Part 1 : Let's Life Simply

2.5K 196 8
                                    


Burung-burung berkicau menyambut pagi yang cerah. Sinar matahari telah merambat masuk melalui celah-celah jendela di kamar sederhana yang tirainya masih menutupi permukaan. Seseorang terlihat meringkuk dari balik selimut, bercengkrama dengan alam mimpi yang masih belum terputus. Beberapa foto keluarga terpajang memenuhi dinding kamarnya. Tempelan notes penyemangat bergantungan di atas meja belajar. Sebuah bola basket terparkir di atas kasur. Serta, terlihat beberapa pakaian kotor masih berserakan di lantai kayu yang licin.

Beberapa kali sang pemilik kamar mengeluarkan suara lenguhan karena kantuknya yang tertahan. Pergerakan demi pergerakan kecil tercipta, menggoncangkan kasur sederhana tanpa ranjang tersebut. Tubuhnya berguling kesana kemari ketika suara alarm pagi berdering indah di samping bantal mungilnya.

"Hoaahhhhhmmmmmmm"

Dia kini sedang meregangkan otot-ototnya. Sembari mendecak kesal karena harus terbangun awal dan memulai aktivitasnya di sekolah.

Perlahan ia bergerak ke arah jendela. Menyibakkan tirai yang menghalangi mata dan membiarkan sinar sang surya memenuhi ruangan kotornya.

"Aish! Pemandangan ini lagi..."

Ia mulai mengeluh. Namun, bersamaan dengan keluhan itu badannya tergerak membereskan ruangan bak kapal pecah itu. Memunguti pakaian-pakaian kotor, meletakkan barang-barang kembali pada tempatnya, merapikan selimut, dan menyiapkan buku-buku pelajaran.

"Ah.. perutku lapar. Apa Halmeoni sudah memasak ya?"

Remaja itu segera melonjak dari posisinya, ia bergegas menuju dapur dan melihat apakah aroma sedap sudah tercium di hidungnya atau belum.

"Halmeoni.... Halmeoni..."

"Kemana dia?"

Laki-laki itu celingukan kesana-kesini, mencari sosok nenek yang ia sayangi, namun tak kunjung bertemu. Perutnya kini semakin berbunyi keras. Cacing-cacing sudah mulai protes di dalam sana. Padahal, semalam ia memimpikan makan yaki udon buatan neneknya yang super lezat. Sekarang, ia hanya bisa menelan air liurnya tanpa melihat sedetik pun apa yang ia harapkan ada.

"Taehyung.... Kim Taehyung.... Kemarilah.."

Itu suara halmeoni, kesayangan laki-laki remaja itu. Mendengar namanya dipanggil, Taehyung berlari menuju halaman belakang dan mendapati halmeoninya sedang mencabut beberapa lobak dari tanahnya.

"Halmeoni.. apa yang sedang kau lakukan? Halmeoni tidak boleh terlalu capek. Ingat?"

"iya.. sayang... maafkan halmeoni. Kenapa kau jadi merajuk? Eoh?"

Lantas, sang nenek mengelus lembut puncak surai kecoklatan cucunya itu sampai membuat empunya menarik senyum kotak yang sangat manis.

"Halmeoni selalu bisa membujukku.."

"Ya sudah. Ayo, bantu aku mencabuti lobak ini. Aku akan memasakkanmu Deonjang- jjigae (Soybean Paste Stew)... kau lapar kan? Hmm?"

"Halmeoni... kenapa memasak itu? Padahal aku sangat ingin Yaki Udon."

"Kapan-kapan kita akan membuatnya, ya?"

Keduanya pun segera masuk ke dalam rumah yang terkesan sederhana yang terletak di pinggiran Geochang, Daegu.

..........................................

Aroma sup kedelai menyerbak kemana-mana. Beberapa kali, Taehyung menyendok sup tersebut untuk masuk ke dalam mulutnya. Nenek yang berada di hadapannya hanya bisa menatap dengan penuh senyuman. Memperhatikan cucu kecilnya yang kini telah tumbuh remaja, remaja berumur 18 tahun tepatnya. Ia sangat bangga bisa membesarkan anak itu dengan baik, terlebih setelah kedua orang tuanya harus bekerja di Seoul membawa kedua adiknya yang masih kecil-kecil.

Recondite (Kth X Ksh) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang