Holla!
Selamat sore!
Selamat hari minggu! Eh salah...selamat malam senin!
"Baca dulu, respon kemudian"
----------------------
Waktu terasa begitu cepat. Bel pulang sekolah baru saja berdering. Para guru segera membubarkan muridnya yang sudah membereskan peralatan sekolah sudah sejak pelajaran terakhir belum dimulai.
Jam terakhir pelajaran Sejarah, bagaimana tidak ngantuk mendengarkan dongeng mengenai gugurnya pahlawan Indonesia di medan perang. Untung saja hari ini Bu Wahyu--- guru Sejarah sedang berbaik hati kepada murid kelas 11 ipa 3. Guru muda 25 tahun yang belum menikah itu memutarkan film tentang Kerajaan Mataram melalui proyektor di depan kelas.
Entah memang Bu Wahyu sedang malas mendongeng atau bagaimana, yang pasti murid kelas ini sedang bersuka cita karena tidak perlu mengeluarkan buku sejarah yang tebalnya belum pernah diukur oleh Lolita. Emmm... sebenarnya Lolita juga tidak membawa buku tebal itu hari ini. Hihihi...
Namun keberuntungan tidak berpihak pada gadis berkucir satu itu, Lolita harus mentelesaikan tugas piketnya bersama ketiga teman yang lain.
Rada berbisik pada Lolita, "Mau pulang?"
Lolita tidak menjawab, ia hanya memandang wajah Rada tanpa ekspresi.
"Kenapa?"
"Lolita m- mau--"
"Hmm?"
"Gajadi,"
Rada mengusak poni rambut Lolita. Lalu menyelipkan rambut nakal yang menutupi gadis itu ke belakang telinga.
Ditelusurinya pipi gadis itu dengan punggung tangannya. Lalu tangan kanan Rada berhenti di dagu Lolita.
Wajah Rada mendekat, "Mau jalan keluar?"
Secepat kilat wajah Lolita menoleh saking bahagianya, ini yang ia mau dan Rada selalu tahu. Hidung mereka bertubrukan pelan lalu seulas senyum menghiasi bibir tanpa sentuhan apapun.
"Mau!"
"Oke, gue tunggu di parkiran."
"Siap pak bos!"
Lolita menjadi bersemangat mengerjakan tugas piketnya. Ia kebagian tugas membersihkan seluruh meja menggunakan kemoceng. Sedangkan ketiga teman lainnya ada yang menyapu dan merapikan buku di sudut baca kelas.
Kelas mereka sudah lumayan bersih, Lolita pamit kepada yang lain dan bergegas menuju parkiran tempat dimana Rada menunggu.
Sampai di sana, Rada sedang berbicara dengan si ketua ekskul pencinta alam - lagi. Entah mengapa mereka akhir-akhir ini sering bertemu.
Kata mama tidak baik mencampuri urusan orang lain yang sedang berbicara. Paham dengan keadaan, Lolita memilih menunggu di ujung koridor melihat majalah dinding anak sastra. Yah walaupun edisi entah kapan, setidaknya itu bisa mengalihkan pandangannya dari kedua siswa yang sedang berbincang di sana.
Sepertinya majalah dinding yang sejak dua bulan lalu tak diperbarui itu tidak mampu mengusir ke-kepo-an diri Lolita. Tak bermaksud kurang sopan, ia melirik sekilas tempat motor Rada terparkir. Si Rino sudah tidak ada di sana.
Pandangan Rada terangkat terpaku pada senyum Lolita yang semakin mendekat. Dirinya ikut tersenyum. Tanpa basa-basi memakaikan helm pada kepala Lolita kala gadis yanv menyita pikiran siang da malam itu berdiri di hadapannya.
Rada mengambil ponselnya yang bergetar di saku celananya. Pesan dari Kirana.
Kirana : Rad, plg jm brp?
Rada mengerutkan keningnya bingung. Tak biasanya Kirana bertanya hal itu.
Rada : tumben nanya
Tak berselang lama layar ponselnya berkedip.
Kirana : jan plg dulu. Sono pergi sm si manja.
"Jadi kita mau ke mana?" Lolita bersiap di posisinya sambil memainkan tas ransel Rada di depannya.
Rada memilih mengabaikan pesan Kirana. Masa bodoh. Yang ia mau sekarang hanya pergi berdua dengan si manja menghabiskan hari ini. Ya... menghabiskan hari ini.
"Terserah kamu,"
"Ke alun-alun kota?"
"As you wish, Princess."
***
Gangsar, Yudha, dan Kirana sudah berada di rumah Rada dan Lolita. Karena rumah keduanya dempetan, maka acara nanti malam akan diadakan di halaman antara rumah keduanya. Yang mana tempat ayunan yang biasa digunakan Rada dan Lolita sejak balita hingga kini.
Balon-balon dipasang sepanjang jalan depan menuju ayunan. Kemudian tulisan 'Hepi besde kembar!' terdapat di spanduk besar yang dipasang di antara atap kedua rumah.
Kirana memandang semua orang yang sedang menyiapkan acara nanti malam. Om Romi dan Om Luqman menyediakan penggangan, well karena nanti malam akan bakar-bakar ayam. Tante Syifa dan Tante Gea sedang menyiapkan kue ulang tahun. Ada dua kue, satu gambar berbentuk karakter disney frozen, satu lagi bergambar bola lengkap dengan gambar jersey salah satu tim bola ternama di dunia yang entah namanya apa--Kirana tak peduli.
Sesangkan kedua curut -Gangsar dan Yudha - sedang membuat topi kerucut.
Kirana menghela napas, "Kayak acara TK."
"Yang sini deh," Yudha melambai pada Kirana.
"Yang...yang... pala lo peyang!" Kirana mendelik, namun tak urung ia menghampiri si curut satu.
"Ish galak amat ama pacar,"
"Gundulmu!"
Sebenarnya setiap Yudha menggodanya ia selalu bersemu. Namun ia tak mau menjadi korban ke-playboy-an si curut. Selalu ia tutupi dengan kesadisannya.
"Mau topi gambar naruto apa spiderman?" Yudha menunjukkan kedua topi itu di tangannya.
"Terserah!"
"Harus pilih dong.."
"Ga ada yang lebih normal?."
"Emmm.... gambar spongebob?"
"Astaga... yang spongebob aja kalo gitu,"
"Oke, nih naruto."
-----------------------
Tbc
Selamat berbuka puasa!
26.5.19
Rusty
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Ignorant And Ms. Foolish
Fiksi RemajaI wish you like it ♡ Check this out! ~~~ Gerada Jati Luqman, cowok tampan dengan lesung pipi di pipi kanan dan hidung mancung yang biasanya dipanggil Rada. Hari-harinya diwarnai oleh tingkah laku tetangganya, gadis yang hampir menginjak 17 tahun si...