12. Rada Kenapa?

148 6 14
                                    

Selamat hari sabtu!
😄

-----------------

"Tau nggak Ta?" Gerada tersenyum menggoda pada Lolita yang sadari tadi menampilkan wajah cemberutnya.

"Nggak lah, kan belum dikasih tau." ekspresi Lolita sengaja dibuat-buat sadis oleh si empunya.

Gerada menghadap Lolita yang berdiri sambil memeluk dirinya sendiri di sampingnya. Lalu menjawil dagu yang berwarna putih pucat.

"Kalo lo cemberut gini jadi jelek."

"Biarin!" tangan ramping Lolita menghela jari nakal Rada.

Lolita pikir Rada membawanya nonton di bioskop kek, beliin boneka kek, atau lainnya yang lebih keren mungkin. Tak pernah terbesit dipikirannya bahwa yang dimaksud kencan oleh sang jenius di kelasnya itu pergi ke alun-alun kota yang sedang ramai-ramainya.

Ramai karena penjual cilok, siomay, batagor, bakso dan beragam jajanan lainnya. Para penyewa wahana permainan untuk anak kecil pun seakan tak mau kalah, seperti mancing-mancingan, mandi bola, nggak dibgin tuh mandi malem-malem?

Hampir semua yang ada di sini pasangan muda-mudi dan keluarga muda. Ada juga mbak-mbak yang bukan cewek tapi dandannya beuh! Tebel gewla. Serta cabe-cabean yang mejeng di pinggir jalan.

Gadis itu sedang meremas-remas ujung bajunya untuk meredam kesalnya terhadap Gerada. Bagaimana tidak, sekarang mereka berdua berada di pinggir jalan dan menonton orkestra lokal di alun-alun kota. Mungkin itu hal biasa bagi Rada, tapi untuk seorang gadis yang rewel kayak Lolita menjadi hal yang buruk.

Sekarang Lolita melangkah menuju bangku di taman alun-alun yang bersebelahan dengan para penjual jajanan. Sedangkan Rada mengikuti langkahnya tanpa banyak protes.

"Lolita tuh marah! Dibujuk gih Rada!" amarah gadis itu meletup-letup.

"Hum?" Rada menaikkan satu alisnya dan keningnya berkerut.

"Lolita dari 15 menit yang lalu tuh berdoa ya, berharap kalo Rada peka sama kondisi sekitar,"

"Emang kenapa?"

Sedetik kemudian Rada mengamati sekitar. Dan ya, apa yang dierbuat Rada membuat Lolita makin kesal.

"Bodoh!"

Rada kembali duduk di samping Lolita setelah membuang sampah cup es krim yang berada di samping kakinya tadi.

"Kenapa sih?"

"Peka dong, dari tadi Lolita kedinginan. Pinjemin jaketnya kek!"

"Salah siapa pake baju tipis," walau Rada berkata demikian namun ia tetap memakaikan jaket biru donkernya pada tubuh kurus Lolita.

"Nggak ada kata makasih!"

"Ternyata kalo liat lo cemberut gini cantiknya bertambah." tangan Rada gemas mengacak-acak rambut Lolita yang sekarang sudah lebih panjang.

"Dasar plin plan! Tadi katanya jelek sekarang malah cantik. Yang bener tuh yang mana?" Rada tersenyum simpul mendengar kembali celotehan Lolita.

Rada menatap lekat Lolita, sedangkan Lolita merasa diperhatikan pun membalas tatapan Rada. Suasana hening, tak ada kata yang terlontar dari bibir keduanya.

"Lo itu--"

"LOLITA! RADA!" shit! Nampaknya semacam pengganggu sedang menghampiri mereka.

"Kirana??" Lolita sempat terkejut oleh teriakan membahana sang sahabat.

"Sama siapa kesini?" sebuah pertanyaan dari Rada.

"Sama gue," Rino datang dari arah samping ketiganya. Jadi Rino itu adalah ketua ekskul pencita alam gitu guys.

Rada menoleh pada sumber suara. Memastikan apa yang ia dengar benar bahwa itu adalah suara pemuda bernama Rino.

"Oiya, waktu itu Kirana sempet cerita malem minggu mau jalan sama Rino. Jadi Rino itu yang ini to Ran?"

"Iya,"

"Ecieee! Jalan berdua!! Wah si Rino nggak pinter ya cari tempat buat ngedate." gida Lolita pada pasangan di depannya yang nampak mapu-malu. Walau hanya Kirana saja yang malu, sisanya Rino yang diam tak tertarik dengan obrolan mereka.

"Ngaca mbaknya. Emang si Rada pinter cari tempat buat kencan?" sindiran Kirana pada Rada yang sejak Rino datang pemuda itu menjadi diam.

"Beli permen kapas yuk Ran!"

"Yuk!"

Sekarang tinggal kedua pemuda yang saling beradu pandang.

"Jadi--" Rada berniat membuka suara namun terjeda oleh ucapan sang lawan bicara.

"Apa?" kata Rino malas.

"Jangan pernah buat yang aneh-aneh!"

"Jangan sok menasehati kalo lo nggak tau apa-apa,"

Atmosfer disekeliling mereka menjadi semakin menegangkan. Mereka saling terdiam, dan memalingkan wajahnya seakan lampu kelap-kelip yang mengelilingi pohon di sekitar alun-alun lebih menarik dari segalanya.

Kedua gadis yang masing-masing membawa permen kapas berjalan riang menuju tampat semula.

Saling mengobrol dan bercanda ria khas anak cewek banget.

Setelah dirasa sudah cukup waktu untuk Lolita mengobrol dan memakan permen kapas. Rada bangkit lalu mengulurkan tangannya.

"Ta, ayo pulang, takut kemaleman."

"Iya,"

Merasa aneh dengan sikap Rada yang lebih pendiam dan sudah berbalik meninggalkannya, Lolita memilih mengabaikannya.

"Duluan ya Ran! Rin!" setelah sadar ada yang unik dari panggilannya, Lolita terkekeh lalu berlari mengejar Rada.

------------------

Marhaban ya ramadhan!

26.5.18

Rusty

Mr. Ignorant And Ms. FoolishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang