23. Kamu Hamil?!

1.2K 66 0
                                    

Ditempat lain, Kai sedang gelisah menunggu kedatangan Rena, sahabatnya. Dia bahkan minta ijin untuk cepat pulang agar sesuatu yang ditahannya sedari siang bisa terwujud.

Berulang kali Kai memukul kepalanya, bagaimana bisa dia terlalu abai dengan kondisi tubuhnya sendiri?

Sejujurnya Kai menemukan keanehan dalam tubuhnya. Dia baru menyadari kalau sudah dua bulan ini dia hanya mendapat flek, tamu bulanannya tidak sederas biasanya. Dia ingin sekali bertanya namun dia bingung bertanya pada siapa? Untuk bertanya pada seniornya dikantor, Kai malu. Untuk bertanya pads Rena pun, dia enggan. Takut jika Rena berkata hal-hal aneh yang menakutkan. Maka Kai hanya bisa bertanya pada mbah google. Dan hasilnya justru membuat Kai jadi cemas.

Setelah mengeceknya lewat google, Kai memutuskan untuk membeli testpack saat makan siang dan langsung mencobanya. Hasilnya dua garis, garis pertama merahnya jelas, sedangkan yang satu lagi samar-samar. Hal itu membuat Kai kembali bertanya pada mbah google dan hasilnya justru membuat Kai berada disini.

"Lo apa-apaan sih, Kai! Ngajak nongkrong di kafetaria Rumah Sakit! Emang Jakarta udah ga ada tempat nongkrong?!", tahu-tahu, Rena, sahabat Kai sudah berada dihadapan Kai sambil marah-marah.

"Ck, gue mau minta temenin cek up, dodol!", sahut Kai yang ikutan kesal.

Padahal mereka sudah dua bulan tidak bertemu muka, harusnya mereka bercipika cipiki lalu haha hihi lebih dulu bukan? Bukannya langsung tancap gas seperti ini. Tapi sepertinya basa basi memang tidak berlaku pada kawan akrab, apalagi untuk Kai dan Rena yang memang sudah seperti bawang merah dan bawang putih.

"Hah, lo sakit apa? Jangan bilang lo sakit parah",

"Lo sumpahin gue?!"

"Jadi ga sakit parah? Terus apaan donk? Jangan bilang lo mau cek kehamilan?", Rena terbahak mendengar celotehannya sendiri.

"....", Kai yang tadi hendak memaki Rena jadi terhenti saat Rena mengucapkan kata kehamilan.

"Kok lo diem sih, Kai! Lo ga hamil kan? Lo jangan macem-macem deh! Mau cek up apaan sih? Lo kan udah diterima kerja! Biasanya orang cek up kesehatan itu kalau udah selesai tes wawancara, baru deh diterima kerja! Nah lo kan sama kayak gue, udah kerja!", Rena mengoceh panjang lebar tanpa memperhatikan wajah sendu Kai.

"Berisik! Ayo ikut aja! Gue takut ke rumah sakit sendirian, keinget waktu nyokap jadi korban tabrak lari!", ujar Kai masam.

Sebenarnya Kai tidak ingin mengoceh soal ibunya tapi mendengar perkataan Rena yang menyebalkan, mau tidak mau Kai harus menjelaskan kenapa Kai sampai repot-repot minta ditemani segala.

Tadinya Kai akan meminta Haidar untuk menemaninya, tapi setelah Kai mencoba beberapa kali menelpon Haidar namun ponsel Haidar masih tidak aktif. Itulah mengapa Kai meminta bantuan Rena. Lagipula saat melangkah ke dalam Rumah Sakit, bayangan kematian Ibunya jadi terbayang kembali.

"Selamat sore, ada yang bisa saya bantu?", tanya pegawai Rumah Sakit yang berada dibagian informasi sekaligus bagian pendaftaran.

"Sore Mbak, saya ingin periksa", jawab Kai ragu. Sesekali dia melirik Rena yang duduk disebelahnya. Sahabat baiknya itu duduk tenang, berbanding terbalik dengan kelakuannya sebelumnya.

Sepertinya Rena jadi tidak enak karena merasa keberatan untuk menemani Kai ke Rumah Sakit. Tadinya memang dia keberatan dan menganggap Kai manja, namun setelah mengetahui alasan dibalik sikap tidak biasa Kai, maka Rena hanya bisa diam, tidak mengeluh.

Dia sudah berjanji akan selalu berada disisi sahabat baiknya itu, mau sehat ataupun sakit. Rena tidak peduli. Sebisa mungkin dia akan selalu ada untuk Kai. Karena Kai selalu ada untuknya, bahkan disaat terberatnya.

DIFFERENT FEELING - (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang