Fate (2)

1.9K 324 32
                                    

Taehyung meneguk kasar salivanya sendiri, bersamaan dengan luruhnya buliran keringat dingin di pelipisnya. Dalam hati sibuk memaki dirinya sendiri tanpa ampun. Bagaimana bisa dia kelepasan bicara seperti itu di depan Ibu Yoongi? Dan lihat sekarang wanita paruh baya nan cantik itu. Matanya melotot kaget lengkap dengan banyaknya kerutan di keningnya.

"Ta, kamu lagi becanda kan?", tanya Nyonya Shin setelah sadar dari shooknya.
Taehyung tertegun, mendadak dia bingung mau menjawab apa. Di satu sisi dia enggan berbohon soal apapun lagi, meski itu menyangkut perasaannya terhadap Yoongi yang sudah ia akui begitu dalamnya. Tapi di sisi lain, dia tak mau menambah daftar masalah yang ia buat terhadap Yoongi. Bahkan soal insiden tempo hari saja belum bisa dibilang selesai.

"Hehehee. Iya tante, Tata cuma becanda kok."

Akhirnya memutuskan untuk bohong lagi.

Nyonya Shin lantas menghela napas lega, "Ya ampun Ta, tante udah jantungan lho tadi. Kamu jangan begitu ah becandanya. Eh tapi tante serius bakal kasih kamu apapun kalau berhasil bujuk Yugi ya. Tapi big no untuk permintaan yang tadi."
Taehyung mengangguk pasrah mendengar kalimat bernada ultimatum itu. Ya mau bagaimana lagi, kan?

Kenapa di saat gue udah lelah berbohong, yang terjadi justru gue harus buat kebohongan lain? Tuhan pasti marah sama gue.

...

Yoongi bukanlah orang yang suka lempar batu sembunyi tangan. Tidak, tidak. Seberapapun kesalnya ia terhadap orang di depannya ini, sedalam apapun kekecewaannya pada Tuan Min ini, mana mungkin kan dia melepas tanggung jawab karena sudah dengan tidak sengaja membuat dahi pria itu terluka.

"Ngga usah pandangin Ayah dengan muka cemas begitu, Gi. Ayah ngga apa-apa kok", celetuk pria paruh baya--yang masih nampak berumur remaja itu dengan senyum mengembang di bibirnya.
Mendengar itu Yoongi lantas mendengus kasar, "Siapa juga yang cemas?"
Bohong. Padahal Yoongi panik bukan main saat mendapati darah mengucur deras dari pelipis pria itu. Bahkan sampai rela membopongnya ke dalam mobil dan langsung tancap gas ke rumah sakit. Padahal Tuan Min sudah bilang kalau dia baik-baik saja, dan yang terluka itu keningnya, bukan kakinya. Tapi namanya juga sudah terlanjur panik-dan cemas berlebih, Yoongi mengabaikan ucapan itu.

Tuan Min terkekeh kecil, sembari tangannya terangkat untuk membelai kepala Yoongi. Yang tentu langsung ditepis kasar oleh si empunya.
"Gi.. "
"Saya masih banyak pekerjaan, permisi", pamit Yoongi begitu dirasa debaran di dadanya membuncah, membuatnya tak nyaman.
Tapi sekali lagi, pergerakan Yoongi ditahan.
"Yugi, jangan pergi dulu. Paling tidak dengarkan Ayah sebentar", pintanya dengan wajah memelas.
Yoongi mengusap wajahnya kasar, "Jangan sebut diri anda sebagai 'Ayah', karena anda bukan ayah saya!"
Serius, tadi itu bukan sebuah bentakan. Yoongi hanya menekan kalimatnya dalam-dalam dengan sebuah geraman.
Tuan Min tampak putus asa sekarang. Ternyata memang tidak mudah mendapat maaf dari anak yang sudah ia telantarkan selama 16 tahun lamanya. Terlebih melihat sikap dingin dan keras kepala Yoongi yang luar biasa ini. Padahal awalnya Tuan Min mengira akan mudah menghadapi Yoonginya, tapi pikirannya meleset total. Meski terkesan menyogok dengan cara membuat Yoongi pergi ke LA, tapi itu semata-mata ia lakukan agar mendapat maaf dari putranya. Bahkan kalau boleh berharap, ia ingin Yoongi bersamanya dan menetap di LA selamanya.
Tapi tentu saja ide itu terdengar begitu egois kan? Dan mana mau Yoongi menerimanya.

"Maafkan Ayah, Gi. Ayahᅳ"
"Sudah saya bilang anda bukan Ayah saya!"
Cukup sudah. Yoongi kembali nyaris hilang kendali sekarang. Emosinya meluap tanpa bisa terkontrol. Tapi mengingat sekarang tengah di rumah sakit, sebisa mungkin dia tidak membuat kericuhan lagi.
Tak mau berlama lagi, Yoongi berbalik badan hendak pergi. Tapi tentu saja, tangannya kembali ditarik oleh Ayahnya itu.
"Gi.. "
"Lepas!"
"Duduk dan dengarkan Ayah dulu!"
Yoongi mencibir, "Untuk apa saya dengarkan basa-basi dari pria yang sudah menelantarkan saya dan Ibu saya selama 16 tahun?!"
"Yugi. Sayang.. "
"Cukup! Berhenti panggil saya begitu!"
Tepat di saat hempasan kasar Yoongi pada tangan yang mencengkeram lengannya itu, seorang dokter masuk ke dalam ruang perawatan dan secara tidak langsung berhasil menahan kepergian Yoongi.

My Happy Ending (Taegi) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang