Honesty

2K 343 31
                                    

"Jadi.. ", Daehyun mengepulkan asap rokoknya ke udara. Matanya menatap tajam sang adik yang sibuk sendiri dengan games di ponselnya. "Lo sebenarnya punya masalah apa sama Yoonie?"
Taehyung tertegun, menoleh Daehyun dengan tatapan bingung.
"Maksud lo apaan?", Taehyung kembali mengalihkan pandangan ke layar ponselnya.
"Gini ya adikku sayang. Gue tau lo pasti ada something ke Yoonie yang lo sendiri ngga paham itu apa. Dan di sini sekarang mau bantuin lo buat mengkonfirmasi itu semua."
Lagi-lagi Taehyung tertegun, dahinya mengernyit karena bingung.
"Apaan dah, Bang? Ngga ada something-somethingan gue sama Yoonie. Lagian kok lo bisa mikir sampai jauh begitu?"
Daehyun tersenyum miring. Sudah jelas kalau lagi-lagi Taehyung menepis anggapan itu, membuatnya gemas sendiri.
"Lo kira berapa lama kalian saling kenal? Dari balita kalau lo lupa. Dan lo kira gue ngga merhatiin tingkah lo berdua satu sama lain, apa?", Daehyun menghisap rokoknya lagi.
Kalau boleh dibandingkan, tingkat kepekaan seorang Kim Daehyun itu luar biasa. Bahkan cuma sekadar melihat saja dia udah bisa menebak isi hati seseorang. Bukannya sok tau, tapi ketajaman firasatnya memang ngga bisa diragukan lagi. Terlebih yang menyangkut soal adik kesayangannya itu, rasanya Daehyun lebih mengerti tentang Taehyung dibandingkan diri Taehyung sendiri. Soal perasaannya sendiri aja ngga peka, apalagi soal perasaan orang lain.

"Ingat ngga lo waktu gue pernah cerita soal Yoo Youngjae ke lo?"
Taehyung mengangguk sekenanya tanpa mengalihkan atensinya pada layar ponselnya.
Ya gini kalau lagi asyik ngegames eh diajakin ngobrol. Mana dia peduli.
"Awalnya gue juga kayak lo gitu. Selalu bilang ke diri sendiri kalau gue ini normal, gue masih suka cewek. Tapi semakin gue menyanggah prasangka itu, yang terjadi gue malah mengakui kalau ada something yang gue rasakan ke dia."
Daehyun menerawang, memandang langit malam yang gelap tanpa bintang.
Taehyung mendengus, "Dih, gue emang normal kali, Bang", tegas Taehyung. Tapi bisa dengan jelas Daehyun menangkap keraguan dari nada bicara adiknya itu.
Daehyun berdecak, "Iya, sekarang lo bisa bilang begitu. Ngga lama lagi pasti lo berubah pikiran."
"Apaan sih lo?", Taehyung meletakkan ponselnya, fokusnya ngegames buyar begitu aja. "Sebenarnya lo mau ngomongin soal apaan deh, Bang?"
Taehyung mengambil satu puntung dari kotak rokok milik sang kakak.
Aji mumpung sekali kakak beradik ini, mentang-mentang orang tuanya ada keperluan mendadak ke Ilsan, mereka jadi bebas merokok di balkon kamar Taehyung malam-malam begini.

"Intinya gini, Ta", Daehyun memandang adiknya itu lekat-lekat, "Ngga usah membohongi diri lo sendiri. Apa susahnya jujur sih?"
Serius, Taehyung merasa kakaknya ini jauh lebih tau soal dirinya dibandingkan Taehyung sendiri. Tapi sekali lagi, Taehyung menepisnya.
"Jangan sok tau, Bang. Gue ngga ada pikiran begitu sama sekali", sanggah Taehyung.
"Are you sure?", Daehyun memicingkan matanya. "Sekarang gue tanya deh, kenapa setiap cerita soal Yoonie mata lo berbinar? Dan gue inget ya Ta, waktu kita ngga sengaja ketemu Yoonie sama teman kuliahnya, reaksi lo itu ngga semestinya. Lo kelihatan ngga terima Yoonie pergi sama orang lain. Dan satu hal lagiᅳ"

"ᅳkenapa foto Yoonie yang selalu jadi wallpaper ponsel lo? Padahal selama ini lo pacaran sama cewek. Tapi kenapa bukan cewek lo yang nampang di situ?"

Deg!!

Taehyung terhenyak. Baru menyadari satu hal klise yang selalu ia abaikan.

Lah? Iya ya? Kenapa gue baru sadar?

...

Yoongi baru saja melepas sepatunya saat sang Ibu tiba-tiba memanggilnya dari ruang tengah.
"Sini, Gi. Ibu mau bicara."
O'ow, firasat Yoongi mendadak ngga enak. Karena sejak kemarin, pasca obrolan Ibunya serta keluarga Kim di pantai, sikap Ibunya sedikit berbeda. Bukan artian jelek, cuma saja seperti lebih mengawasi Yoongi. Tadi pagi aja waktu Ibunya lihat Yoongi dijemput Namjoon, langsung bertanya dengan wajah curiga. Padahal kan harusnya dia tau, Namjoon sudah beberapa kali ke rumah untuk menjemput Yoongi bersama Hoseok.
Tapi yah, namanya juga paranoid.

"Ibu tadi ketemu teman kuliah Ibu, dia ternyata punya anak perempuan. Cantik loh, Gi. Kamu ketemuan ya sama dia", titah Ibunya dengan penuh harap Yoongi menyanggupinya.
Yoongi mengangguk pasrah. Setidaksukanya Yoongi pada kencan buta, tetap saja kan dia paling tidak bisa bilang 'tidak' pada Ibunya.
"Tapi kali ini harus berhasil loh, Gi. Ibu berharap banyak sama kamu", lanjut Nyonya Shin sembari tangannya menggenggam erat jemari Yoongi.
"Harus banget, Bu?"
Nyonya Shin mengangguk, "Ya harus lah, Gi. Kamu mau sampai kapan menolak semua gadis yang mau Ibu jodohkan ke kamu?", Nyonya Shin mengeluarkan satu foto dari dompetnya. "Nih, namanya Oh Hayoung. Dua tahun lebih muda dari kamu sih, tapi baik kok. Feminim, cantik, pintar masak juga."
Yoongi mendesah lesu, "Tapi kan ngga bisa dipaksakan kalau Yugi ngerasa ngga cocok, Bu. Bukannya dulu Ibu bilang sendiri kalau keputusannya terserah Yugi?"
"Itu karena Ibu percaya kamu akan memilih yang terbaik. Tapi makin ke sini, Ibu lihat kamu ngga ada niatan yang sama kayak Ibu. Kamu tuh seperti ogah-ogahan gitu. Kadang Ibu sampai mikir yang jelek tau ngga ke kamu, Gi."
Yoongi tercenung, "Mikir jelek gimana?"
"Ya, ini sih pikiran jelek Ibu aja ya", Nyonya Shin menggigit bibir bawahnya sendiri.
"Ibu takutnya kamu menyimpang. Ngerti ngga maksud Ibu? Ngga suka sama perempuan maksudnya."
Yoongi terhenyak kaget. Sebisa mungkin menyembunyikan rasa paniknya yang begitu kuat.

Mampus Ibu curiga! Mampus! Mampusin aja gue sekarang!

Yoongi menggeleng kaku, "Eng-ngga lah, Bu. Yoongi masihᅳ"
Nyonya Shin menangkup kedua pipi Yoongi, memaksanya agar menghadap dirinya.
"Gi, tatap mata Ibu", titahnya tegas, membuat Yoongi cuma bisa menelan salivanya tanda tak siap.
"Jujur sama Ibu, oke? Ibu janji ngga akan marah apapun jawaban kamu."
Yoongi mengerjap ragu. Firasatnya makin tak enak.

"Kamu sayang sama Tata?"

ᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳ

To be continued..

ᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳ

Pendek? Iya. Tinggian Yoonie. :D

-Min Chaera-

My Happy Ending (Taegi) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang