That Kind Of Night

2.1K 308 8
                                    

A day when I’m feeling lonely without a reason
A night I can’t fall asleep because I have too many thoughts
A lonely night with no place to go
The end of a normal day, that kind of night

Yoongi melangkahkan kakiknya perlahan, tangan kanannya menenteng satu kantong bir dengan jumlah yang tak seharusnya dibeli untuk sendiri. Entahlah, malam ini dia cuma ingin minum yang banyak. Tidak di rumah tentu saja, karena Ibunya pulang cepat hari ini.
Bukannya Yoongi takut akan dimarahi karena minum, toh Ibu Yoongi tidak menetapkan larangan minum di rumah. Hanya saja Yoongi ingin sendiri, menikmati pusing yang merajalela di kepalanya sejak kemarin. Sampai mengabaikan omelan Namjoon karena cuma berada di kantor selama satu jam kemudian pergi begitu saja. Sisanya hingga malam ini Yoongi cuma menjalankan mobilnya tak tentu arah. Mengelilingi kota Seoul sendirian, tak memberi tahu siapapun, tak minta ditemani siapapun.
Pokoknya Yoongi ingin sendiri kali ini.

Taehyung? Ck, bagaimana dia bisa mengajak objek yang menjadi alasan mengapa dia jadi pening begini?



"Ngga, Bu."
Nyonya Shin tersenyum tipis mendengar jawaban anaknya. Dipeluklah Yoongi dengan erat, ada rasa lega karena ketakutannya terhapuskan sudah.
"Tapi omong-omong", Yoongi melepaskan diri dari pelukan Ibunya. "Kenapa ibu tanya begitu?"
"Cuma mau memastikan aja. Ada orang yang secara ngga langsung bikin Ibu takut."
Alis Yoongi terangkat satu, "Takut karena apa?"
Nyonya Shin menghela napas, "Ibu cuma ngga mau kamu menyimpang sayang."
Yoongi tertegun.
"Gi, ada banyak alasan orang milih buat menyimpang. Putus asa, terlalu kecewa atau yang paling sering karena trauma. Ibu ngga mau kamu jadi 'begitu' dengan alasan apapun", Nyonya Shin mengusap kepala Yoongi penuh sayang, "Ibu tau kamu pasti masih menyimpan rasa 'itu' ke Ayah kan?"
Yoongi terhenyak kaget, "B-bu.."
"Ngga apa-apa, Ibu tau pasti berat buat kamu sampai kamu dendam ke Ayahmu. Tapi bagaimanapun dia tetap ayah kandung kamu, Gi. Dan juga, semua ini bukan karena Ayah yang sepenuhnya salah. Ibu juga", genggaman tangan Nyonya Shin di jemari Yoongi mengerat, "Andai aja Ibu ngga memutuskan buat angkat rahim setelah keguguran dulu, Ayahmu pasti ngga akan berpaling dari Ibu, Gi."


Langkah Yoongi terhenti di sebuah taman tak jauh dari tepian sungai Han. Bibirnya menyunggingkan senyum tipis. Ingatannya terputar saat masih kecil dulu, Ayahnya sering mengajaknya ke mari untuk berlatih mengendarai sepeda. Umur Yoongi masih enam tahun saat itu, dan dia ingat sekali bagaimana bahagianya ketika berhasil mengendarai sepeda. Dan dia ingat bagaimana ekpresi bangga dari sang Ayah, lengkap dengan angel smilenya yang menawan.
Ya, Yoongi mengakui kalau Ayahnya sangat tampan dan memiliki sifat yang lembut. Tidak ada gurat kesal yang ditunjukkannya pada Yoongi. Tapi itu dulu, sebelum akhirnya di umur Yoongi yang kedelapan, Ibunya keguguran dan memutuskan untuk mengangkat rahimnya. Yoongi dulu tidak mengerti apa alasan yang membuat Ibunya memutuskan hal itu, tapi dia mengerti kenapa Ayahnya sangat kecewa atas pilihan sang Ibu.

Min Sungyoon, ayah Yoongi, tau kalau putranya itu sangat menginginkan adik. Bahkan Yoongi begitu antusias saat diberitahu Ibunya hamil lagi. Toh dirinya juga tidak keberatan jika diberi dua atau tiga anak lagi, masih muda ini. Tapi sangat disayangkan, peristiwa naas itu terjadi, Nyonya Shin yang terlalu lelah akibat pekerjaan sebagai chef di hotel membuatnya kehilangan calon bayinya. Dia terjatuh dari tangga karena hilang keseimbangan. Benturan keras di perutnya membuat rahimnya bermasalah, akan beresiko tinggi jika memaksakan untuk hamil lagi. Itulah kenapa Nyonya Shin memutuskan untuk mengangkat rahimnya.

Tak lama setelah itu, sikap Ayahnya sedikit demi sedikit berubah. Dia jadi sering pulang malam, alasannya ada pekerjaan di luar kota. Profesi Ayah Yoongi sama seperti Yoongi saat ini, seorang komposer musik. Dulu Yoongi memaklumi alasan Ayahnya itu, toh sudah sewajarnya jika sibuk. Tapi lama-kelamaan rasanya jadi berlebihan. Ayahnya tak lagi pulang terlambat, melainkan tidak pulang dalam dua atau tiga hari. Bahkan pernah sampai satu minggu Yoongi tidak menemukan sang Ayah di rumah.
Pernah Yoongi bertanya pada Ibunya kenapa Ayah tak kunjung pulang. Nyonya Shin menjawab kalau Ayahnya sibuk karena banyak penyanyi yang akan comeback. Toh dirinya juga sibuk di hotel jadi tidak terlalu mempermasalahkan 'kesibukan' suaminya itu.
Ironis memang, padahal hidup Yoongi sangat berkecukupan, tapi apalah guna jika kasih sayang yang diberikan orang tuanya tak sebanding dengan harta yang mereka punya. Ibunya terlalu sibuk dengan pekerjaannya, sedang Ayahnya sibuk dengan berbagai alasannya.

Yoongi akhirnya mulai curiga setelah hampir satu tahun lamanya. Dia terus mengamati sikap sang Ayah yang makin lama makin berubah. Oke, perhatian yang diberikan Ayahnya memang masih ada, tapi jelas berbeda tak seperti dulu. Dan perbedaan itu semakin kentara sejak Yoongi sering mendengar kedua orang tuanya cekcok mulut. Bukannya memberi perhatian untuk melepas penat setelah bekerja seharian, yang terjadi mereka malah bertengkar. Alasan kenapa pertengkaran itu terjadi hampi setiap hari? Yoongi kecil tentu saja tidak tau.
Begitu terus berlangsung hingga setahun lamanya. Sampai akhirnya di hari itu, Ayahnya pulang ke rumah dengan secarik kertas juga seorang perempuan berpakaian ketat, menghantamkan luka yang begitu besar di hati Yoongi dan juga Ibunya.

Yoongi meringis sendiri mengingatnya. Itu adalah luka terbesar selama 26 tahun hidupnya, kekecewaan yang tiada habisnya dan juga dendam yang mengendap dalam tubuhnya.
Trauma mungkin jadi alasan pertama Yoongi memutuskan untuk tidak menjalin hubungan spesial dengan siapapun. Tidak sedikitpun terlintas di pikiran Yoongi untuk mencoba. Toh untuk apa juga, role modelnya saja tidak memberikan contoh yang semestinya. Karena dia terlanjur benci dengan perpisahan, dia benci jika harus kembali kecewa, dan sejak itu dia tidak percaya ada akhir yang bahagia.
Dan Kim Taehyung adalah alasan keduanya. Ah, Taehyung ya? Seseorang yang dengan kurang ajar membuat jantungnya berdegup kencang. Seseorang yang mau tak mau membuat Yoongi mengakui dirinya menyimpang. Yoongi paham hal ini terlarang, Yoongi tau harusnya dia tidak merasakan hal bodoh ini. Tapi mau bagaimana lagi, perasaannya tidak mampu ia bohongi.

Tapi Ibunya bisa.

Helaan napas Yoongi terdengar lagi. Diambilnya satu kaleng bir dari kantong itu, meneguknya hingga setengah.
Matanya menerawang ke langit Seoul yang tak berbintang. Hatinya berdenyut nyeri, kepalanya pening akan pikirannya sendiri. Soal Ibunya, soal Taehyung. Entahlah, Yoongi hanya tidak bisa jujur dengan keduanya.
Terlalu berat jika jujur terhadap sang Ibu mengenai perasaannya pada Taehyung. Dan terlalu memalukan jika dia berani mengakui pada si empunya.
Yoongi bingung, dan Yoongi galau. Tidak pernah selama hidupnya dia merasa begitu kacau. Banyak hal yang berhasil ia atasi, tapi berbeda untuk kali ini. Otak Yoongi buntu, pikirannya tersendat, logikanya rusak oleh hatinya sendiri. Bahkan jika dituangkan ke dalam lirik lagu, Yoongi tidak tau bagaimana menulisnya. Mau ditulis seperti apa? Apakah ada kata-kata yang pas?

I come home to my familiar room
The night grows deep without a word
There’s so much to do
But it’s a day without much to do
A night where something feels missing
The night air feels colder today
I close my eyes as I take a deep breath

Yoongi tertegun dengan lagu yang terdengar melalui earphonenya. Sesaat ia tersenyum miris.
Mungkin dirinya belum bisa menulis lirik yang pas kali ini. Namun ada orang lain yang membuatkan secara tidak langsung untuknya.

Setelah menghabiskan delapan kaleng bir sendirian, Yoongi melangkahkan kakinya untuk kembali pulang. Pening di kepalanya memang belum hilang. Tapi setidaknya, kesal di hatinya sedikit berkurang.


"Gi, kok kamu belum pulang? Jangan kemalaman, besok kamu ada janji ketemu sama Oh Hayoung kalau lupa."

ᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳ

To be continued

ᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳ

Lyrics by Urban Zakapa - That Kind of Night

Asli lagi suka banget lagu itu. Itu OST btw. Tapi aku ngga nonton dramanya, nemu lagu itu juga secara random di Spotify, tapi langsung suka. Mood nulis chapter ini juga pas kalo bgm nya lagu itu.
Dengerin deh.
Tadinya mau aku jadiin mulmed tapi gagal upload mulu. Males ah.
Btw ini harusnya di up semalam. Tapi kebanyakan revisi jadi dipending. Huhu

-Min Chaera-

My Happy Ending (Taegi) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang