6. Yudha Ngeselin (2)

141 9 4
                                    

Selamat membaca!

--------------


Sarah memandang ke arah lapangan yang sedang diisi beberapa orang bermain bola, merebut dan berusaha memasukkan ke dalam ring lawan.

Sarah memandang ke arah lapangan yang sedang diisi beberapa orang bermain bola, men-drible bola basket kesana kemari.

Lalu ia menelisik seluruh lapangan indoor. Pandangannya menangkap seorang bapak yang tadi bertemu dengannya. Pak Ujang berada di belakang dekat lorong menuju parkiran sedang menolah noleh seperti mencari seseorang, mungkin sedang mencari Lolita.

Tapi seseorang yang sedang dicari sedang tersnyum ceria dan bersorak-sorak menyemangati pemain dengan nomor punggung 94 yang baru saja kembali bergabung dari ketidak-aktifannya.

Sesungguhnya ia ingin membiarkan saja, namun ia tak tega dengan Pak Ujang yang nampak lelah mencari majikan mudanya yang nampak tak tahu keberadaan supirnya.

Sarah bangkit, pamit pada teman-temannya untuk pergi ke toilet.

"Permisi pak?"

"Eh non..."

"Saya Sarah pak, ada yang bisa saya bantu?"

"Iya non Sarah, bapak teh lagi cari non Lolita. Dari tadi bapak telpon ndak diangkat, jadi bapak memutuskan mencarinya saja," ujar Ujang menggaruk rambutnya.

"Lolitanya ada di depan pak, bangku dekat lapangan. Bapak lewat sini saja, lalu tengok kanan. Nah di situ Lita," jelasnya sambil memeragakan dengan sebelah tangannya.

"Sekali lagi nuhun non." Pak Ujang tersenyum dibalik kumis tipisnya.

"Sama-sama pak, saya ke toilet dulu," Sarah tak berbohong pada teman-temannya, ia memang akan ke toilet.

"Non, ayo pulang..." pak Ujang menepuk bahu Lolita.

"Eh, Pak Ujang sini! Duduk! Nonton Rada bentar ya pak! Hihihi," Lolita menarik lengan Ujang hingga laki-laki paruh baya yang masih nampak gagah itu duduk di sampig kiri Lolita.

"Pak Ujang mau?" Ujang menggeleng melihat tangan ramping itu menyodorkan biscuit bertabur chocochip, namun ia tak bisa menyembunyikan senyumnya. Majikannya ini memang memiliki hati lembut.

"Untuk non Lita aja, saya tadi udah makan,"

"Iya iya percaya, pasti makan sama papa kan? Papa mah gitu, giliran sama Lolita nggak pernah beliin makanan," Ujang memandang geli pada gadis polos di depannya mencebik lucu, ia sudah menganggap Lolita seperti anaknya.

"Nggak kok non, tadi bapak makan bubur ayam Pak Sabar,"

"Lhoh, itukan sarapan bapak tadi pagi, sekarang udah sore. Ya ampun ! Gimana sih papa, nggak perhatian banget udah di anter nggak tau balas budi. Ya udah yuk pulang, Lolita juga belum makan, nanti mampir beli ketoprak aja ya pak." Ujang mengangguk, tadi katanya marah kalo Ujang ditraktir Romi. Lhah sekarang malah marah lagi gara-gara Romi nggak ngasih makan Ujang?

DHUG!

Saat Lolita bangkit dan mengambil tas ranselnya di samping kanannya, sebuah bola menyapa kepala berambut lepek dan basah karena sudah sore dan berkeringat itu. Gadis itu menoleh ke lapangan, terdapat Rada menunjuk seseorang, Gangsar pun sama, dan beberapa siswa yang mengikuti basket sedang menunjuk orang yang sudah berani melempar kearahnya. Yudha bersiul sambil memandang kuku jemari tangannya, berlagak tak tahu apa-apa.

"YUDHAAAA!!!!!" perang dunia ketiga pun dimulai.

---------------

★★★★★★

Tbc

Jogja, 30.3.18

Rusty

Mr. Ignorant And Ms. FoolishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang