NINE

2.1K 294 6
                                    

Anna hadir menemani malam minggu kalian 😊

Jangan lupa klik bintang yes!

***

Anna menatap tidak suka pada benda yang Joshua sodorkan kepadanya.

“Aku tidak mau.”

“Ya sudah.”

Anna mengerjap tak percaya karena Joshua dengan mudahnya memasukkan kembali ponsel itu ke dalam saku mantelnya. Ia pikir Joshua akan memaksanya untuk menerima kembali barang pemberian pria itu. Tentu ia masih jatuh cinta pada benda tipis itu, tapi, ia sudah mengembalikannya. Dan barang yang telah dikembalikan, pantang untuk diambilnya kembali.

Yah, kecuali Joshua memaksanya. Tapi pria itu tidak melakukannya. Anna mengembuskan napas berat. Suara kesiap lantas menyusul kemudian karena kemesuman Joshua yang mengecup bibirnya secara kilat.

“Aku akan melakukan hal itu jika kau mencebikkan bibirmu.” Pria itu menyeringai licik.

Anna memutar bola matanya. Setengah menggerutu ia turun dari mobil Joshua. Bahkan ia tak sadar telah menghabiskan waktunya di dalam mobil itu sejak bermenit-menit yang lalu.

“Sepuluh menit, Anna.”

Ia tak peduli. Didorongnya pintu kedai milik Rev yang sudah tertera tulisan Open itu. Sarah langsung menyambutnya.

“Anna, di mana kau tidur semalam? Ibu mengkhawatirkanmu.”

“Maafkan aku, Bu. Aku bermalam di flat.” Anna meringis, langkahnya menuju kamar diikuti oleh Sarah.

“Pria itu menghubungi Rev tadi pagi, dan berkata bahwa kau terkena flu. Itulah yang membuat kami khawatir. Kau baik-baik saja?”

Terkena flu? Yang benar saja! Joshua berdosa telah menipu Sarah dan Rev Falco. Tetapi, alasan apa lagi memangnya yang lebih masuk akal? Berkata jujur bahwa Joshua tidak bisa berhenti memesrai bibirnya, begitu?

“Aku tidak apa-apa, Bu.”

“Lalu siapa pria itu, Anna?” Sarah mendudukkan dirinya di tepi tempat tidur.

“Paman Joshua yang menyelematkanku malam itu dan memberiku tempat untuk menginap.”

“Di mana?”

Anna menoleh kepada ibunya seraya memiringkan kepala dengan ekspresi bingung. Hanya ia yang merasa Sarah terlalu curiga atau memang demikian adanya? Yeah, tentu Sarah mengkhawatirkannya, kan? Apalagi Sarah belum bertemu sama sekali dengan Joshua.

“Ibu, Paman Josh orang baik. Ibu tidak usah cemas.”

“Kalau itu yang kaukatakan, maka baiklah.” Sarah mengedikkan pundaknya, “Ke mana kau akan pergi sekarang?”

“Paman Josh mengajakku menemui neneknya. Nana merindukanku katanya.”

Sarah menatap putrinya sedikit lebih lama sebelum kemudian bertanya, “Sudah sejauh apa hubungan kalian, Anna?”

“Ibuu,” Anna mulai merengek, pipinya memerah. Hal itu cukup membuat Sarah mampu membaca situasi.

Sarah pun berdiri dan menghampiri Anna. Ia memegang kedua pundak Anna dan menatap gadis itu serius.

“Anna, dengar. Ibu tidak melarangmu untuk jatuh cinta atau pun memiliki seorang kekasih. Tapi ibu harap kau mau mendengar nasihat ibu.”

Anna berkedip, anggukannya menyatakan bahwa ia setuju untuk mendengar nasihat dari Sarah. Sarah adalah ibunya, tentu ingin yang terbaik untuknya, kan?

“Perhatikan batasan-batasan dalam hubungan kalian. Pertama, jangan biarkan dia menciummu di bibir.”

Wajah Anna langsung merah padam, gadis itu memalingkan pandangan ke segala arah. Tahulah Sarah bahwa putrinya pernah berciuman dengan pria bernama Joshua itu.

“Kedua,” Sarah meremas pundak gadis itu, “jangan tidur di tempat yang sama dengannya, maksud ibu, satu kamar dan satu tempat tidur. Kita tidak akan tahu apa yang mereka para lelaki pikirkan, Anna.”

Anna mengangguk-angguk, “Memang apa yang bisa mereka pikirkan, Bu?”

“Mereka akan berpikir untuk mengeksploitasimu habis-habisan. Mereka pandai merayu, namun jangan sampai kau yang menyebabkan mereka merayumu. Itu bisa menjadi masalah.”

Otak polos Anna segera berpikir tentang eksploitasi yang Sarah maksud. Dan tentu saja kesimpulan yang didapatnya adalah sesuatu yang mengerikan. Jadi tanpa pikir panjang ia memutuskan untuk membuat batasan sendiri dalam hubungannya dengan Joshua.

“Dan yang ketiga, jangan meminum minuman beralkohol. Bahkan jika yang menawarimu adalah orang yang kaupikir baik, jangan pernah meminumnya. Mengerti?”

“Ya, Bu.” Gadis itu mengangguk lagi, “Aku mengerti.”

Sarah tersenyum tipis, mungkin ia berlebihan, tetapiitu untuk kebaikan Anna. Ia tak mau Anna berakhir seperti dirinya. Jatuh cinta kepada lelaki, memiliki anak namun tak bisa menciptakan sebuah keluarga.

Annastasia, gadisnya hanya gadis kecil polos baginya. Jangan sampai ada pria berengsek yang memperdayanya. Sarah tidak akan membiarkan otak Anna tercemar. Gadis itu akan jatuh ke tangan orang yang tepat, Sarah akan berusaha sebisa mungkin untuk menjaganya.

“Para lelaki memiliki otak, tapi ketika bersama dengan perempuan yang mereka inginkan, pikiran merekatidak akan jauh-jauh dari selangkangan. Kaumengerti maksud Ibu, kan, Anna?”

“Aku berjanji akan menjaga diriku, Bu. Lalu aku harus bagaimana sekarang?”

“Jika lelaki itu benar-benar mencintaimu dan tidak hanya berniat singgah sementara karena penasaran akan dirimu, maka dia tidak akan mempermainkanmu. Cepat atau lambat, dia akan memintamu menjadi istrinya.”

Anna mengerutkan dahinya, “Kalau dia tidak juga memintaku menjadi istrinya?”

“Tanyakan tentang keseriusannya padamu.”

Anna mengangguk mengerti. Sarah mengusap kepala gadis itu dan meninggalkannya di sana. Ia harap Anna benar-benar memahami apa yang dirinya katakan. Di bawah, kedainya sudah mulai didatangi pengunjung. Ia melihat Rev yang tengah berbicara dengan seorang pria. Anna yang sudah rapi menghampiri keduanya, Sarah menduga jika pria itu adalah Paman Joshua yang Anna maksud.

Tidak terlalu tua dan Anna memanggilnya paman. Hal itu membuktikan betapa lugu anak gadis yang dimilikinya. Yang tidak luput dari perhatian Sarah adalah tattoo yang mengintip di kerah pria itu dan juga telinganya yang ditindik. Pria ber-tattoo dan bertindik. Sarah membuang napas gusar.

“Ada apa?” Rev tiba-tiba sudah berada di sebelahnya.

“Pria itu...?”

“Joshua Melvis. Kekasih putri kita.”

Lagi-lagi Sarah mengembuskan napasnya. Marga Melvis tidaklah asing bagi telinganya. Nama yang termasuk jajaran orang-orang hebat di wilayah yang mereka pijak saat ini. Sarah tidak mengerti mengapa, tapi kini pikirannya mengingat masa lalunya sendiri.

Maxime juga orang terpandang di Swedia, saling mencintai dengan Sarah. Tapi Sarah hanya seorang pelayan. Ketidaksetaraan status itu membuat Sarah harus rela mengandung dan melahirkan tanpa adanya status pernikahan.

“Jangan cemas. Aku tidak pernah mendengar berita tentang Joshua yang senang bermain wanita dan segala macamnya. Cucu dari Deborah Melvis itu hanya senang berkelana. Jangan terkecoh oleh penampilannya yang seperti berandalan.”

Untuk saat ini Sarah belum bisa percaya. Katakanlah ia terlalu posesif terhadap putrinya. Memang ibu mana yang tidak mengkhawatirkan pergaulan putrinya sama sekali?

***

Nah lho, Anna dapat wejangan dari emaknya 😆

22/09/2018

The Dark Secret [DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang