PART 6

49.1K 2.9K 200
                                    

::Gilang::

Semerbak aroma bunga menyambut Gilang dan Andini di dalam kamar hotel. Di atas ranjang king size, tampak taburan kelopak bunga mawar merah, sementara itu di bagian tengahnya terdapat beberapa bunga mawar utuh yang dibentuk sedemikian rupa menyerupai simbol love.

Gilang menelan ludah. Tadinya, ia sengaja buru-buru kabur dari rumah seusai resepsi dan memilih menginap di hotel, karena ingin terbebas dari pantauan keluarga besar yang mungkin akan mengamati gerak-gerik mereka. Tentu akan sangat aneh jika kerabat melihat tingkah mereka yang sama sekali tidak menggambarkan pasangan pengantin baru.

Tapi sepertinya, pilihan kabur ke hotel tidak sepenuhnya tepat. Gilang tidak menyangka bahwa voucher yang dia terima adalah voucher untuk kamar bulan madu. Dengan pemandangan kamar seperti ini, ia justru harus menghadapi suasana canggung bersama Andini.

"Aku ... atau kamu dulu yang mandi?" tanya Gilang memecah kesunyian.

"Aku dulu ya? Udah nggak betah sama make up yang nempel di muka," balas Andini yang berdiri tepat di belakang Gilang.

"Oke."

Gilang memilih menunggu di sofa kamar dan menyalakan televisi yang tergantung di dinding.

Beberapa saat kemudian, terdengar suara shower yang menyala di kamar mandi. Entah kenapa suara itu membuat degup jantung Gilang semakin tidak beraturan. Bagaimanapun, ini adalah pengalaman pertamanya bermalam bersama seorang gadis. Meski ia tidak memiliki perasaan apapun pada Andini, namun sebagai laki-laki normal, tentu ia tidak bisa memerintah perasaannya untuk bersikap biasa-biasa saja.

Sekitar lima belas menit kemudian, Gilang mendengar suara pintu kamar mandi yang terbuka. Keringat dingin segera berebut keluar dan membasahi dahinya.

Tenang, Gilang. Tenang! Tahan dirimu, jangan jelalatan!

Gilang mengabaikan Andini yang baru saja keluar dari kamar mandi, ia memilih pura-pura serius menonton televisi. Matanya menatap lurus ke arah benda persegi panjang di dinding yang sedang menayangkan promo wajan serbaguna.

Duh! Kok wajan, sih? gerutunya dalam hati.

Gilang baru sadar bahwa dari tadi ia menyalakan televisi begitu saja, tanpa benar-benar memperhatikan channel apa yang sedang diputar.

"Mas Gilang nggak mandi?" Suara Andini --yang entah kenapa terdengar begitu lembut di telinga Gilang-- membuat lelaki itu kembali menelan ludah. Wangi sabun menguar dari tubuh gadis yang hari ini telah resmi menjadi istrinya.

Gilang berusaha menguasai diri agar tampak cool seperti biasanya. Perlahan, ia menoleh ke arah Andini yang berjarak hanya beberapa langkah dari sofa yang ia tempati. Tubuh gadis itu terbalut oleh piyama lengan panjang, lengkap dengan ... jilbabnya! Ya, gadis itu masih mengenakan jilbabnya di depan Gilang.

Gilang mendesah lega. Namun di lubuk hatinya yang paling dalam, ada sedikit rasa kecewa yang menyusup.

Kecewa? Kecewa karena apa? Karena Andini masih 'tertutup rapat'? Come on, Gilang... Lelaki itu berusaha menepis pikirannya sendiri.

"Eh, iya, aku mandi dulu ya." Gilang buru-buru masuk ke kamar mandi, menyembunyikan ekspresi kikuknya.

🍁🍁🍁

::Andini::

Sepeninggal Gilang, kening Andini mengerut keheranan saat menatap televisi. Sang presenter sedang asik menjelaskan kelebihan wajan serbaguna keluaran Lejel Home Shopping.

Mas Gilang pengen wajan ini ya? ia bertanya-tanya dalam hati sebelum mematikan televisi tersebut dan menggelar sajadahnya untuk salat asar.

Beberapa saat setelah salat, manik mata Andini menyisir area kamar yang sudah didekorasi begitu cantik.

ANDINI (SUDAH TERBIT NOVEL CETAKNYA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang