Chapter 18: Inquietude

752 159 65
                                    

Kedua mata itu nampak lelah, apalagi dengan hiasan lingkaran hitam yang terukir jelas di bawahnya. Tidurnya tak nyenyak, terbangun beberapa kali karena beban pikiran yang terus mengganggu. Apa keputusannya untuk menerima tawaran bermain drama adalah sebuah kesalahan? Beberapa waktu lalu Jungkook sangat mendukung dan mendoakan supaya ia lolos casting untuk pemeran utama wanita, tapi setelah diterima dan prosesnya berjalan lancar, Jungkook menyuruhnya membatalkan kontrak begitu saja? Tentu tidak bisa.

Ini mimpinya.

Sebuah kesempatan emas yang Hana tunggu sejak usianya masih belasan tahun. Merintis karir sedikit demi sedikit dimulai dari menjadi seorang model hingga akhirnya mampu memiliki nama di dunia hiburan dan selangkah lebih dekat dengan cita-citanya sebagai aktris.

Hana paham mengenai kekeraskepalaan dirinya selama ini. Wanita itu sadar. Bagaimana ia membuat Jungkook kesulitan menghadapinya yang tidak pernah mau mengalah. Hana pun merasa bersalah karena harus melakukan adegan mesra dengan laki-laki lain dalam drama, tapi bukan itu yang terpenting. Yang menjadi fokus utama dalam pikiran Hana adalah mimpi yang akan terwujud sebentar lagi.

Jungkook tahu menjadi aktris adalah mimpinya, cita-citanya. Seharusnya ia mengerti. Tidak melulu mengutamakan perasaannya yang mudah sekali dilanda kecemburuan dan kecurigaan. Apa Jungkook tidak percaya bahwa cinta Hana hanya untuknya?

Hembusan napas panjang keluar dari bibir saat menatap pantulan diri di cermin. Refleksinya tampak menyedihkan dengan mata tanpa cahaya dan ujung bibir yang tertarik ke bawah. Tidak seperti Hana yang biasa.

Sial, kegalauan benar-benar melingkupi dirinya hingga untuk tersenyum saja sulitnya minta ampun.

Meski semalam ia berkata akan tetap bermain di drama itu, sejujurnya ia masih ragu. Belum ada keputusan yang diambil. Apakah ia harus membatalkan kontraknya dan melepas mimpinya demi Jungkook?

Atau ia harus melanjutkan apa yang telah ia ambil dan menjalankannya dengan risiko mengecewakan suami yang selama ini sabar menghadapinya?

Hana tidak tahu.

Dengan lesu, tungkainya melangkah ke ruang tengah. Netranya menangkap sosok Jungkook yang sedang sibuk di dapur, entah sedang apa. Enggan untuk bertanya karena hubungan mereka sedang tidak begitu baik. Ia merogoh tas kemudian berdecak sebal ketika ponselnya ternyata tidak ada di sana. Diletakkannya tas kerja di sofa, sementara ia sendiri kembali ke kamar untuk mengambil ponsel yang tertinggal.

Jungkook sedang menghabiskan sarapannya di meja makan saat ia kembali ke ruang tengah. Tanpa menoleh pun Hana sadar lelaki itu tengah menatapnya. Tanpa mengatakan apapun, ia menyambar tasnya lalu pergi ke luar dari rumah, menghampiri mobil Taehyung yang sudah menunggunya sejak lima menit yang lalu.

Hari ini adalah meeting terakhir sebelum proses syuting dimulai minggu depan.

"Kenapa mukamu kusut sekali?" Taehyung bertanya di tengah perjalanan. Sejak berangkat dari rumah hingga sekarang, tidak ada satu patah kata pun yang keluar dari mulut wanita di sebelahnya. Hal yang aneh karena biasanya bibir mungil itu berceloteh ria soal apa saja. "Apa yang terjadi?"

Hana merapatkan bibirnya, bimbang. Pandangannya lemah ke bawah.

"Hana, jangan membuatku khawatir. Apa yang terjadi?"

"Taehyung," panggil Hana pelan, membuat lelaki itu memberi seluruh atensi padanya karena mobil sedang berhenti di lampu merah. "Apa sebaiknya aku membatalkan kontrak saja?"

"Apa?!" Taehyung jelas terkejut dengan kalimat Hana yang tidak tahu asalnya dari mana. Untung saja ia tidak menginjak rem secara mendadak dan membahayakan kendaraan di belakangnya. Bagaimana bisa wanita itu berniat membatalkan kontrak satu minggu sebelum syuting dimulai? "Kenapa? Kau ada masalah?"

Matanya terasa panas. Ingin menangis. "Jungkook memintaku berhenti. Dia tidak mau aku melakukan adegan-adegan yang terlalu mesra dengan laki-laki lain, di mana dalam kasus ini adalah dirimu. Semalam kami bertengkar hebat dan dia menyuruhku membatalkan kontrak."

"Astaga..." ucap Taehyung sambil menggelengkan kepala tak percaya. Pandangannya kembali fokus pada jalanan. "Ini keterlaluan, Hana. Apa dia tidak memikirkan nama baikmu kalau kau tiba-tiba membatalkan kontrak? Karirmu bisa hancur, kau tahu itu?"

"Aku tahu... Aku juga sudah mengatakannya pada Jungkook, tapi dia tetap menyuruhku berhenti. Aku tidak tahu harus bagaimana..." Hana menutupi wajahnya yang mulai berurai airmata.

Taehyung menggunakan satu tangannya untuk mengusap-usap punggung Hana, menenangkan. "Kita bicarakan ini setelah meeting-nya selesai ya? Aku akan mencoba membantumu."

Hana mengangguk, menghapus airmatanya lalu keluar dari mobil karena mereka telah sampai di tujuan.

***

Meeting selesai pukul sepuluh malam. Suasana hati Hana belum berubah, bahkan nyaris sama seperti suasana malam itu; suram. Meeting dan proses reading terakhir berjalan lancar, tapi setelah semuanya selesai, ia kembali murung. Baru kali ini Hana merasa lelah dengan perasaannya sendiri.

Taehyung dengan baik hati mau mengantarnya pulang. Sepanjang perjalanan, beberapa kali matanya melirik Hana yang bungkam sembari menatap ke luar jendela. Nampak sendu dengan mata sayu dan tarikan napas yang terdengar berat. Ia mencoba mengajaknya bicara.

"Kau tahu jelas apa keputusan yang harus kau ambil, Han. Kau ingin tetap main di drama ini, 'kan? Langkahmu sudah sangat jauh, tidak mungkin mengakhirinya begitu saja."

Helaan napas terdengar. "Lalu bagaimana dengan Jungkook?"

"Dia suamimu. Tahu segala hal tentangmu. Harusnya dia mengerti."

"Aku juga berpikir begitu, tapi nyatanya dia tidak mengerti."

"Kalau begitu, mungkin dia bukan orang yang tepat untukmu." Taehyung menoleh sekilas dan menemukan kebingungan di wajah Hana. Ia melanjutkan, "Setiap kali kau bersamaku, lupakan saja dia. Anggap dia tidak ada."

Senyum lembutnya berkembang lalu diraihnya tangan Hana, mengecup punggung tangannya. Tak langsung melepas, ia menggenggam tangan mungil itu erat-erat. "Dengan begini... kau hanya akan melihatku, 'kan?"

Sesaat, senyum di bibir Taehyung membuat Hana lupa akan segalanya. Permasalahannya dengan Jungkook sirna dari ingatan. Terlena dengan usapan lembut di punggung tangan serta tatapan menenangkan yang terpancar di netra milik Taehyung.

Apa yang sedang laki-laki itu lakukan?

Tanpa Hana sadari, mobil sudah berhenti di depan kediamannya. Ia tersentak lalu mencoba menarik tangannya, berniat turun dari mobil, tapi Taehyung menahan. Matanya membulat ketika Taehyung memajukan tubuh ke arahnya, begitu dekat sampai jarak mereka hanya dalam hitungan sentimeter sebelum Hana berhasil menahan pergerakan lelaki tersebut.

"T-Taehyung, apa yang kau lakukan?" tanyanya takut-takut. Debaran jantungnya menggila.

Gerakan Taehyung terhenti, namun ia tak lekas mundur. Dari jarak yang hanya tersisa lima sentimeter, Taehyung berbisik dengan suaranya yang berat.

"Aku mencintaimu, Hana. Jadilah milikku."

-TBC-

WTF Taehyung istri kuki diembat </3

Ann. -14 Juli 2018-

Shred Into Pieces | JJK ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang