20 : [Last]

2.6K 208 27
                                    

Kabut masih menyelimuti hari ini. Begitu juga langit yang tampak menggelap. Lalu awan menumpahkan kepahitan yang telah ia pendam. Membasahi bumi seolah ikut merasakan sedih.


Hari ini, hari pemakaman seluruh korban kecelakaan kereta api. Walaupun tidak bisa disebut kecelakaan juga.

Jennie dan Roseanne, menjadi korban terakhir dari peristiwa tersebut serta Junhoe, Jaehyun, Momo, dan Jiho menjadi saksi dari kisah pilu itu.

Jaehyun dan Junhoe berjanji untuk datang ke pemakaman bersama. Sementara Jiho dan Momo, baik Jaehyun maupun Junhoe sangat mengkhawatirkan kedua gadis itu.

Mereka pasti tertekan, bagaimanapun mereka menyaksikan peristiwa berdarah itu yang merenggut nyawa teman-teman dan keluarga mereka. Tetapi, kedua gadis itu tetap tidak mengabsenkan diri. Membuat Jaehyun dan Junhoe menjadi waspada apabila tiba tiba mereka pingsan.


Di sebuah tanah lapang di pinggiran kota. Sekali lagi, kilat kamera terpampang dimana-mana. Kerumunan orang orang yang membawa bunga dan lilin serta mengenakan pakaian hitam berbaris rapi. Dengan khusyuk mendoakan mereka yang dimakamkan.

Suasananya sangat mencekam. Terlebih hujan yang turun pagi itu, menambah kesan mistis.

"Hari ini, tanpa kita duga ada kejadian mengejutkan yang tidak bisa kita bayangkan. Hari kelam, dimana seluruh pahlawan pahlawan baru negara ini berguguran bagai daun daun musim semi," Ucap salah seorang perwakilan dunia hiburan Korea.

"Seluruh negeri berkabung, bahkan langit pun ikut meneteskan air mata. Apa kalian sadari, bahwa mereka yang telah pergi meninggalkan kesan dan pesan untuk kita semua?"

Pidato terus berlanjut, begitu pula air mata Momo dan Jiho, serta air mata orang orang yang hadir maupun yang ditinggalkan. Keluarga, teman, sahabat. Semuanya.


"Kau tahu, walaupun aku ingin menangis tapi aku tidak bisa mengeluarkannya." Junhoe memulai pembicaraan, membuat Jaehyun tersenyum sedikit.

"Aku juga. Rasanya aneh."

"Dan juga kau tahu, semenjak hari itu, kita berempat menjadi semakin dekat."

Jaehyun tersenyum tipis, kemudian mengangguk. "Iya." Jaehyun menghembuskan napas, "Dari 15 member grupku yang ikut, hanya aku yang selamat. Aku bersyukur 3 lainnya tidak ikut."

"Ini mimpi Chanwoo untuk bisa berada dalam ruangan yang sama dengan para sunbae. Namun, Tuhan sepertinya sangat menyayangi Chanwoo, hingga ketika meninggal pun bersama para sunbae."

"Aku masih penasaran, bagaimana mungkin Roseanne bisa jadi seperti itu." Jaehyun mengerutkan dahinya. "Lebih tepatnya, bagaimana mungkin dia bisa melakukan hal seperti itu. Rencananya sangat luar biasa."

Junhoe menghela napas berat. Suara seraknya terdengar lebih berat dari biasanya. "Katanya memang ada seseorang yang didiagnosa terkena penyakit jiwa di agensiku. Tidak ada yang tahu siapa, tapi sekarang aku tahu siapa dia. Padahal aku menyukainya."

Jaehyun menepuk pundak Junhoe. "Hei, bung. Di agensiku masih banyak trainee kok,"

"Di agensiku juga banyak!"


Junhoe dan Jaehyun tertawa bersama di tengah atmosfer yang mistis pagi itu. Orang-orang mungkin akan berkata mereka aneh, namun sebenarnya, mereka yang tertawa adalah mereka yang menyimpan kesedihan terbanyak.




THE END




a/n


Buku ini tamat!


Terima kasih untuk para pembaca yang telah membaca sampai habis, atau mau mampir untuk mengintip sedikit.

Maaf apabila ada scene yang menyinggung karena ini murni fiksi!




untuk next book,  aku publish tentang thriller lagi atau romance?


Mohon sarannya. Tunggu my next project, ya, bye!


Train To Busan [fanfiction] [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang