14. Bahagia ; Kamu

331 6 0
                                    

Bahagia saya malam ini sederhana. Duduk di salah satu sudut kota Jogja melihat kendaraan yang berlalu lalang dan ada kamu di samping saya.

Sesekali melihat anak kecil yang bermain lampu warna-warni, atau pak polisi yang peluitnya tak henti berbunyi, atau lagi melihat asap yang mengepul dari secangkir kopi panas yang kita biarkan kala pikiran berlari dalam imaji.

Saya menghirup dalam-dalam udara malam ini. Bahkan bau strawberry dari shampo yang kamu gunakan pun ikut terekam dalam memori saya.

Bahagia saya terlalu sederhana. Kamu, tanpa embel-embel pun sudah jadi bahagianya saya.

Dari sekian banyak hal yang perlu saya syukuri di dunia ini adalah kamu. Karena dari seribu ketidakmungkinan, kamu menjadi satu kemungkinan yang terjadi pada saya. Satu, bukan salah satu. Karena kamu satu-satunya buat saya, bukan salah satunya.

Kamu bertanya kepada saya mengapa saya membawa kamu kemari, Parkiran Abu Bakar Ali Malioboro.
Saya jawab karena saya suka ketenangan, walaupun pada dasarnya dimanapun saya berada asalkan itu bersama kamu saya merasa tenang.

Saya tau kamu pun suka ketenangan. Kamu tidak benci keramaian, hanya saja kamu lebih menyukai sepi. Membiarkan pikiranmu berteriak melantangkan kata yang tidak bisa kamu ungkapkan.

"Aku suka"

Dua kata dari kamu itu cukup membuat kebahagiaan saya malam ini terasa lebih lengkap.

Kamu, bab awal sampai akhir dari buku kebahagiaan saya.
Kamu, tokoh yang selalu ada dalam setiap bab yang saya tulis.
Dan,
Kamu, akan menjadi prolog dan epilog untuk setiap cerita yang saya buat.

Detik demi detik berlalu meninggalkan cerita yang mengalir dari sepasang manusia yang mengaku sedang jatuh cinta.

Saya pikir, menulis sebuah cerita bahagia itu sulit. Saya pikir, menulis cerita sedih itu lebih mudah. Ternyata saya salah, karena saat semua cerita saya itu tentang kamu, saya rasa tidak ada yang sulit untuk menuliskannya.

Seperti sekarang, ada kamu, dan bahagia.

Secangkir RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang