Prolog

4.6K 480 92
                                    

Keserakahan yang terus tumbuh dalam dirimu itu berbahaya, Hana. Dan dengan bodohnya aku justru memberi pupuk terbaik dan menyiramnya setiap hari sehingga ia tumbuh dengan subur di dalam sana.

Rasanya semakin jauh. Kau sibuk dengan duniamu sendiri, tanpa mempedulikan aku yang dengan sabar menunggumu pulang setiap hari. Aku kira aku akan menemukan istriku yang lembut dan perhatian, tapi semakin hari kau semakin berbeda. Seakan sudah tak peduli. Apa aku tak penting lagi?

Aku mencintaimu, Hana. Lebih dari apapun.

Kau memintaku merahasiakan pernikahan kita, aku penuhi. Kau memintaku tak banyak bicara dan tak mencampuri urusanmu, aku penuhi. Semua maumu, aku turuti. Lantas kenapa kau tak kunjung mengerti?

Aku diam menunggu kau sadar sendiri. Karena aku tahu kau tak suka aku hakimi. Nyatanya, kau malah semakin hilang kendali. Aku nyaris tak mengenalimu lagi.

Tapi, Hana... Sungguh, aku tak bisa berhenti. Seperti hujan yang turun dari langit, dia selalu datang lagi meski tahu rasanya jatuh berkali-kali. Begitupun aku. Aku tak peduli lagi dengan rasa sakit ini karena kau terlalu berarti untuk aku tinggalkan.

Mereka bilang aku bodoh karena dibutakan oleh cinta, tapi tak mengapa. Mereka hanya tak mengerti bagaimana rasanya jatuh cinta begitu dalam pada seseorang hingga mampu mengabaikan sakit yang bertubi-tubi.

Kuharap suatu saat nanti cintaku akan cukup untuk menjadi satu-satunya hal yang kau inginkan. Hal yang membuatmu merasa bersyukur karena telah memilikiku.

Dan aku berharap... kita masih bersama saat menghadap Tuhan.

***

Prolog dulu ya... Gimana? Penasaran gak?

Ann. -9 Maret 2018-

Shred Into Pieces | JJK ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang