Si Penguntit

2 1 0
                                    

"Hai bu" Aku menarik kursi dan duduk sambil menyantap roti panggang dengan mata yang terpejam. Jujur saja, aku masih sangat mengantuk.

"Selamat pagi sayang." Bubu mencium pipiku dan ketika itu papa baru saja keluar dari kamar.

"Papa mau kemana? Pagi-pagi begini udah rapi. Oaaheemm."

"Wah, anak papa masih ngantuk yaa.." Papa mencubit pipiku. "Emang kamu lupa? Kita kan mau ke kebun raya"

"Ah? Sejak kapan papa ada bilang?" Aku mengerutkan alis.

"Sejak tadi." Papa tertawa kecil.

"Suka-suka hati papa sajalah." Aku berdiri meninggalkan meja makan. "Tara mau kemas-kemas dulu yoo..bye..."

***

Sudah lama kami tak mengunjungi kebun raya. Suasana yang sejuk selalu menyegarkan hati dan pikiran, tetapi sayang, kesejukan itu sudah tidak seperti dulu lagi. Banyak bangunan di sekitarnya yang membut kesejukannya perlahan tapi pasti menghilang. Banyak sampah yang bergerak dan terpendam disapu air dan angin.

***

"Papa, Tara mau beli strawberry dulu ya." Aku berlari mengejar strawberry yang tidak bisa diam di tempat.

"Jangan jauh-jauh! nanti papa sama bubu diam dekat kolam yang ada jembatannya.", teriak papa.

Aku hanya memberi isyarat mengiyakan.

"Pak, saya beli strawberrynya 1 kotak ya." Pedagang itu memberi 1 kotak strawberry dan aku segera membayarnya. "Terima kasih ya pak."

Aku duduk mencari tempat di dekat taman anggrek. Iya, karena aku sangat menyukai bunga anggrek. aku menyantap strawberry tanpa ada gangguan dari papa dan bubu.

"Iyah, akhirnya aku bisa sendiri." Aku menyantap strawberry sembari mengambil foto.

Aku mengecek setiap foto yang sudah aku ambil. Tetapi kali ini membuat bulu kuduk berdiri. Lagi-lagi ada anak bertopi hitam dan pakaiannya yang juga serba hitam sedang menatap ke arahku. Ketika aku melihat objek yang aku ambil, tak ada siapapun di sana.

"Baiklah Tara, kamu nggak boleh panik."

Aku tetap memakan strawberry dengan santainya. Maksudnya pura-pura santuy.

Aku merasa seperti ada yang mengawasiku dari belakang, dengan cepat aku menoleh ke belakang. Melihat sisi kanan dan kiri tak ada siapapun, hanya ada pohon-pohon besar. Aku menoleh ke depan lagi.

"Tara!" seorang anak laki-laki tiba-tiba muncul tepat di depan wajahku.

"Huaaaa jangan bunuh aku, ampuuunn ampuuunnn", teriakku melempar strawberry ke wajah anak itu.

"Hey hey hey. Aku Rico, teman kecilmu.", katanya sambil menepis strawberry yang aku lempar.

Aku berhenti melempar strawberry, memberanikan diri membuka mata. "Uh? Kamu ngagetin aku aja." Aku memukulnya gemas.

"Ehh udah hey. Habisnya kamu tegang banget kayak CCTV lihat kesono kesini hahaha..."

"Uuhh, pasti kamu tadi yang lihatin aku ya?!" Ini di foto ini kamu kan?" Aku menunjukkan galeri.

"Mana? Aku baru aja datang. Tadi aku lihat papa sama mama kamu. Tadi aku keliling nyari kamu, eh tau-taunya kamu ada di sini tegang gitu mukanya. Tapi itu bukan aku, kamu nggak bisa lihat bajuku? Kamu kan tau aku nggak suka sama warna hitam."

"Hmm, iya juga ya, kamu kan nggak suka warna hitam." Aku mematikan ponselku.

"Wah jail kali kamu Tara."

"Aku? Jail darimana?" tanyaku bingung.

"Kamu mah suka kali nyari aib orang. Bisa aja itu orang lewat terus kamu mau stalking-stalking gitu."

"Ihh apaan sii?"Aku memukul Rico dan ia berlari "Nggak kena yeee"

Kami pun bermain kerjar-kejaran, tidur di taman sambil menebak bentuk-bentuk awan seperti apa yang biasa kami lakukan dulu.

"Tara, aku balik dulu ya. Orang tuaku udah nyari aku. Daaa.." Rico melambaikan tangannya sambil berlari menuju mobil.

"Daa.. hati-hati!" teriakku.

Aku pergi mencari papa dan bubu, tetapi lagi-lagi ada orang yang mengikutiku. Aku berjalan dengan cepat, secepat yang aku bisa. Meminta pada papa dan bubu agar kami cepat pulang, untungnya papa dan bubu langsung setuju tanpa berdebat dulu seperti biasanya.

***

Aku tidak bisa tidur. Aku mengambil ponselku, mencocokkan foto perayaan kemarin dengan foto yang aku ambil di kebun raya. Hasilnya sungguh mengejutkan! Anak laki-laki dengan topi yang sama. Oh, aku dalam bahaya.

Ponselku bergetar sekejap. Ada sms masuk dengan nomor yang sama sekali aku tidak kenal.

Kamu harus membayar semuanya!!!

Aku berusaha tenang. Dengan tangan gemetar, aku menelepon ke nomor yang baru saja mengirimkan aku pesan teror. Tetapi nomornya sudah tidak aktif lagi.

Sepertinya aku harus benar-benar extra siaga

To be continued....

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 03, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HURUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang