Killa dan Levy telah sampai di lingkungan sekolah. Mereka turun dari mobil yang berwarna merah itu secara bersama. Entah mengapa mereka berdua terlihat seperti menjadi artis dadakan saja. Seluruh pandangan murid yang berada di area parkir tertuju kepada keduanya. Tatapan para siswi pun berbeda-beda kepada Killa. Ada tatapan benci dan iri karena Levy cowok most wanted itu. Selain itu mereka juga berbisik tidak jelas. Killa menghiraukan itu semua. Dasar sifatnyanya yang jutek dan acuh telah membentuk mental bajanya.
Setelah turun dari mobil pun perhatian Levy tidak teralihkan dari gadgetnya. Apakah permainan itu terlalu menyenangkan untuk dimainkan? Mungkin.
Tapi tolong ingat, tidak semua permainan yang dimainkan itu menyenangkan. Ada sebuah permainan yang tidak bisa dimainkan. Contohnya permainan hati.
Killa jenggah melihat Levy sibuk sendiri. Padahal dari tadi orang-orang memperhatikannya. Killa yang sudah jenggah melangkahkan kakinya untuk menuju ke kelasnya.
Levy yang menyadari Killa telah jalan duluan pun berlari kecil untuk menyusulnya. Setelah ia bisa menyamai langkah Killa, ia kembali sibuk memainkan gadgetnya. Killa yang melihat itu hanya memutar bola mata malas.
Mereka yang jalan beriringan berdua itu kembali menyita perhatian murid di koridor kelas yang mereka lewati. Bagaimana tidak? Sang most wanted plus gamers itu tak pernah terlihat dekat dengan seorang wanita apalagi sampai jalan beriringan. Jujur Killa sangat risih dengan keadaan ini, ia sangat tidak suka jadi pusat perhatian orang lain. Padahal sebagian orang suka melakukan berbagai cara untuk menarik perhatian orang.
Killa melihat ke arah samping kiri, dan apa yang ia lihat? Ia melihat wajah Levy yang terlihat sangat gemas dan merasa kesal entah apa penyebabnya.
"Jangan liatin gue mulu. Naksir lo?"
"Pede gila." Jawab Killa sambil memutar mata malas.
Killa kembali memfokuskan pandangannya pada jalan yang akan ia lewati. Killa berbelok ke arah kanan. Setelah 3 detik ...
Braaakkk...!
"Awww..." rintih seseorang.
Killa pun membalikan badan, dan...
"Hua hahahahah.." tawa Killa pecah seketika. Bagaimana tidak, ia melihat Levy sedang mengusap keningnya yang terlihat memerah. Handphone Levy pun dengan tidak berdosanya tergeletak dilantai.
Para murid yang melihat kejadian itu pun hanya meringis kemudian tertawa juga.
"Anjir lo malah ketawa. Bantuin gue ngapa." Ucap Levy sambil melihat ke arah Killa. "Kalian juga berhenti ketawain gue!" Lanjutnya kemudian dengan emosi menatap para murid yang menertawakannya.
Bukannya takut, mereka malah tertawa makin jadi saja begitupun dengan Killa. Levy menahan amarah dan rasa malunya. Ia kemudian mengambil handphonenya dengan terus mengusap keningnya.
Killa yang masih memiliki rasa manusiawi, melihat hal tersebut tidak hanya diam saja ia menghampiri Levy.
"Makanya kalau jalan itu pake mata." Ucap Killa terkekeh.
"Dimana-mana tuh kalau jalan pake kaki dodol." Ucap Levy kesal.
"Gue tau nyet! Maksud gue tuh matanya di pake buat ngeliat jalan. Bukan malah sibuk sama mainan lo."
Killa lalu mendekat lagi kearah Levy, ia berjinjit kemudian tangan mungilnya mengusap kening Levy yang memerah.
"Geblek lu. Bisa gak kalau lagi jalan gak usah main. Untung ini sekolahan coba kalau jalan raya lo udah innalilahi tau gak." Ucapnya sambil terus mengusap kening Levy lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sweet Side
Roman pour AdolescentsIbarat eskrim, dia dingin, tapi manis. Dan.. aku suka. Suka eskrim maksudnya. Start : 11 jan 2018