Chapter 2: Grumpy

1.8K 311 117
                                    

Cuaca hari itu cerah, tapi Jungkook merasa ada awan gelap yang mengikuti di atas kepala. Sikap ketus Hana membuatnya bertanya-tanya apa alasan yang ada di baliknya. Apa Jungkook melakukan sebuah kesalahan? Seingatnya tidak.

Ah, ya sudahlah. Mungkin istrinya itu sedang dalam masa pre-menstruasi syndrome, makanya sering kesal karena hal-hal sepele.

Setelah mengantar Hana ke studio foto, Jungkook pergi ke rumah Kim Seokjin atau yang sering dipanggil Jin, kakak iparnya. Beberapa hari yang lalu mereka berjanji akan membicarakan konsep lagu baru yang akan mereka produseri bersama.

Jungkook adalah seorang produser musik yang berada di bawah naungan agensi BigHit Entertainment. Begitu pula kakak iparnya. Mereka bersahabat sejak Jungkook bergabung ke agensi tersebut empat tahun yang lalu, sebelum ia mengenal Hana. Hubungan mereka jadi semakin dekat setelah ia menikahi adik Jin tersebut.

"Jungkook!" sapa Jin riang.

Pria 30 tahun itu selalu senang bertemu dengan Jungkook karena adik iparnya sangat penyabar mau menerima sifat adiknya yang sangat manja dan keras kepala. Kadang Jin saja kehabisan kesabaran untuk menghadapi Hana, tapi Jungkook selalu bersikap lembut. Sosok yang sangat dibutuhkan sang adik.

Mereka berangkulan sekilas lalu duduk di ruang tengah. "Kau baru saja mengantar Hana?"

"Ne, Hyung."

"Suami yang sangat baik," puji Jin tulus. "Jangan mencontoh aku yang sangat malas mengantar Soonmi ke kantornya." Jin menertawakan dirinya sendiri yang jarang mengantar istrinya ke tempat kerja karena sulit bangun pagi akibat begadang membuat lagu hingga dini hari. Jadilah Soonmi pulang-pergi kerja mengendarai mobil sendiri.

"Appa..."

Suara panggilan itu membuat keduanya menoleh ke kanan. Seokhyun, anak Jin yang berusia tiga tahun berjalan menghampiri ayahnya dengan rambut dan baju berantakan. Di wajahnya terdapat cetakan garis, sepertinya dia baru saja bangun tidur siang.

Jin mendekati Seokhyun lalu memangkunya di paha. "Ada apa, Sayang?" tanya Jin lembut.

"Aku lapar."

"Anak Appa lapar?" Seokhyun mengangguk. "Sebentar, Appa buatkan makanan dulu ya."

Seperginya Jin, Seokhyun mendekat kepada Jungkook, ingin duduk bersebelahan dengan sang paman. "Samchon, Hana Imo eodiga?" (Paman, Bibi Hana di mana?)

Bagi Jungkook, Seokhyun sangat menggemaskan. Cara bicaranya pelan dan bibirnya maju beberapa senti seperti orang merengut. Tidak lupa pipi tembam kemerahan yang mirip bakpao membuat Jungkook suka sekali mencubitnya pelan.

Tak ingin merusak suasana hati Seokhyun yang baru saja bangun tidur dengan mencubit pipinya, Jungkook melampiaskan rasa gemas dengan mengusak puncak kepala anak itu. "Hana Imo sedang bekerja. Kau merindukannya?"

Seokhyun mengangguk lucu. Dengan bibir mengerucut ia menjawab, "Sudah dua minggu Imo tidak mengunjungiku."

"Nanti Samchon akan bawa Imo ke sini ya. Sabar dulu sampai pekerjaan Imo selesai."

"Yeee! Oke, Samchon!" Seokhyun mengangkat kedua tangannya di udara, mengekspresikan kebahagiaannya.

Jungkook tersenyum lebar, memperlihatkan gigi-giginya yang mirip gigi kelinci. Pasti bahagia sekali jika rumahnya bertambah anggota. Ia sangat ingin memiliki anak, tapi Hana kadang menolak jika diajak bercinta. Kalaupun mau, wanita itu selalu meminta Jungkook untuk memakai pengaman. Intinya, Hana belum mau hamil karena itu akan mengubah bentuk badannya yang indah. Dan jika bentuk badannya berubah, karirnya sebagai model akan terancam.

Shred Into Pieces | JJK ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang