Lang? Aku harus nangis guling-guling gitu? Aku harus melarang kamu menikah? Sementara aku sendiri nggak bisa memenuhi harapan kamu dan keluargamu untuk mengundurkan diri dari perusahaan?" Ada bening yang terbayang di mata Rana.
"Oke." Gilang menatap kosong ke arah lautan. "Jadi, kita benar-benar berakhir ya?" lanjutnya.
Ada kekecewaan yang terpancar di wajah lelaki itu. Selama delapan tahun bersama, Gilang selalu bangga memiliki kekasih yang mandiri dan berpendirian teguh. Sejujurnya, kedua hal tersebut jugalah alasannya jatuh cinta pada Rana, yang saat itu merupakan juniornya di kampus.
Namun kali ini, rasanya ia justru membenci keteguhan hati Rana.
"I'm sorry, Lang," bisik Rana. Lirih suaranya nyaris tenggelam dalam deru suara angin laut sore yang semakin kencang.
Gilang menghela napas. Akhirnya ia sampai juga pada titik ini. Titik di mana dirinya harus menghormati keputusan Rana. Karena tampaknya, wanita itu tak akan goyah meski ia berlutut memohon.
"Bu Rana," seseorang yang Gilang kenal berasal dari divisi teknik memanggil Rana dari kejauhan.
"Lang, maaf. Aku harus melanjutkan pekerjaanku." Rana memohon izin pada Gilang sebelum memutar tubuhnya.
"Silakan. Maaf sudah mengganggu," balas Gilang.
Ditatapnya punggung wanita yang sangat ia cintai itu, yang semakin lama semakin menjauh.
🍁🍁🍁
::Andini::
Hati Andini masih berdebar setelah pagi tadi ayah mengabarinya bahwa minggu depan, keluarga besar Gilang akan datang untuk melamarnya secara resmi, yang kemudian dilanjutkan dengan acara pernikahan satu bulan kemudian.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANDINI (SUDAH TERBIT NOVEL CETAKNYA)
Romance::Telah terbit dalam versi novel cetak:: Beberapa part dihapus untuk kepentingan penerbitan. Rank #2 in #romance (13 Mei 2018) #3 in #romance (9 Mei 2018) 🍁🍁🍁 "Kamu yakin mau nikah sama saya?" Pertanyaan Gilang membuat Andini nyaris me...