THREE

6K 503 45
                                    

Vote dulu yaa!

***

Annastasia Jane Callister merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Ia baru selesai mandi dan merasa cukup segar setelah seharian mengurusi kedai seorang diri. Ibunya dan Rev berpamitan tadi pagi untuk pergi ke ... entah ke mana, Anna melupakan nama tempat yang Sarah sebutkan.

Sudah tiga hari ia tinggal di sana. Ia senang karena ibunya mempunyai suami yang baik seperti Rev Falco. Ia juga bertemu dengan Louis Falco, tapi kesan pertemuan mereka cukup buruk. Louis sepertinya tidak menyukai kehadiran Anna di tengah-tengah keluarganya.

Tapi kata-kata Rev cukup menghiburnya. Louis memang sedikit garang terhadap orang asing. Jadi Anna memakluminya. Pengalamannya di asrama cukup untuk membuatnya maklum. Banyak pendatang baru di asrama yang tidak bersahabat, tapi lambat laun mereka mulai berubah setelah bisa beradaptasi. Louis hanya belum terbiasa dengan kehadiran Anna.

Anna telah memutuskan untuk tidak kembali ke Swedia. Bukan karena ia tak tahu terimakasih kepada mendiang ayah dan juga pamannya yang sudah baik padanya. Ia merasa dirinya tak pantas berada di lingkungan konglomerat. Ibunya hanya seorang pelayan, seorang kaum rendahan yang kebetulan membuat ayahnya jatuh cinta.

Meski begitu, Anna tak berniat menanggalkan nama ayahnya pada namanya. Itu akan mengingatkannya bahwa Maxime Callister adalah ayahnya. Walaupun mereka tak pernah tinggal bersama, Anna tetap menyayangi Maxime.

Maxime hanya tak ingin hidup Anna menjadi rumit bila terendus oleh media. Ayahnya adalah seorang kaya raya yang punya banyak saingan, nama yang cukup berpengaruh di sana. Ia menerima alasan ayahnya dengan memasukkannya ke asrama. Ia juga tahu alasan ayahnya menyuruh Sarah pergi. Maxime tidak ingin nama Sarah terseret dalam skandal mereka yang saat itu meledak.

Anna tidak dibawa pergi oleh Sarah juga karena permohonan Maxime. Maxime ingin Anna selalu berada di dekatnya. Ayahnya itu sangat menyayanginya. Maxime menjenguknya seminggu sekali ke asrama. Secara diam-diam tentu saja. Ketika mengingatnya, Anna merasa sangat merindukan Maxime.

Siapa kiranya penjahat yang menginginkan kematian ayahnya? Bila Anna tahu, ia tak akan pernah memaafkannya.

Pintu kamar Anna terbuka dengan kasar. Ia langsung terduduk. “Louis, ada apa?”

Tanpa Anna duga, Louis langsung menyerangnya. Pria itu menindihnya di kasur, mencengkeram lehernya dan berusaha menciumnya. Ia langsung meronta, tangannya memukul-mukul dan kakinnya menendang-nendang.

“Lou—hmphh,”

Louis menyambar bibirnya dan melumatnya penuh nafsu. Teriakan Anna teredam oleh ciuman kasar itu. Louis menjilati lehernya dan meremas payudaranya. Ia berteriak nyaring, meminta tolong. Tapi, siapa yang akan menolongnya bila di sana hanya ada mereka berdua?

Anna diselimuti ketakutan yang luar biasa, “Louis, jangan!”

“Diam, Anna. Aku hanya ingin mencicipi tubuhmu.”

Anna menangis. Apa yang harus dilakukannya? Ia tak punya pengalaman apapun tentang semua itu. Tentu saja ia panik. Louis akan memperkosanya. Sekarang tangan Louis mulai meraba selangkangannya dan membuka kancing celana jeans-nya.

Tidak. Ia tak boleh tinggal diam. Di tengah kepanikannya, entah mendapat kekuatan dari mana, lututnya terangkat dan mengena tepat di selangkangan Luois. Membuat pria itu menjerit kesakitan. Anna memanfaatkannya untuk segera kabur. Ia berlari turun dari kamarnya dan pergi meninggalkan kedai.

Tangisan Anna tak berhenti. Ia melihat Luois mengejarnya. Ia semakin mempercepat larinya. Sesekali ia menyeka air matanya. Lalu, seseorang menyergapnya dan mendesaknya ke sudut dinding gelap sebuah toko. Anna cukup terkejut untuk menjerit. Ketika akan berteriak, bibirnya dibungkam oleh bibir orang itu. Anna terpaksa menelan teriakannya karena Louis semakin dekat.

The Dark Secret [DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang