Believe It

2.2K 323 26
                                    

"Ta, lo percaya sama happy ending ngga?"

Satu pertanyaan itu masih terus mendengung di telinga Taehyung. Sejak semalam, hingga kini, saat Maminya meletakkan piring berisi roti selai strawberry favorit tepat di hadapannya itu.
"Makan, sayang. Jangan ngelamun terus ah, masih pagi ini."
Taehyung spontan tersentak, lalu mengangguk pelan.
"Ngelamun jorok lo ya?", Daehyun yang sedari tadi memperhatikan Taehyung tersenyum menggoda.
"Mohon maap, itu otak dibersihin dulu mendingan", balas Taehyung tak berminat.
"Kamu mikirin apa sih Ta sampai ngeblank begitu kayaknya?", tanya Nyonya Kim penasaran.
"Paling juga skripsi, Mi", Tuan Kim yang menyahut, "Udah sampai mana kamu? Papi ngga mau dengar jawaban masih di bab tiga ya."
Taehyung tersenyum tipis, "Lanjut bab empat kok, Pi. Sebentar lagi selesai."
"Engga, belum. Gue yakin lo ngga akan selesai dengan mudah kalau masih menggalau tiap malam", celetukan Daehyun sontak membuat Taehyung ingin menjitak dahi kakaknya itu keras-keras. Tapi tentu saja dia tahan karena keburu dapat tatapan tajam dari kedua orangtuanya.
"Jangan pikirin hal lain, Ta. Fokus skripsi dulu, kalau udah lulus kan baru nyusulin abang masuk perusahaan", ucap Tuan Kim dengan nada serius.
Taehyung menghela napas pelan. Kalau boleh jujur, Taehyung lebih memilih untuk tidak masuk perusahaan Papinya dan menjadi fotografer lepas saja. Seperti mimpinya.
Tapi dirasanya akan sulit, berhubung sang Papi menentang impiannya itu.

"Omong-omong, abang bulan depan udah masuk 30 lho. Ngga ada rencana apa gitu, Bang?", Nyonya Kim mengalihkan pembicaraan. Dan kali ini sasarannya adalah anak sulungnya, Kim Daehyun.
Daehyun tau sebenarnya sang Mami cuma memberi kode padanya. Iya, kode untuk segera menikah tentu aja. Karena dulu ia pernah diminta agar jangan terlambat menikah, biar kalau punya anak selisih umurnya tidak terlalu jauh. Maksudnya sih biar tetap kelihatan muda.
Taehyung melirik Daehyun yang seketika bergeming. Dia tau kakaknya itu bingung mencari alasan apa lagi kali ini. Sepertinya akan sulit bagi Daehyun mengakui pada orangtuanya kalau diaᅳ

"Kalau Abang ngga menikah, gimana Mi, Pi?"
Sontak saja kedua orangtuanya tercekat mendengarnya. Taehyung juga melotot kaget.
"Bang, kok kamu gitu ngomongnya?", Nyonya Kim bertanya dengan panik.
Daehyun menghela napas berat, mungkin ini saat yang tepat untuk mengaku.

"Abang ngga bisa menikah sama perempuan."

Dan satu kalimat itu mengartikan semuanya tanpa perlu dijabarkan secara rinci.

...

"Gampang banget lo, Bang, ngakunya. Sampai bikin Mami sama Papi ngga mampu berkata-kata lagi", Taehyung bersuara setelah sepuluh menit hening sepanjang perjalanan menuju kampusnya.
Daehyun hanya pasang senyum tipis di balik kemudi, "Ya buat apa dibikin susah, Ta? Biar jelas juga kan kalau gue jujur begini."
Taehyung berdecak heran, "Terus menurut lo, Mami sama Papi bakal restuin lo gitu sama pacar lo sekarang? Siapa tuh, Junhong?"
"Mereka bisa apa selain merestui? Lihat kan tadi Mami sama Papi ngga berkomentar banyak selain bilang 'terserah abang aja', kan?", timpal Daehyun enteng.
"Iya sih."
Daehyun menoleh Taehyung sekilas, "Lo sendiri gimana? Katanya lagi proses deketin cewek lagi? Ah, biar gue tebak, paling juga ditolak lagi."
Tepat dugaan. Daehyun menerkanya dengan mudah.
Taehyung tersenyum miris, "Baru aja semalam gue tau kalau dia udah punya pacar, Bang. Padahal sebelumnya dia ngaku jomblo. Sialan banget ngga tuh?"
Daehyun sontak tertawa mengejek, "Mampus lo! Makanya jangan sok-sokan mengelak lo jadi orang. Udah ada Yoonie di depan mata juga, kenapa harus maksakan diri nyari yang lain sih?"
Taehyung mengernyitkan dahinya, "Kok jadi bawa-bawa Yoonie lagi? Eh, Bang, gue ngga kayak lo. Gue norᅳ"
"Masih mengelak juga ini bocah. Kurang bukti apa lagi sih?", Daehyun mendengus,  "Ta, coba deh lo lebih terbuka sama perasaan lo sendiri kali ini. Jangan menghindari yang udah pasti."
Taehyung menggeleng, "Kalapun ada perasaan gue ke Yoonie, itu cuma sebatas rasa sayang sebagai sahabat. Ngga lebih."
"Yakin?"
"Bang, jangan paksa gue ngakui hal yang emang ngga terjadi kenapa sih?"
"Wey, gue bantuin lo buat jujur sama diri lo sendiri. Ayolah Ta, perasaan itu ngga bisa dibohongi, yang bersikeras nutupin ya cuma ego lo itu doang."
Taehyung mengusak surai karamelnya, "Gue ngga nutupin apapun. Gue ngga bohong soal apapun. Lo kenapa ngotot banget jadi orang!"
"Emangnya salah kalau gue cuma ngga pengin adik gue ini ngalamin hal yang sama kayak gue dulu? Ta, gue udah pernah menyesal satu kali, dan gue ngga mau hal itu terulang sama lo", tangan Daehyun menepuk bahu Taehyung pelan.  "Kehilangan seseorang yang berarti banget buat lo itu hal paling menyakitkan asal lo tau. Gue ngga mau lo ngerasain hal yang sama, Ta. Gue ngga mau lo nyesal sebelum terlambat."
Taehyung mendesah lesu, digenggamnya tangan kakaknya erat.
"Gue tau lo cuma pengen yang terbaik buat gue, Bang. Tapi sekali lagi, lo kayaknya salah persepsi. Gue sahabat Yoonie, dan gue ngga ada perasaan khusus sama sekali ke dia. Jadi gue minta sama lo, Bang, jangan paksain gue mengakui hal yang memang ngga terjadi."
Daehyun menghela napas lelah, tangan kanannya ditarik lalu kembali pada kemudi.
"Terserah lo aja."

My Happy Ending (Taegi) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang