"Kenapa lo kayak gini?" Farel berucap sambil memapah tubuh Killa yang oleng.
"Pipi sama bibir lo juga kenapa." Ucap Farel yang melihat lebam di pipi Killa dan darah kering di sudut bibirnya.
"Gue benci hidup gue. Gue benci ma...ma. gue benci pa..pa benciii me..reka." Racau Killa tak jelas.
Farel pun menutup hidung nya karena tak tahan dengan bau alkohol dari mulut Killa.
"Lo minum berapa botol sih sampe kek gini." Farel terlihat gusar. Ia pun terus memapah Killa menjauh dari tempat laknat itu dan membawanya ke mobil Killa.
"Gue benci. Mereka gi..la dunia. Gueee guee benci."
"Mereka udah tiada bagiiii.. guueee.." racaunya semakin menjadi.
"Hati-hati." Kata Farel yang menyadari Killa hampir ambruk ke tanah.
Farel mendudukan Killa di kursi penumpang. Ia mengitari mobil dan masuk kemudian duduk di kursi pengemudi. Sebelum menjalankan mobil, ia memasangkan seatbelt untuk Killa.
Killa pun terus saja meracau tak jelas. Farel mengacuhkan itu semua. Ia pun menghubungi seseorang.
"Fal." Ucap Farel setelah panggilan itu terhubung.
"Iya?"
"Lagi ada dirumah gak lo?"
"Ada, lo mau kesini?"
"Gak. Gue mau minta tolong."
"Kenapa sama lo?" Tanya Naufal disebrang sana dengan khawatir.
"Gue gak kenapa-napa."
"Terus?"
"Lo tolong ambil motor gue ya."
"Dimana?"
"Gue share lokasi nya lewat pesan."
"Oke."
"Thanks." Farel menutup percakapannya. Ia pun mulai menjalankan mobil itu menuju rumahnya.
***
"Killa sayang, kamu apa kabar?" Ucap wanita paruh baya sambil merentangkan kedua tangannya ketika Killa baru sampai di rumah setelah pulang sekolah.
Killa tak merespon apapun. Ia diam terkejut sekaligus bingung. Wanita paruh baya itu pun mendekat dan merengkuh tubuh Killa. Kemudian ia mengecup kening Killa sayang.
"Apa kabar kamu?" Tanyanya sekali lagi. Ia Lisa mamahnya Killa.
Killa masih diam, ia tak merespon apapun.
"Hei." Lisa melambaikan tangannya di depan wajah Killa.
Killa mengerjapkan matanya bermaksud mengembalikan kesadaran.
"Kamu gak papa kan?" Tanya Lisa khawatir melihat anaknya yang sedari tadi bersikap aneh.
"Eh, gak papa kok mah." Killa berucap dengan mata tak tenang.
"Kamu gak seneng mamah pulang?"
"Seneng kok." Jawab Killa singkat.
"Tapi kamunya biasa aja." Ucap Lisa sambil mengerucutkan bibirnya bak anak yang sedang merajuk.
Killa bingung harus menjawab apa dan bereaksi bagaimana. Bohong jika ia tidak rindu dengan sosok mamanya. Tapi entah kenapa ia merasa biasa saja ketika melihat mamanya pulang. Biasanya ia akan langsung bergelayut manja kepada mamanya itu.
"Terus Killa harus gimana?"
"Biasanya kamu bakal seneng kalau mama pulang. Langsung peluk mama, sampe mama sesek nafas."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sweet Side
Teen FictionIbarat eskrim, dia dingin, tapi manis. Dan.. aku suka. Suka eskrim maksudnya. Start : 11 jan 2018