26. Mengelak

1K 66 2
                                    

Kepala Pram hampir meledak, emosinya pun demikian. Penjelasan dari dokter justru membuatnya semakin menyalahkan dirinya sendiri. Bagaimana bisa dia kecolongan seperti ini. Bagaimana bisa dia tidak tahu kalau Kai sedang menjalin hubungan dengan laki-laki, dan siapa laki-laki itu. Kenapa Kai tidak mengenalkannya pada Pram?

Pram jadi pusing memikirkannya, apalagi dia masih kaget saat diberitahu jika Kai sedang mengandung bayi usia 8 minggu. Sebagai orang yang sudah seperti abang Kai, jelas fakta ini menampar Pram.

Untungnya janin Kai tidak apa-apa. Dokter hanya memintanya untuk menjaga pikiran Kai agar tidak stress, karena kandungan Kai memang lemah.

Pram tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain menunggu Kai sadar. Untungnya Pram tidak butuh waktu lama, karena sesaat dokter meninggalkan ruangan itu, Kai tersadar.

"Kamu sudah sadar, Kai?", Pram duduk disebelah ranjang pasien dan menatap Kai dengan raut yang tidak dimengerti oleh Kai. Namun Kai mengangguk dan Kai ingat satu hal.

"Gimana bayi Kai, Mas?", Kai memegangi perut dan menatap Pram dengan wajah takut. Kai tidak akan bisa menerima jika bayinya kenapa-kenapa.

"Bayinya baik-baik saja dan sekarang Mas mau tahu siapa ayahnya?", tanya Pram tanpa basa basi. Suaranya dibuatnya sebiasa mungkin, dia tidak ingin membuat Kai semakin stres melihat kemarahannya.

Kai terhenyak, dia baru ingat kalau Pram sama sekali belum mengetahui kehamilannya, gara-gara kejadian hari ini Pram pasti jadi tahu.

Kai hanya bisa terdiam, jari-jarinya meremas selimut yang menutupi perutnya. Dia juga tidak berani menatap Pram.

"Mas ga tau kalau kamu punya pacar,  siapa dia?", desak Pram santai. Namun lagi-lagi Kai tak mampu menjawabnya.

"Kamu sudah kasih tahu dia? Atau dia sudah tahu tapi menolak tanggung jawab?", Pram sudah mulai kehilangan kendali, suaranya meninggi. Rahangnya mengetat, dan tatapannya belum mau melepaskan wajah Kai yang masih setia menunduk. Dan Pram tidak menyukainya.

"Baik, kalau Kai belum mau kasih tahu Mas. Mas akan cari tahu sendiri. Kai tahu kan kalau Mas sudah niat pasti terwujud?".

Kai semakin gelisah, keringat mengucur dipunggungnya. Dia kenal benar bagaimana Pramudya Jayantaka. Kesuksesannya sekarang ini berasal dari niatnya yang kuat.  Pram juga pandai dalam mencari informasi.

Pram juga lah yang membantu orang tua Eve yang bangkrut. Bukan Eve yang sengaja meminta bantuan, namun Pram sendirilah yang sudah mengendus ketidakberesan yang ada pada Eve, lalu mencari tahu penyebab mengapa Eve menjual mobilnya lalu Eve juga memakai pakaian yang biasa saja. Semuanya itu hal yang mudah bagi Pram untuk mengetahui alasan dibalik itu semua.  Pram pun jadi kasihan dan membantu keluarga Eve.

Tiap hari mereka semakin dekat, dan akhirnya menyadari kalau mereka sama-sama tertarik satu sama lain, sehingga mereka pun mengakui dan bersepakat untuk jujur pada Haidar. Namun ujung-ujungnya Eve mengatakan biar dirinya saja yang memutuskan Haidar.

Maka dari itu Kai tidak ingin Pram mencari tahu apa yang dialaminya. Sudah cukup Eve yang menjadi alasan permusuhan mereka berdua dan Kai tidak ingin menambahinya.

Dia ngeri memikirkan jika Pram tahu kalau Haidar lah yang menghamilinya.

"Dia sudah pergi dengan kekasihnya, Mas", jawab Kai cepat tanpa pikir panjang. Dia berharap alasan itu bisa menghentikan rasa penasaran Pram.

Pram melotot, tak percaya mendengar jawaban Kai. "Kamu menjalin hubungan dengan pacar orang?", tanya Pram dengan nada menuduh.

"Enggaklah, Mas jangan pikir negatif. Kai mana berani kayak gitu!", elak Kai cepat.

DIFFERENT FEELING - (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang