Chapter 3: Still The Same

1.4K 288 96
                                    

"Apa... Apa wanita di sampul itu... Noona?"

Hana tak menjawab. Ia berjalan ke arah lemari dan memasukkan majalah yang tadi direbutnya dari Jungkook ke lemari supaya Jungkook tidak bisa melihatnya lagi.

"Bukankah aku pernah bilang kalau aku tidak suka Noona berpasangan dengan model laki-laki? Apalagi sampai sedekat itu." Tersirat kemarahan dari kalimat yang Jungkook ucapkan, namun sebisa mungkin ia mengatur nada bicaranya agar tetap normal. "Kenapa kau melakukannya?"

Hana kembali duduk di depan meja rias. Raut wajahnya masih menyiratkan kekesalan, tapi sebenarnya ada secuil rasa takut karena telah membuat suaminya marah.

"Profesionalitas," jawabnya singkat sembari membubuhkan blush on ke pipi.

Majalah itu baru terbit kemarin. Hana mendapat satu eksemplar dari klien yang menggunakan jasanya sebagai model. Sebelumnya Hana tidak bilang pada Jungkook bahwa ia dipasangkan dengan model pria karena tahu Jungkook tidak akan mengizinkan. Tapi karena itu adalah majalah ternama, Hana mau melakukannya tanpa sepengetahuan Jungkook. Bodohnya, semalam setelah melihat-lihat isi majalah itu, ia lupa menyimpannya di tempat tersembunyi sehingga Jungkook menemukan majalah tersebut dan akhirnya tahu ia berfoto mesra dengan model pria.

Hana tahu Jungkook cemburu. Jauh dalam lubuk hati, ia merasa bersalah karena melanggar perintah sang suami, tapi mau bagaimana lagi? Itu adalah pekerjaannya. Permintaan klien yang tidak bisa ditolak.

Dari cermin, Hana melirik Jungkook yang kini memalingkan wajah ke arah lain. Seolah tak ingin melihat dirinya yang masih berias.

Dengan sengaja Hana memperlambat aktivitas memakai lipstiknya supaya Jungkook sadar apa yang sedang dilakukannya. Sayang sekali, usahanya untuk mendapat perhatian Jungkook gagal. Lelaki itu masih mengabaikannya. Padahal Hana tahu suaminya sangat suka menontonnya berias, apalagi ketika ia mengoleskan lipstik ke bibirnya.

Tak enak hati karena telah membuat marah suaminya yang penyabar, Hana bangun lalu menghampiri Jungkook yang duduk diam di tepi ranjang. Tangannya melingkari leher jenjang itu, memeluknya dari belakang dengan kepala berada di samping kepala Jungkook.

Tubuh Jungkook mematung. Sudah lama Hana tidak memeluknya seperti sekarang. Wangi aroma jeruk dari body lotion istrinya tercium jelas. Tubuh Hana yang menempel memberikan kehangatan di punggungnya.

"Maaf. Aku tahu kau tidak suka, tapi aku tidak bisa terus-terusan menolak permintaan klien yang memasangkanku dengan model laki-laki. Aku bisa dianggap tidak profesional," jelas Hana di dekat telinga Jungkook, menimbulkan sedikit sensasi geli yang dirasakan oleh lelaki itu.

Amarah Jungkook surut begitu mendengar suara lembut istrinya. Dilepasnya lingkaran lengan Hana lalu ditariknya wanita itu mendekat supaya mereka berhadapan. "Sekali ini saja, Noona. Jangan pernah bermesraan dengan laki-laki lain walaupun hanya di foto. Aku benar-benar tidak suka."

"Iya," jawab Hana yakin sambil mengelus rambut hitam Jungkook. "Jangan marah ya?"

Jungkook mengangguk. Lelaki baik sepertinya tidak bisa lama-lama marah pada orang lain, apalagi pada istri sendiri. Kesabaran Jungkook itulah yang menjadi salah satu alasan kenapa Hana mau menikah dengannya.

"Hari ini pemotretan di mana? Aku antar ya?" tawar Jungkook seraya mengambil kunci mobil di atas kasur.

"Tidak, tidak perlu. Aku bisa naik taksi," sambar Hana cepat kemudian berlari dari kamar ke pintu utama. Sebelum menutup pintu, ia berteriak, "Kalau mau pergi, tolong bereskan dulu apartemennya ya! Terimakasih!"

"Noona!"

Panggilan Jungkook bersamaan dengan pintu apartemen yang ditutup.

Bahu Jungkook melorot karena penawarannya ditolak. Matanya terarah pada bungkus makanan ringan yang berserakan di atas meja. Hana memang kurang pandai dalam urusan bersih-bersih, tapi Jungkook kira jika membuang bungkus makanan ke tempat sampah bukanlah hal yang sulit untuk dilakukan, bukan?

Shred Into Pieces | JJK ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang