SIXTEEN

1.7K 228 11
                                    

Joshua melihat liontin yang menggantung di kalung milik Ruby. Dan seketika itu pula ia sadar bahwa rasa tidak asingnya terhadap Ruby bukan hanya perasaannya saja. Ruby memiliki keterkaitan dengan masa lalu Joshua.

“Miss Ishida.”

Ruby berhenti dan menoleh. “Ya, Sir?”

“Bolehkah aku melihat liontin yang kaupakai?”

“Untuk apa?” Ruby segera bersikap defensif. Liontin itu berharga untuknya. Diberikan oleh ayahnya melalui ibunya. Satu-satunya benda yang akan mengantarkannya kepada sang ayah.

“Tenang, Miss Ishida.” Joshua berdiri dari kursinya dan memutari meja kerja untuk berdiri tepat dua langkah di hadapan Ruby. “Aku hanya merasa familiar dengan benda di lehermu itu.”

Ibunya berkata bahwa benda itu tak sembarangan orang yang punya. Duplikat dari liontin itu hanya ayahnya yang memilikinya. Dari sekian banyak orang di bumi, mungkin saja Joshua salah satu orang yang pernah bertemu dengan ayahnya.

“Ini pemberian ayahku.”

Dugaannya berakhir tepat. Dilihat dari fisik, Ruby memang memiliki kemiripan dengan Roland Clauson. Roland juga memberitahu Joshua tentang perempuan Jepang yang pernah memiliki hubungan khusus dengannya. Bila memang benar Ruby adalah anak perempuan Roland, maka pencarian Joshua telah berakhir. Perempuan itu datang sendiri sebelum ia melakukan pencarian.

“Mr. Clauson adalah ayah angkatku.”

Nama ayahnya adalah Roland Clauson. Joshua menyebutnya dengan sangat tepat. Ruby tidak memiliki alasan dan tak menemukan alasan untuk tidak mempercayai Joshua bahwa Joshua mengenal ayahnya.

“Di mana ayahku?”

Ruby Ishida jelas tidak tahu bahwa Roland telah meninggal. Ada getaran dalam suara perempuan itu ketika menanyakan Roland. Ruby tidak pernah bertemu Roland sejak kecil, Joshua tahu itu dengan pasti.

Joshua mengedik ke arah sofa tempatnya menerima tamu. Memberi isyarat agar Ruby duduk di sana. Dia pun menyusul duduk di sofa lain.

“Mr. Clauson sudah meninggal tujuh tahun yang lalu.”

“A-apa?”

“Ya, Miss Ishida.” Joshua mengangguk, “Dia bekerja keras sepanjang hidup dan kesepian. Setelah berakhirnya hubungan dengan ibumu, dia terus menyendiri hingga akhir hidupnya.”

Ruby Ishida terlihat terpukul menerima kenyataan itu. Tetapi perempuan itu tidak menangis. Dia sudah siap akan kemungkinan terburuk yang akan diterimanya mengenai sang ayah.

“Bagaimana Anda bisa mengenal ayahku, Mr. Melvis?” Ruby melepaskalungnya dan mengangsurkannya ke arah Joshua, “Mungkin kau salah orang.”

Joshua menelisik liontin kalung di telapak tangannya. Benda itu berbentuk separuh bintang berwarna biru. Bagian lainnya ada di dalam laci meja kerja di rumahnya. Jelas bahwa Ruby Ishida memang putri dari orang yang menjadi ayah angkatnya.

“Pasangan liontin ini ada padaku.” Joshua mengembalikan benda itu. Ruby sendiri langsung memakainya kembali.

Walau hilang harapan karena Roland Clauson yang telah meninggal dan dikenal Joshua sama dengan ayah yang selama ini dirindukannya, Ruby tetap berusaha tegar. Adalah kenyataan terpahit ketika kau nyaris bertemu dengan ayah yang tak pernah kaulihat seumur hidup tertimbun oleh kenyataan lain bahwa ayahmu telah meninggal.

“Bagaimana Anda bisa mengenal ayahku, Mr. Melvis?” Ruby mengulang pertanyaan yang sama.

“Aku hanya bertemu dengannya. Ayah kandungku tak pernah dekat denganku. Mr. Clauson dengan kebaikan hatinya, mengangkatku sebagai putranya. Dia mengajarkan banyak hal padaku dan aku, dengan kesadaran penuh juga menerimanya sebagai ayahku. Hampir separuh dari umurku kuhabiskan untuk hidup dengannya, Miss Ishida.”

Mungkin ayahnya benar-benar kesepian. Lelaki di hadapannya inilah yang merelakan waktunya untuk menemani hidup sang ayah. Besar sekali rasa terimakasih yang ingin Ruby utarakan hingga tak bisa ia ungkapkan secara verbal.

“Apakah ayahku orang yang baik?”

Perempuan ini pasti ingin tahu tentang ayah yang tak pernah ditemuinya.

“Ayahmu adalah ketua mafia.” Ruby tampak tahu hal itu karena perempuan itu mengangguk. “Tapi bagiku, dia adalah laki-laki yang baik.” imbuh Joshua selaras dengan apa yang dipikirkannya.

“Apakah ... apakah ayah menitipkan sesuatu ... untukku?”

“Dia hanya menitipkan sebuah kotak dan juga pasangan liontin itu. Dia memintaku untuk mencarimu dan memberikan dua benda itu padamu.”

“Di mana benda-benda itu sekarang?”

“Ada padaku, Miss Ishida.”

Ruby tidak mengulur waktu untuk mendapatkan kedua benda itu. Sepulang kerja ia mengikuti Joshua untuk mengambil benda itu. Driver Joshua kemudian megantarnya pulang. Isi dari kotak itu adalah sebuah pistol dan sepucuk surat. Ruby terkejut begitu melihatnya. Ia mengambil suratnya dan menjauhkan yang lain.

Di dalam surat itu, Roland menyatakan seluruh perasaan sayangnya terhadap Ruby. Permintaan maaf telah menjadi pria lemah karena tidak bisa memperjuangkan ia dan ibunya. Rasa sesal karena tidak bisa menjadi ayah yang baik yang dapat menjaga putrinya sejak pertama menghirup napas. Dan rasa sesal karena tidak pernah menggendong Ruby dengan lengannya.

Air mata Ruby menggenang. Ayahnya ternyata memang orang baik. Dari awal Ruby memang sudah yakin bahwa Roland yang katanya ketua mafia merupakan orang baik. Ibunya pun mengatakan hal yang sama.

Di baris lain surat yang ditulis tangan langsung oleh Roland itu berisi pesan bahwa pria itu meninggalkan hartanya kepada Joshua. Bila Ruby mau, ia bisa memintanya kepada Joshua dan Joshua pasti akan memberikannya.

Ruby tidak begitu memikirkan tentang hal itu. Jadi ia membaca baris lainnya lagi.

Roland menyuruhnya belajar untuk menggunakan pistol kepada Joshua, karena dulu Roland-lah yang mengajari Joshua untuk menggunakan benda itu sampai ahli. Roland yakin darahnya yang mengalir di tubuh Ruby bisa membuat perempuan itu bisa belajar dengan baik. Ruby hanya tertawa membaca itu.

Pesan lain yang Roland sampaikan adalah agar Ruby menganggap Joshua saudaranya. Karena Joshua sempat menggantikan peran Ruby sebagai anak dan mengikis sedikit rasa kesepian yang menggeluti hidup Roland. Terakhir, lagi-lagi Roland meminta maaf untuk semua hal yag tidak pernah dilakukannya sebagai seorang ayah. Roland menitip salam kepada ibunya bahwa pria itu membawa cintanya sampai mati. Menepati janjinya untuk mencintai ibunya sepanjang hayat.

Ruby melipat kembali surat itu. Ia mengambil pistol di dalam kotak setelah meletakkan suratnya di tempat semula. Mungkin hanya ayahnya di antara ayah-ayah lain di dunia yang memberi kenangan sebuah pistol terhadap anak perempuannya. Mungkin tidak ada salahnya bila ia belajar menggunakan benda itu.

***

Nggak ada JoAnna di sini 😛😛😛
Aku butuh asupan komen, lho! Wkwkwk

01 November 2018

The Dark Secret [DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang