16. Cemburu (1)

1.2K 80 2
                                    

Semenjak kencan itu berakhir,  Haidar dan Kai semakin dekat. Haidar selalu meluangkan waktu untuk bersama dengan Kai, baik itu sarapan, mengantar Kai bekerja maupun makan malam, dan Haidar tidak menampik kalau dirinya merasa senang dan nyaman saat Kai berada disisinya.

Keberadaan Kai sangat menghibur dan menambah semangatnya, apalagi Kai memang lucu.

Begitupun dengan Kai. Dia tidak bisa mengelak lagi kalau perasaannya sudah jatuh pada Haidar. Apalagi Haidar sudah mencuri ciuman pertamanya, bahkan ciuman keduanya, ah Kai bahkan tidak ingat lagi dia sudah berapa kali ciuman dengan Haidar.

Seperti saat ini, Haidar sudah memeluk perut Kai dengan mesra. "Mas, apaan sih?!", Kai memukul lengan Haidar dengan keras. Dia sebenarnya gugup setengah mati. Perlakuan Haidar padanya semakin hari, semakin esktrim. Kai takut, mereka tidak bisa menahan diri mereka masing-masing.

"Ck, sakit lho, Kai!", rengek Haidar sembari melepaskan lengannya dari perut Kai. Tadinya dia berniat mencuri ciuman di pipi tembam Kai, namun naas, tangannya sudah jadi korban kebar-baran Kai. Tahu begitu, Haidar langsung saja mengecup pipi pacarnya itu.

"Eh, sakit ya. Maaf, abis Mas iseng banget deh. Udah tau Kai lagi cuci piring malah dikagetin, untung piringnya ga pecah", Kai mengambil tangan Haidar dan merasa menyesal saat melihat lengan Haidar yang memerah.

"Kai kasih es batu ya, pedes ya rasanya", Kai meringis. Dia memang bisa sangat sadis jika dikagetkan apalagi Kai tidak hanya kaget tapi juga deg-degan.

"Ga perlu es, pake yang lain aja", Haidar berkata dengan serius, membuat Kai menanggapinya dengan serius juga.

"Pake apa?", tanya Kai polos.

"Pakai ini aja", Haidar menarik pinggang Kai dan langsung menyergap bibir Kai yang memang sudah menjadi incarannya sejak pagi.

Haidar begitu mabuk dengan bibir Kai. Kalau boleh jujur, Kai wanita pertama yang ia cium. Dia bahkan tidak pernah mencium Eve, sangking cintanya dia pada Eve, sampai-sampai Haidar menjaga benar kepolosan gadisnya itu. Begitu juga saat dia berada di Inggris, tak pernah sekalipun Haidar berbuat serong.

Ah, sekarang dia menyesalinya. Andai dulu dia berani melakukan hal ini pada Eve, sudah barang tentu Eve tidak akan melupakannya semudah itu dan berpaling darinya.

Dan andai Haidar tahu kalau ciuman bisa senikmat ini, maka dia tidak akan menahan-nahan diri lagi.

Saat ini Haidar ingin benar-benar melakukan moment pacaran seperti orang-orang pada umumnya. Dia tidak menyesal telah memaksa Kai berpacaran dengannya.

Haidar menonton film, pergi ke taman, mengantar jemput Kai, berciuman, berpelukan dan yang paling Haidar suka adalah saat Kai membelai rambutnya saat Haidar tidur dipangkuan Kai.

Ah, Haidar baru tahu kalau Kai semenyenangkan ini. Terbersit rasa sesal saat dulu dia mengabaikan Kai. Namun dia menepisnya, Haidar sekarang justru mensyukuri kedekatannya dengan Kai saat ini.

"Masssshhhhh...", Kai mendesah saat ciuman Haidar sudah berpindah ke lehernya. Dan desahan itu terasa menyenangkan ditelinga Haidar dan Haidar ingin mendengarnya terus menerus.

Kulit lembut Kai sungguh terasa nikmat dibibirnya, apalagi parfum Kai sungguh memancing gairahnya.

"Kamu wangi Kai, Mas suka", ucap Haidar serak, sembari terus mencumbu leher Kai.

"Masssshhhhh...", Kai merintih saat Haidar menggigit kulitnya. Perih tapi nikmat, rasanya lutut Kai semakin lemas dan kepalanya begitu penuh dengan perasaan asing yang membuatnya melayang.

Rintihan Kai disambut mesra oleh Haidar. Kembali dia menginvasi daging tebal milik Kai, bahkan Haidar berhasil membelit lidah Kai dengan lidahnya.

Tanpa sadar, tangan Haidar tahu-tahu sudah menangkup bokong padat milik Kai dan itu mengejutkan Kai. Sontak saja Kai terpekik kaget dan melepaskan ciuman mereka.

"Massss!", Kai melotot sambil melepaskan kedua tangan besar Haidar dari bokongnya.

Entah sudah seperti apa warna mukanya saat ini. Kai begitu malu, tapi juga senang. Namun dia merasa ini semua salah. Semua ini terlalu cepat untuknya. Apalagi Haidar belum mengatakan apa-apa tentang perasaannya untuk Kai.

Kai tahu kalau dia hanya pengalihan tapi Kai juga tidak ingin kalau dirinya dijadikan ajang gesek-gesek berhadiah untuk Haidar.

"Mas kelepasan, Kai. Maaf", Haidar menelan ludahnya. Ucapan maafnya terasa hambar dibibirnya. Pemandangan berantakan Kai serta bibir Kai yang membengkak, entah kenapa membuat Haidar justru menyesali jeda yang dibuat oleh Kai. Seharusnya Haidar tidak meremas bokong padat Kai, jika hal itu membuat kenikmatannya hilang.

"Dimaafkan dan sepertinya pacaran kita sudah berlebihan deh Mas, kita jangan ciuman lagi ya, bahaya", ucap Kai dengan cepat. Dia malu membahas hal ini lebih dulu, namun sebagai wanita dia harus tegas. Toh yang rugi juga dia kan, bukannya Haidar. Karena seperti kata Ibunya, kalau perempuan habis begituan akan ada bekasnya, berbeda dengan laki-laki. Ah yang jelas, Kai tidak ingin tubuhnya untuk pria lain, diluar suaminya.

"APAAA!", ucapan Kai bagai petasan banting yang tiba-tiba dilempar kepada Haidar, membuatnya kaget sekaligus jantungan dan dia tidak menyukainya.

"Ga ada, ga ada! Mas janji ga grepe-grepe, yang penting ciumannya ga boleh distop", protes Haidar. Salahkan saja Josh dan istrinya yang kerap berciuman panas didepannya, sehingga membuat Haidar penasaran untuk mempraktekannya dengan Kai.

Ngomong-ngomong, Playboy Josh sudah menikah dengan wanita yang mengaku hamil anaknya tempo hari. Dan Josh yang mengaku tidak menyukai istrinya justru terus memanfaatkan waktu yang ada untuk terus menghajar istrinya itu, tidak peduli dengan kehamilan istrinya itu. Sableng memang, namun Haidar bisa apa.

"Kalau ciuman mulu, nanti lama-lama Kai bisa hamil!", sentak Kai kesal. Namun Haidar yang mendengarnya justru terbahak.

"Hahahahaha, mana ada orang ciuman bisa bikin hamil. Kecuali ciumannya plus-plus. Mau nyoba ga?", Haidar menaik turunkan alisnya, menggoda Kai yang pipinya sudah merah padam.

"Coba aja sama kucing sana!", sentak Kai salah tingkah.

"Awas, Kai mau kerja! Bahaya kalau lama-lama dekat dengan Mas Hai terus!", Kai sengaja menabrakan pundaknya kelengan Haidar.

Perasaannya sungguh campur aduk, perpaduan antara malu, takut, penasaran dan senang. Ah, sepertinya dia kebanyakan makan permen nano-nano dikantor, perasaannya jadi ramai rasanya rutuknya kesal.

"Mas ga bisa anter ya, tapi nanti pulangnya Mas jemput! Dan inget jangan lirik laki-laki lain!", titah Haidar kencang yang hanya disahuti dehaman dari Kai.

"Kailasha Gazala, jangan dekat-dekat sama Manager kamu itu ya! Mas ga suka!", teriak Haidar sedikit kencang karena Kai mengabaikannya.

Sedangkan Kai diam-diam tersenyum kecil. Apa Haidar sudah mencintainya? Haidar tidak menyukainya berdekatan dengan Toni, Manager barunya, itu artinya cemburu, bukan? Dan kata orang cemburu itu tanda cinta, kan? Ah, Kai jadi pusing sendiri. Tidak pernah disangka hidupnya akan rumit seperti ini.

Ttd,

lucyro
06032018

DIFFERENT FEELING - (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang