Thirteen

162 24 0
                                    

Sama dengan Hyerin, nenek menitip pesan bahwa dia akan lebih senang kalau di kremasi.

Maka itulah yang di laksanakan Hyejung. Menempatkan abu nenek di laci sebelah Hyerin.

Memang sudah nenek persiapkan, tanpa pengetahuan Hyejung. Seakan dia sudah tahu kapan ajal nya akan menjemput.

Hyejung menghela nafas untuk kesekian kali nya. Bukan tidak sedih alasannya tidak mengeluarkan air mata.

Namun banyak sekali pertanyaan yang harus ia ketahui dari nenek. Ingin sekali rasanya meminta Tuhan untuk mempertemukan mereka sekali lagi, untuk terakhir kali nya.

Namun hal itu tentu tidak bisa ia lakukan. Kalau itu terjadi, maka Hyejung akan meminta yang lain.

Kembalikan Hyerin nya.

Hyejung menatap nanar ke laci Hyerin, ke vas yang menampung abu nya.

Sekarang pihak rumah duka sudah menggantikan vas yang di pecahkan Jihoon kemarin dengan vas yang baru. Bunga segar mengisi nya.

Namun hati Hyejung tetap tidak baik. Ia masih memikirkan album yang ia tinggalkan dengan Kim- Taehyung.

Benar, nama nya Taehyung.

Dan Jihoon benar soal mengenal pria itu. Perusahaan ayah Taehyung melalukan kerjasama dengan nya.

Dan mungkin sebaiknya Jihoon merahasiakan identitas nya dari lelaki itu.

Tamu yang datang sudah pulang. Bersisa Hyejung dan Jihoon yang masih berdiri di sana.

Jihoon menggengam tangan nya. "Ayo pulang," ajak nya. Hyejung mengangguk.

Menempelkan tangan nya pada kaca pintu Hyerin dan nenek untuk terakhir kali nya sebelum berpisah dengan mereka.

Kedua insan itu berjalan dalam diam, masih berpegangan tangan, sebelum seseorang memanggil nya, membuat Hyejung berbalik.

"Nona Han kecil," suara berat itu di kenali Hyejung dengan baik.

Ia berbalik, lalu tersenyum lebar. Sudah lama sekali sejak bertemu dengan nya, pikir nya. Dan ya, seiring waktu berlalu ia juga sudah semakin berumur.

"Annyeong haseyo," bungkuk nya yang juga di ikuti oleh Jihoon.

Mantan supir ayah nya, yang juga sering mengantar Hyejung ke sekolah.

Sejak orang tua nya meninggal, semua pekerja di berhentikan, lalu rumah itu di bakar sampai hangus.

"Sudah lama sekali, paman," senyum nya.

Hyejung lalu mengajak nya makan siang bersama. Berterima kasih karna sudah berbaik hati datang ke pemakaman nenek.

Walau mereka sudah tidak berhubungan.

"Sebenarnya, saya masih ada menghubungi nenek," kata paman itu.

"Benarkah? Lalu bagaimana kabar anda?"

"Sejak di berhentikan, saya bekerja sebagai supir taxi. Lagipula hanya itu yang bisa saya kerjakan. Dan saya selalu bersyukur pernah bekerja dengan keluarga anda nona muda," kata nya dengan sopan.

"Saya menemui anda bukan karna kebetulan," lelaki tua itu merogoh kantong jas nya.

Hyejung dan Jihoon hanya bisa saling memandang dengan heran.

"Saya berterima kasih kepada Tuhan sudah di berikan kesempatan untuk makan dengan anda di atas satu meja,"

Hyejung tersenyum kecut saat mendengar kalimat itu.

✔ Found [LJH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang