Chapter 19: What Should I Do?

796 163 48
                                    

Sinting!

Hana menatap Taehyung seolah laki-laki itu adalah makhluk luar angkasa yang tersesat di bumi. Apa Taehyung mabuk sehingga kata-katanya melantur begitu? Rasanya selama meeting tadi mereka hanya minum air mineral, mana mungkin minum air mineral membuat mabuk!

Tatapan sayu dan senyuman memikat di wajahnya mampu meluluh-lantakkan hati jika saja ia memberikannya kepada wanita lain, bukan kepada wanita yang sudah bersuami. Sama sekali tidak ada hal baik dari menggoda istri orang lain, apalagi istri dari sahabatnya sendiri.

Perlakuan juga kata-kata tidak masuk akal yang baru diucapkannya membuat Hana bergerak tidak nyaman di kursinya. Taehyung mencondongkan tubuhnya begitu dekat dan memegangi tangannya yang berada di depan dada, tidak mau melepas meski ia sudah mencoba berontak.

"Taehyung, lepas! Aku mau turun!" seru Hana seraya memalingkan wajah, takut Taehyung akan melakukan percobaan untuk menciumnya lagi seperti beberapa menit yang lalu. Ketakutannya semakin membesar.

Selama beberapa menit, Taehyung tak melakukan apapun selain mengamati wajah Hana lamat-lamat. Setiap titik yang ada, ia coba memakunya dalam ingatan. Sumpah, wanita itu membuatnya tergila-gila.

Setelah sekian lama, akhirnya Taehyung tahu bagaimana rasanya jatuh cinta. Bahagia sekali bisa menghabiskan banyak waktu bersama, memandang dari jarak dekat, bahkan kalau Hana tidak menolak, ia ingin mencium bibir ranum itu sekarang juga. Merasa tidak ada yang salah dari mencintai wanita yang sudah dimiliki oleh pria lain.

Taehyung tersenyum lembut, berniat menenangkan wanita yang tubuhnya mulai gemetar ketakutan sambil terus berusaha menjauhkan tubuh darinya. Yang sebenarnya percuma karena tubuh itu terpaku di jok mobil dan tidak bisa pergi ke mana-mana. Saat air menggenang di kelopak mata itu, barulah Taehyung melepaskan tangan mungil itu dari genggamannya.

Hana kira ia sudah bebas, tapi ternyata belum. Taehyung menangkup kedua pipinya lalu mencium keningnya cukup lama.

"Aku serius dengan ucapanku. Aku yakin aku lebih bisa membahagiakanmu daripada Jungkook."

Hana tidak tahan lagi. Ia langsung mendorong Taehyung, membuka pintu mobil dan berlari ke teras. Sebelum masuk ke rumah, ia mendengar Taehyung bicara lagi, "Jangan mencoba membatalkan kontraknya jika kau tidak ingin karirmu hancur! Selamat malam, Hana!"

Tangannya masih gemetar saat masuk ke rumah. Apa yang Taehyung lakukan di mobil—menggenggam tangan dan mencoba mencium bibirnya—membuatnya tidak habis pikir. Dan laki-laki itu mengungkapkan perasaannya. Taehyung... mencintainya. Tak ada keraguan sedikitpun saat Taehyung berkata bahwa ia ingin Hana menjadi miliknya, padahal Taehyung tahu jelas Hana sudah bersuami.

Jungkook keluar dari kamar karena mendengar pintu utama dibuka. Senyumnya mengembang ketika menemukan kedatangan istrinya karena sejak tadi ia menunggu Hana pulang. Tetapi... tatapan Hana terlihat kosong. Jungkook yang sedang berjalan ke arahnya tak dilirik sedikit pun.

"Noona?" Jungkook memanggil, tapi Hana seperti tak mendengarnya. "Noona? Kau kenapa?"

Hana tersentak. "Y-Ya?"

Jungkook berjalan cepat ke arah Hana dan merangkulnya, menuntun duduk di sofa. "Ada apa? Kau pucat. Apa kau sakit?"

"Tidak, tidak. Aku baik-baik saja. Hanya sedikit kelelahan." Tidak mungkin Hana mengatakan yang sebenarnya bahwa ia masih syok karena perlakuan Taehyung.

Kepanikan Jungkook berkurang, kini kekhawatiran lebih kentara. "Pasti karena sibuk meeting terus. Kita makan dulu setelah itu tidur ya? Aku sudah membuatkan sesuatu untukmu. Sudah agak dingin, tapi aku jamin rasanya tetap enak."

Hana mengangguk samar. Menurut saja ketika Jungkook menuntunnya ke meja makan. Harum makanan menarik kesadarannya kembali. Perutnya berbunyi, kelaparan.

"Kau pasti belum makan karena kegiatan padat hari ini. Mau aku suapi?"

Tanpa menunggu jawaban, Jungkook mengambil sepotong ayam bumbu pedas buatannya lalu menyuapkannya ke mulut Hana. Senyumnya merekah melihat istrinya mengunyah dengan lahap.

"Kau yang membuatnya?" tanya Hana setelah menelan makanannya. Jungkook mengangguk. "Ini... enak."

"Tentu saja. Aku membuatnya dengan penuh cinta."

Setelah seharian dilanda kegalauan, akhirnya Hana mampu tersenyum. Perlahan suasana hatinya membaik. Tapi... ada sedikit kebingungan yang hinggap. "Kau... kenapa tiba-tiba menjadi baik seperti ini? Kemarin 'kan... kau sangat marah."

Jungkook diam. Gerakan tangan yang tadinya hendak mengambil sepotong ayam lagi berhenti. Raut wajahnya berubah serius. "Soal yang kemarin..."

"Kau tetap menyuruhku membatalkan kontraknya?"

Pria itu tersenyum, manis sekali. "Tidak, Sayang. Seharian ini aku berpikir, kau telah berusaha keras untuk mendapatkan peran ini. Kurasa egois sekali jika aku melarangmu bermain di drama itu hanya karena aku cemburu," kemudian melanjutkan, "Bukankah cinta itu soal kepercayaan dan kesetiaan? Aku percaya padamu, kau pasti setia. Mulai sekarang, aku akan mengurangi sedikit demi sedikit rasa cemburuku supaya Noona lebih nyaman. Ya?"

Ada apa dengan Jungkook-nya? Berubah dalam sehari menjadi lebih dewasa dan menyadari sifat pencemburunya membuat Hana kewalahan.

"Kalian tidak akan melakukan hal-hal di luar apa yang harus kalian lakukan di naskah. Sekarang buka mulutnya, aaaaa..." Jungkook kembali menyuapi Hana.

Hana menolak suapan Jungkook untuk bicara lebih dulu. "Jadi... kau mengizinkanku melakukan adegan-adegan mesra itu dengan... Taehyung?" Terasa ada yang mengganjal di tenggorokan saat menyebut nama pria yang tadi mencoba menciumnya itu.

Jungkook mengangguk. "Tapi, dengan satu syarat!"

"Apa?"

"Adegan ciuman di bibir ataupun yang lebih dari itu, bermain di trik kamera. Kau mengerti 'kan, maksudku? Pengambilan gambar yang tepat seolah-seolah kalian melakukannya sungguhan, padahal itu hanya trik kamera."

Hana termenung dengan pandangan lemah. Tidak tahu apakah izin yang diberikan Jungkook adalah suatu hal yang harus disyukuri atau justru malapetaka.

Jungkook tersenyum lalu meraih Hana dalam pelukannya. Menghirup aroma rambutnya sebelum mencium puncak kepalanya penuh cinta. "Lelah sekali ya, Noona?"

Hana mengangguk pelan.

"Mandilah dulu, setelah itu kita tidur. Malam ini Noona tidur bersamaku, 'kan?"

"Iya, tentu."

Setelah mandi dengan air hangat, Hana menghampiri Jungkook yang menunggunya di tempat tidur. Tangan besarnya terentang, menyambut kedatangan Hana yang datang ke dekapan hangatnya. Balas memeluk begitu erat. Dibelainya kepala sang istri yang bersandar di dadanya. Tanpa perlu ucapan, keduanya tahu saling mencinta.

"Setelah ini jangan murung lagi. Aku tidak bisa melihat Noona sedih."

Hana mengangguk pelan. Pelukannya di pinggang Jungkook mengerat.

"Kita tidur sekarang ya, sudah hampir tengah malam."

Mereka berbaring saling berhadapan. Jungkook menarik selimut dan memadamkan lampu. Tangannya merengkuh Hana supaya tidur dalam pelukannya. Dapat dipastikan ia akan mimpi indah malam ini karena ada Hana bersamanya.

Dalam gelap, sang wanita masih terjaga. Seharusnya ia senang karena Jungkook tidak memaksanya membatalkan kontrak, tapi yang ia rasakan justru sebaliknya. Hana tidak merasa senang. Ia takut.

Bagaimana bisa Taehyung mencintai istri dari sahabatnya sendiri?

Perlahan tangan Hana bergerak, mengusap lembut pipi Jungkook. Suaminya sudah terlelap. Keraguan kembali hinggap. Hana takut Taehyung akan melakukan sesuatu padanya.

Jungkook... Apa yang harus kulakukan?

-TBC-

Hari ini libur kerja, jadi mood buat update. Hihi

Btw, siap untuk album LY: ANSWER?!

Ann. -18 Juli 2018-

Shred Into Pieces | JJK ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang