14 : [Do or Dare]

1.8K 190 2
                                    

Irene berjalan dengan lemah ke tempat duduknya.


Kedua kakinya bergetar hebat. Bahkan kelihatannya Irene akan pingsan saat itu juga. Penyebabnya? Wendy.




flashback.


Irene melangkahkan kakinya menuju gerbong makanan, bermaksud mengambil beberapa air untuk teman satu grupnya.

Ia secara perlahan membuka pintu penghubung antar gerbong dan melihat Momo dan Jiho sedang berbicara serius. Kedua gadis itu tersenyum kaku kearah Irene. Irene balas tersenyum dan melangkah pergi.

Tepat sebelum Irene membuka pintu gerbong selanjutnya, Jiho memanggil namanya.

"Kak Irene," Irene menoleh. "Apa yang Kak Irene dengar tadi?"

Irene menatap mereka bingung. Memangnya mereka sedang bicara tentang apa sehingga jadi seserius itu?  pikir Irene.


Irene menggelengkan kepalanya tanda tak mendengar apa apa. Tepat setelahnya Jiho tersenyum cerah.

Irene kemudian membalik badannya.


"Semoga Tuhan memberkati,"


Irene kembali menolehkan kepalanya menuju Jiho dan Momo. Mereka menatap Irene dengan tenang. Sayangnya, Irene lebih tau. Mereka tidak  setenang kelihatannya.

"Aneh," gumam Irene.Gadis cantik itu kemudian kembali berjalan dengan tenang disepanjang koridor.



Russian Roulette ah ah ah yeah ~



Irene merogoh handphone miliknya didalam saku jenas yang ia kenakan. Tertulis nama Wendy di layar handphonenya. "Wendy?"

Irene ingin mengangkatnya tetapi panggilan itu sudah mati.  Irene menaikkan sebelah alisnya tanda bingung. Karna ia tau, Wendy tidak akan menelponnya kecuali keadaan genting. Dan Wendy langsung memutus panggilan, maksudnya apa?


Irene berjalan sambil mengetikkan pesan untuk Wendy melalui salah satu aplikasi. Tapi Wendy tidak membalas pesannya. Membacanya pesannya pun tidak. Bahkan, sekedar online saja tidak.

Irene semakin penasaran. Ia sekarang sudah menyepam roomchatnya dengan Wendy. Ia juga sudah bertanya melalui groupchat dengan member lainnya.

Dan jawaban para member adalah kami tidak tahu Eonni. Handphonenya saja tidak aktif. Mendengar jawaban itu membuat Irene semakin gerah. Dia segera menelpon Wendy.



BUK.



"Sorry,"



Irene menoleh ke orang yang menabraknya tersebut. Orang itu terus menunduk sepertinya sedang memainkan handphonenya. "Pantas saja menabrak, sedang main hp."

Irene kembali melanjutkan langkahnya ke gerbong restoran sambil mencoba untuk menghubungi Wendy.



Ketika ia membuka pintu gerbong restoran, tubuhnya membeku. Telepon genggamnya jatuh dari tangannya. Matanya terkunci pada ruangan didepannya itu. Keringat dingin bercucuran dipelipisnya. Seketika ia terjatuh dan terduduk dilantai.



Konter tempat makanan berisi pramugari-pramugari yang sudah berdarah darah dibagian kepalanya. Hingga membuat darah mereka menggenangi lantai. Dan parahnya lagi, Wendy.

Gadis cantik asal Kanada itu tergeletak tak berdaya dilantai dengan tangan kanan memegang pisau. Dari arah pandang Irene, Wendy terlihat sangat mengenaskan apalagi dengan luka disekujur tubuhnya.


Diujung ruangan terlihat sebuah pesan dengan darah.

Who Is Wendy? Idk who she is. Get out of my way if you wanna still alive. This is a warning.


Membuat Irene terisak makin keras dan menarik perhatian orang orang lainnya.




Flashback end.




Satu kereta gempar dengan kabar tersebut. Apalagi AC  didalam kereta tiba-tiba saja mati. Juga pintu kereta yang terkunci rapat.

Dan tepat saat itu Irene ambruk. "Kak Irene!" suara seorang gadis terdengar dibalik kepalanya. Gadis itu dengan sigap membopong Irene. Meletakkan tangan Irene ke tubuh rampingnya dan membiarkan bobot tubuh Irene dipikul olehnya.



"You're the first person to see that,right? And that was your first experience. Am I right?" katanya berbisik.



Irene mengangguk lemah. "So? What do you want?" Irene menatap mata coklat itu dengan dingin. Membuat gadis yang ditatapnya tersenyum miring. Dia tertawa kecil sambil menundukkan kepalanya.

Kemudian ketika ia mengangkat kepalanya ekspresinya berubah dingin. Bahkan tatapannya seperti sedang menguliti Irene. Dingin seperti besi yang siap menusuk.


"Join me." Katanya tegas.

"If I'm not?" Balas Irene sinis.


"You know," Ia kemudian mendekatkan lepalanya ke telinga Irene. "It would be happen to you too," Setelahnya gadis itu tetap membopong Irene. Entah membawanya kemana.

















Train To Busan [fanfiction] [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang