1. Topi Amsterdam

287 16 2
                                    

Selamat hari senin!

Selamat membaca!
-----------

Sore hari yang terasa dingin berkat hujan rintik-rintik dan angin sepoi-sepoi menerpa wajah dua insan yang asik menyesap the hangat di teras rumah milik salah satunya.

"Lita punya topi, nih buat Rada." Ucapnya yang sedang merogoh tas ransel kecilnya.

"Oh, jadi gara-gara topi, lo bawa tas itu? Biasanya main di rumah gue ngga bawa apa-apa, malah sering minta makanan," sindir Rada yang tak dibalas Lita. Bukan karena Lita tersinggung, tapi ekspresinya itu lhoo saat ngomong, lempeeeng.

"Hm, iya deh. Tapi ini beneran buat Rada. Lita masih punya satu di rumah modelnya sama persis warnanya juga sama. Item.." Rada dengan ragu mengambil topi itu dan melihat masih ada label harga disana.

"Lo beli di mana Ta?"

"Waktu liburan semesteran beli di Amsterdam," jawab gadis lugu itu yang sedang menatap bunga anggrek yang di tanam tante Gea terkena hujan.

"Sama siapa? Naik apa?" Rada menegakkan tubuhnya.

"Sendiri, nyepeda kan bisa."

"Hah?" gumam Rada heran. Bahkan Rada hanya membeo tanpa ekspresi yang bermakna.

"Itu lho di simpang lima ada toko aksesoris namanya Toko Amsterdam, Lita ngga yakin sih disana emang dari Belanda apa bukan. Kayaknya bukan deh," jelas bukanlah Ta, pemilik tokonya aja namanya Pak Sugeng, itu strategi pasar buat penglaris mah.

Rada menghela napas, diliriknya bunda dan ayahnya yang sedang berbincang bersama tante Syifa dan om Romi. Sibuk banget sih.

Ting tung!
Pesan masuk dari grup Line beranggotakan lima orang yang kata Yudha sih sehati. Padahal itu grup kayak tempat untuk bergosip ria dan lebih ke hal yang unfaedah ketimbang faedahnya.

Yudha Bro! ada kabar murid baru, katanya cakep.

Yudha ping!

Yudha ping!

Gangsar Wuuih! Kelas berapa men

Yudha ga tau, kayaknya kakel

Gangsar sayang ya ga seangkatan, tapi gapapa gue suka yang lebih dewasa kok

Yudha itu gebetan gue kale

Rada ...?

Yudha sikat Rad

Rada sikat lantai? Sikat gigi? Sikat baju? Atau apa nih? Ambigu bener

Yudha noh cewek murid bar

Yudha *u

Gangsar Rada udah ada yang punya kali Yud. Rada lebih suka yang muda, yang polos, gemesin gitu @Lolita

Kirana Urusan cewek cakep mah, semua melek

Yudha kenapa Ran? Tenang aja, neng Kirana selalu di hati abang kok

Kirana Hueeek!

Rada Rada punya Lita

Gangsar ada bau-bau bajakan nih

Kirana bukan bahasa Rada banget

Yudha iya tuh, pasti Lolipop kan?

Rada LOLITA, bukan lollipop

"Rada, Lita belum selesai nulisnya! Pinjem dong," Lolita merengek dan menggapai-gapai ponsel Rada yang ia pinjem beberapa waktu lalu yang kini di genggaman pemiliknya.

"Salah siapa ga bawa HP," Rada memfokuskan pandangannya pada ponselnya, melihat apa yang diperbuat oleh gadis kecil ini dengan benda pipih itu.

"Ponsel Lita lowbatt, buat apa di bawa." Lita cemberut, menggembungkan pipi dan mengerucutkan bibir.

"Di charge di sini kan bisa"

"Ga kepikiran, soalnya otak penuh mikirin gimana ngasih topi buat Rada biar ngga basah kena hujan,"

"Gue ga minta ya," jawab Rada dengan cuek, sebenarnya ada sesuatu yang diungkapkannya dari tadi tapi masih tertahan diujung lidah. Makasih Ta topinya.

"Maaa! Pulang yuk!" seru gadis berusia 16 tahun yang mau menginjak 17 tahun itu.

"Bentar sayang, belum selesai," ujar Mama Syifa yang sedang melirik Rada berjalan ke kamarnya dan beralih menatap putrinya.

"Main di kamar Rada aja sana," kata Bunda Gea.

"Ngga mau ah tante, tapi kalo pulang sendiri Lita juga takut sih, mending di sini nungguin mama sama papa," jawab Lita malas dan bangkit menuju sofa yang ditempatu dua pasang orang tua itu.

"Lhoh ngga papa ke kamar Rada aja, lagian udah lama kan kamu ngga ke kamar Rada, sejak kalian masuk SD jarang banget main petak umpet di kamar Rada." Bunda Gea seperti menyuruh Lita untuk menghampiri Rada, menemani mungkin? Faktanya Rada kan anak tunggal.

"Hehe, iyaya tante, tapi kayaknya bukan masuk SD deh tan. Kurang lebih kelas 3 SD," cengir Lita dengan polosnya menggaruk rambut seperti mengingat kejadian bertahun-tahun lalu.

"Ya itu lah pokoknya, sana susul Rada. Mama sama Papa lagi bahas pembukaan usaha Restaurant sama Tante dan Om, sebentar ya!." Kini giliran Papa Romi bersuara yang diangguki oleh ketiga pasang mata lainnya yang menatap Lita.

"Hmn, Lolita ijin ya om, tante."

"Iya, sana. Kelihatannya Loli ngantuk. Tiduran dulu ya di kamar Rada?" komentar Ayah Luqman. Lita tersenyum dengan matanya yang sayu mengantuk berjalan menaiki tangga menuju kamar Rada.

~

Tok tok tok
"Rada, Lita masuk ya?!"

"Ngapain?" ujar Rada seketika setelah membuka pintu.

"Disuruhmamapapatanteom. Lita ntuk, numpang tidur bentar ya." Melihat kondisi Lita yang sempoyongan dan bicara yang tidak fasih membuat Rada tak enak hati.

"Masuk,"

"Yeay! Makasih Rada, wuih kamar Rada ngga jauh beda sama yang dulu, Cuma beda cat tembok aja. Ih warnanya keren abu-abu terang. Ini pake merek apa Rada? Rekomendasiin ke Lita dong, kamar Lita udah kusam. Di toko Amsterdam ada nggak ya catnya?" sepertinya gadis itu masih punya tenaga untuk berceloteh.

"Katanya ngantuk, kalo mau cerewet jangan di sini deh," ujar Rada menyesal membiarkan Lita memasuki teritorialnya. Lita hanya nyengir membalasnya.
.
.
"Ta,"

"Ta,"

"Apa, hoa...hm" Lita membaringkan tubuhnya ke ranjang Rada tanpa permisi.
.
.
"Makasih."

"Apa?"

"Topi"

"Hehe, iya sama-sama. Hoooaahm!" sedetik, dua detik, lalu Lita tidur dengan nyamannya bahkan pemilik kamar masih diambang pintu berdiri menghadap gadis itu dengan dahi berkerut.

"Ta, jangan tidur di kasur gue, nanti ileran...! Ta?! Ta?! Ta!!!..Woy . astaga udah tidur nih anak, masak sih? Bohong ya lo Ta? Weh beneran. Jangan ngiler di kasur gue lo Ta!!! LOLITA!!!"

-----------

19.3.18

Mr. Ignorant And Ms. FoolishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang