15. Aku

217 9 0
                                    

Aku melihat bayanganku sendiri dalam ruangan yang lampunya tak kubiarkan menyala.

Bayanganku samar, hanya terlihat garis tepi tubuhku yang terpantul dalam cermin.

"Pada akhirnya semua pergi dan aku sendiri" aku bermonolog.

Namun sedetik kemudian aku teringat, "ah, bukan. Aku tidak sendiri, bayanganku ada bersamaku, bahkan di saat gelap dan aku tak punya siapapun"

Kusentuh tulang rahangku yang semakin hari semakin tirus, kulihat mataku yang semakin hari semakin sendu, kurasa diriku semakin hari semakin sepi.

Tepat dihari saat kau memutuskan pergi, aku berjanji pada diri sendiri untuk tidak jatuh cinta lagi.

Tepat dihari saat kau berbalik dan berlari, aku memutuskan untuk pindah dari tempat yang sudah lama aku singgahi.

Karena siapa yang tahan akan sepi?

Karena siapa yang tahan hidup sendiri?

Akhirnya aku hidup dengan puisiku, syair yang kubuat saat pagi dengan menyeduh secangkir kopi, atau saat menanti senja di sore hari, atau lagi saat menatap langit penuh bintang.

Dan aku hidup dengan bayanganku, yang aku tau tak akan pernah berpaling.

Manusia itu lucu.

"Ini yang terbaik untuk kita"

Kata-kata terakhirmu sebelum kau beranjak pergi.

Manusia itu lucu.

Terbaik untuk siapa?

Manusia itu lucu.

Aku tertawa, menertawakan diriku sendiri.

Aku, penyair yang tertawa getir pada syair yang kutulis sendiri dibawah hujan tanpa petir.

.
.
.
.

Selamat hari puisi nasional!
Ini pertama kalinya aku nulis catatan buat kalian semua.

Aku, berterimakasih banget buat kalian yang udah apresiasi karya aku dengan sebaik2nya.

Aku awal nulis ini hanya iseng karena terlalu banyak draft di leptop. Dan aku merasa tulisan aku belum seberapa dan belum pantes buat dimasukin reading list kalian yang sering aku baca judulnya fav.

Aku terharu dan super seneng. Literally tulisan aku bab ini pun nelum sempurna.

Aku ingin tau kritik dan saran dari kalian. Aku tunggu vote dan komennya ya.

Xoxo.

Secangkir RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang