Detektif Abal-Abal

3 3 0
                                    

"Tunggu! Apa itu?"

Aku melihat sesuatu di cermin.

"Ihh itu apaan ya putih?"

Aku pun mendekati cermin. Tetapi tetap saja benda itu tak bergerak sedikitpun dari tempatnya. Aku bisa melihatnya dari cermin. Tetapi ketika aku melihatnya ke belakang, tidak ada sesuatu di sana.

"Oh apa mungkin itu..."

Aku meneguk ludahku mentah-mentah karena ludahku belum dimasak..Ha..(?)

Aku mendekatinya...terus mendekatinya...berusaha memegangnya...dan.....

"Hmm kayaknya aku udah lama gak pernah bersihin ni kaca."

Aku segera membersihkan kaca itu. Ku kucek dengan keras tak bisa juga. Akhirnya beralihlah aku menjadi spongebob. Aku melaser kaca itu hingga akhirnya rumahku meledak seperti Krusty Krab. Lah, malah ngelantur deh. Bukan, bukan seperti itu.

Aku kucek kaca itu dengan keras hingga....

PRANGGGG.....

Tanganku terluka terkena pecahan kaca saat aku menekannya. Ekspresiku pun berubah menjadi -_-

"Tara oh Tara kenapa kau selalu sial. Gimana aku gak sial kaca pecah sih."

Tuh kan ngelantur ke Upin Ipin.
"Sadar Tara. Kamu habis mabuk? Ngelantur sana sini." Aku menampar pipiku.

Baiklah, itu hanya sekedar kaca pecah dan melukai tanganku. Tetapi untuk saat ini, pikiranku beralih pada siapa si pembuat teror sialan!

Aku mengambil buku detektif conan.

"Aku harus menjadi kecil jika ingin menjadi detektif?"

Aku menatap keluar jendela. Komat-kamit entah apa yang aku bicarakan pada khayalanku menjadi seorang detektif.

***

Malam pun tiba, aku terus mondar mandir di kamar. Pikiranku sedang kacau untuk saat ini. Bahkan aku melewatkan makan malam, karena lidahku tak berselera. Aku masih memikirkan siapa pembuat teror, yang sudah mengusik hidupku yang sangat aman, damai, dan sejahtera ini.

Aku pun membuka jendela membiarkan angin malam merasuki sukma dan jiwaku. Menatap bintang bintang. Dan apa yang kulihat..

"Viona?" Aku memastikan bahwa yang kulihat itu benar-benar seorang Viona.

"Viona ngapain keluar malam-malam?"

Aku terus memerhatikan gerak-gerik Viona yang mungkin sedikit mencurigakan. Viona terus saja menelusuri gang rumah yang gelap gulita. Mataku perih terkena angin malam, hingga aku harus mengerjapkan mataku. Tapi setelah itu...

"What? Viona kemana?"

"Apa mungkin dia udah balik ke rumah? Secepat itu?!"

"Gak. Gak mungkin deh. Gak mungkin manusia bisa lari satu detik jarak 100 meter."

"Apa mungkin yang barusan itu hantu?"

"Hhh gak mungkin."

"Tapi bisa aja aku punya indra keenam."

"Mulai ngawur deh kamu nak."

Seperti biasa. Ku rasa aku mulai crazy karena aku berbicara pada diri sendiri.

Tetapi, ketika aku hendak menutup jendela. Aku melihat Viona yang entah datangnya darimana.

"Cihh akhirnya dia muncul lagi. Sekarang mau kemana tu anak." Aku pun turun dan keluar rumah tanpa seizin Bubu.

Tentu saja aku anak yang cerdas dan tidak patut ditiru. Karena aku melewati jendela ruang tamu yang mana pada kesempatan emas itu tak akan kusiakan.

Aku pun coba membuntuti Viona. Tapi apa lagi yang kudapat. Aku kehilangan jejaknya.

"Shit! Kehilangan jejak lagi."

Aku harus kembali ke rumah. Tetapi ketika aku berhasil masuk melalui jendela yang tadi...

"Habis darimana Tara?"

"Oh Shit! Ketahuan Bubu lagi."

"Heee habis i...itu habis keluar Bu."

"Ngapain keluar malam-malam?"

Aku bisa melihat tatapan mata tajam Bubu. Dan aku haru mengalihkan topik.

"Habis jadi detektif abal-abal. Udah ya Bu. Tara capek mau bocan. Daaa."

Aku segera berlari meninggalkan Bubu yang entah bergumam apa dalam pikirannya.

HURUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang