21. Cuddling Time

1.4K 70 0
                                    

Haidar tersenyum puas, walaupun rasa lelah menderanya namun pusing dan rasa tidak enak badannya lenyap saat gairahnya tersalurkan.

Segera dia membawa Kai yang sama lelahnya ke pelukannya. Lalu mengecup puncak kepala Kai dengan sayang.

"Badannya Mas masih sakit?", tanya Kai polos yang dijawab kekehan menyebalkan dari Haidar.

"Kok malah ketawa sih, Mas!", Kai sebal tapi dia tidak menjauhkan tubuhnya dari Haidar. Sebenarnya dia masih malu namun Kai merasa nyaman dan hangat saat berada dalam pelukan Haidar seperti ini. Sepertinya Kai sudah benar-benar jatuh untuk Haidar.

"Ternyata obatnya cuma kamu Kai, dedeknya kangen sama ini", Haidar yang mesum sudah menyelipkan jari-jarinya kebawah tubuh Kai dan membelai tepat diinti Kai, membuat Kai merasa risih, malu dan juga bergetar nikmat.

"Mas, udah ah. Capek!", rengek Kai sambil menghalangi tangan Haidar yang masih ingin bermain dibawah sana.

"Hehehe", Haidar terkekeh, menuruti Kai. Dia juga lelah tapi dia berjanji akan menyerang Kai habis-habisan malam ini karena besok weekend jadi Haidar tidak perlu cemas bila Kai terlambat ke kantor.

Hening kembali memenuhi kamar itu, mereka berdua sama-sama menikmati kedamaian itu sambil menyerap kehangatan kulit masing-masing.

Bahkan Kai sudah hampir tertidur jika saja Haidar tidak lagi mengajaknya bicara.

"Kita nikah bulan depan aja ya Kai", Haidar berkata dengan lembut sambil  terus membelai rambut hitam Kai yang tidak terlalu panjang.

"Hah? Kok cepat banget, Mas?", Kai sontak kaget lalu berusaha melepaskan pelukan Haidar namun sia-sia, Haidar justru memeluknya dengan erat.

"Kayak gini aja, Kai. Enak, empuk dan hangat", Haidar terkekeh lagi, mengabaikan wajah kesal Kai yang menatapnya tajam.

"Mas! Jangan alihin pembicaraan. Bulan depan itu sebentar lagi lho! Mas bercanda kan?",

Haidar menggelengkan kepalanya lalu menatap matanya Kai dengan sorot mata lembut.

"Kamu ga mau menikah sama Mas bulan depan?", tanya Haidar balik.

"Ck, bukannya ga mau Mas, tapi apa ga kecepetan?", tanya Kai dengan pertanyaan yang sama.

"Justru lebih cepat lebih baik, Mas mau kita kayak gini tiap hari. Kamu juga bisa tidur tenang dipelukan Mas tanpa takut digerebek warga", Haidar menyeringai sambil mengerling jahil kearah Kai yang disindirnya.

"Ck, Mas yang serius sih", pinta Kai yang kembali kesal dengan olok-olok Haidar.

"Lah, Mas serius Kai. Mas sudah nyaman sama kamu. Mas jauh lebih ceria dan manusiawi sejak sama kamu. Mas juga lebih enjoy sama kerjaan Mas. Makanan Mas juga terjamin, pokoknya Mas terawat sama kamu. Terus Mas harus nunggu apa lagi?",

Kai diam, dia malu sekaligus salah tingkah mendengar pujian Haidar padanya.

"Lagian apa kita harus menunggu kamu hamil dulu?", perkataan Haidar membuat Kai membelalakan matanya, bagaimana dia tidak terpikirkan dengan yang satu itu? Apalagi Haidar tidak menggunakan pengaman. Kai bisa saja hamil sewaktu-waktu, kan?!

Melihat ekspresi Kai yang melotot lalu meringis membuat Haidar mengambil kesimpulan.

"Jangan-jangan kamu ga kepikiran sampe situ lagi, Kai?", tanya Haidar yang diangguki Kai.

"Astaga Kai, kamu polos banget! Ck, bulan ini kamu sudah datang bulan belum?" tanya Haidar dengan wajah serius. Mereka berdua sudah tidak lagi berpelukan, namun sudah duduk bersandar dikepala ranjang.

DIFFERENT FEELING - (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang