i6. Alasan Pindah

266 47 0
                                    

Hidup biasa lebih banyak kebersamaannya.
Hidup mewah lebih singkat kebersamaannya.

Dira mengetuk pulpen berwarna biru miliknya pada meja. Guru tadi masuk kelas sebentar hanya memberi tugas lalu pergi akan ada rapat. Semua senang bisa menjawab soal yang diberikan, ada juga yang langsung menggaruk kepalnya sih. Dira pun hanya bisa melihat soal yang diberikan, catatan bukunya masih kosong. Sepertinya kelas sudah dimulai sejak dua minggu setelah masa orientasi kemarin.

"Dir lo gak ngerjain tugasnya? Ntar dikumpul," Keisha yang tadinya mengerjakan mengingatkan Dira, tetapi hanya dibalas gelengan kepala saja.

"Ini materi sebelum lo masuk, sini gue bantuin."

"Gak sha, gue gak ngerjain."

"Udah anggap aja sebagai kebaikan gue jadi temen baru lo."

Dira akhirnya menyerahkan buku paket miliknya. Masih tersampul rapi karena masih baru.

Keisha tipe teman yang percaya diri dan baik. Baru saja sehari berteman dengannya saja sudah mendapat keuntungan, eh... bukan maksud cari untung.

Dira ingin bertanya jauh soal Kevin. Siapa dia? Kenapa banyak yang menyorakinya? Apa dia tipikal playboy yang ingin bermain hati dengan Dira seenaknya? Dan masih banyak lagi, tapi belum siap untuk itu. Takut akan Keisha tidak suka sedemikian Citra, mereka sepertinya pengagum Kevin.

Bel pulang tiba juga pada akhirnya. Dira dan murid SMA Kharisma Permata Bandung ini pastinya sudah menanti.

"Eh dir, lo pulang bareng siapa?" tanya Keisha.

"Kendaraan online."

"Bareng papa gue aja yuk," ajak Citra.

"Gak deh makasih, lain kali aja."

"Gak usah malu, keisha aja bareng gue kok,"

"Hm,"

"Ayo dah, papanya citra baik kok gak gigit kayak mantan."

"Oke deh."

Dira hampir tertawa, tapi masih menahn tawa itu dalam hati.

"Gue duluan ya sha, cit" Dira akan beranjak dari kursi belakang kemudi.

"Makasih juga om, keisha juga. Pamit duluan ya."

"Dahh dira,"

Citra dan Keisha melambaikan tangannya sebagai tanda sampai ketemu lagi.

"Oke hati-hati," Dira seperti menjadi dirinya kembali. Kenangan masa lalu dibuang jauh-jauh.

"Kita kencan dikamar yok, naik mobil aku."

"Apaan sih lo! Gue gak kenal sama lo."

"Kita senang-senang sayang,"

Dira ditarik paksa sampai dalam mobil dan untung saja ada orang sekitar menyelamatkan Dira.

"Mbak?"

"Pergi!!" refleks Dira ketakutan dan membentak satpam apartemen miliknya.

"Eh pak samsul? Maaf pak,"

"Mbak gak apa-apa?" Pak Satpam sudah kenal Dira dalam beberapa hari ini.

"Oh, saya baik-baik aja."

"Nanti biar minta pelayan kalau ada apa-apa ya mbak,"

Dira mengangguk. "Saya permisi pak."

Dira berjalan melewati tangga apartemen miliknya. Dira tinggal sendiri karena tak mempunyai siapa-siapa dikota Bandung ini dan juga supaya mandiri tidak bergantung pada orang tua.

"Pah mah dira mau pindah sekolah boleh ya?" tanya dira, seketika dibutik milik kedua orang tuanya.

"Ada apa? Kamu baru aja masuk SMA semester 1 kemarin, belum ada satu minggu." sanggah Mama Dira bernama Liera.

"Pindah dibandung boleh ya?" Dira kembali merajuk kepada kedua orang tuanya.

"Boleh. Tapi papa sama mama kan disini kerjanya. Pasti gak bisa kalau kebandung. Dibandung siapa yang ngurus kamu?" Orang Tua lelaki dari dira ikut berpendapat.

"Papa mama bolehin kok, tapi kamu yang ngurus kamu siapa sayang?" Liera mengelus kepala Dira dengan sayang.

"Dira bisa sendiri, misalnya Kos-kosan? Boleh ya pah mah," Dira terus merajuk kepada kedua orang tuanya.

"Pah gimana?" tanya Liera.

"Coba kamu jawab menurut kata hatimu liera,"

"Mama bolehin sih."

"Boleh kok tapi jangan pernah bohongin mama ya? Selalu kasih kabar." Dira mendengar itu dari mulut Liera langsung menatap Papanya yang belum memberikan jawaban kepastian.

"Papa juga boleh kok. Nanti papa selalu kirim uang kok. Jangan kos bahaya, nanti nyewa apartemen aja lebih aman. Dua hari lagi kita kebandung buat daftarin, tapi maafin papa sama mama ya. Sehari langsung balik kejakarta." Dira langsung memeluk secara bergantian kedua orang tuanya dengan amat bahagia. Dira melepas pelukannya ingin mengatakan maksud apa pindah.

"Pah mah jujur. Dira mau pindah soalnya gak betah. Dira disekolah selalu dibully, kalau dira deketin temen mau bergaul malah dijauhin. Pulangan dira selalu nangis dikamar mikir salah dira apa. Padahal menurut dira, dira gak ada salah. Ada satu orang bilang kalau dira gak salah tapi mereka iri sama dira. Soalnya dira dari orang yang kebutuhannya terpenuhi terus kan papa mama pengusaha butik terkenal. Jadi dira gak tahan." mata Dira berkaca-kaca dan akhirnya tumpah dihadapan kedua orang tuanya.

"Sabar ya sayang. Papa mama selalu ada didekat kamu kok. Kalau ada apa-apa bilang aja ke papa atau mama. Mungkin kalau pas pindah nanti gak ketemu jadi lewat telfon aja. Sudah jangan nangis." Mama memeluk Dira, Papa juga ikut memeluk keluarga kecilnya yang terdiri dari tiga anggota saja, tetapi keluarga bahagia.

"Makasih pah mah bisa buat dira sampai sini." Dira sampai didepan apartemen bernomer 223 lalu menyeka air matanya, mengingat beberapa waktu lalu saat kedua orang tuanya menyetujui permintaan Dira.

Dira berusaha menutupi kedua orang tuanya yang bekerja sebagai pengusaha sukses. Dira tak mau dijauhi seperti dulu lagi oleh sekeliling hanya karena kekayaan. Mungkin disekolah barunya ini Dira akan hidup sebagai anak biasa saja.

Mulai besok Dira akan seperti Dira pada saat smp dulu. Selalu ceria, bahagia, suka menyapa, periang. Semoga saja seperti itu.

Masa SMP selesai ujian mungkin masa terakhir kali Dira tersenyum. Menangis pun disaat diadakan perpisahaan, karena temannya tidak ada yang satu sekolah dengannya.

Follow intagram author ya @fikadk kalau mau follback dm aja "thor follback, ini readersmu tersayang." okayyy ❤

(Jumat, 11-mei-2018)

She Is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang