posesif

6.8K 218 23
                                    

"Ada apa Lian?".
Tanya Rara setelah merasakan ada sebuah tangan yang mengusap lembut pipinya.

"Setiap kau bangun tidur, kau harus cek masih ada aku atau tidak dihatimu. Lalu jangan lupa beri tahu aku".
Ucap Lian yang sedang duduk disisi ranjang dengan senyuman manis yang terlihat sangat tulus bagi Rara.

"Kau sakit ya?".
Gumam Lian sedikit ragu kalau Rara masih marah padanya. Bahkan berandal itu harus mengumpulkan semua keberanian hanya untuk masuk ke kamarnya sendiri.

"Kau tidak lapar?".
Tanya Lian mengisyaratkan kalau ia sedang lapar dan ingin Rara memasakkan sesuatu untuknya.

"Ah baikla-
"Jangan! Kau tidur saja ya".
Berandal itu mendekap tubuh Rara sangat erat saat wanita itu mulai bangkit.  Lian tidak mau membuat Rara susah apalagi dengan kondisi kesehatan yang sedang buruk.

"Aku masak sendiri saja, si kembar menonton tv dibawah".
Ucap Lian melembut melepas dekapannya pada Rara kemudian mulai berjalan menuruni tangga.

"Aku akan bangun 15 menit lagi sayang". Sekilas Lian tersenyum bahagia, baginya teriakan Rara sekalipun adalah hal yang menyenangkan.

"Shit! Aku nggak bisa masak".
Dengus Lian kesal bingung apa yang akan ia lakukan. Sejak dulu Lian selalu memanggil pembantu atau meminta Morgan memasakkan sesuatu untuknya. Sekalipun Lian tidak pernah pergi ke dapur dan setelah menikah yang dilakukan Lian hanya lah memandangi wajah Rara bukan masakan apa saja yang dibuat Rara.

Krompyangg pyarrrrr

"Ya ampunn".
Teriak Rara panik mendengar suara gaduh dari arah dapur rumahnya. Saking paniknya ia sampai berlari menuruni tangga dan menemukan Luis dan Paris yang menatap Lian dengan mata tercengang.
"Apa-apaan ini?!".
Bentak Rara membuat Lian seketika menoleh padanya.
"Katanya papa mau masak".
Gumam Luis menujuk Lian yang penuh dengan noda minyak dan bahan makanan. Rara mendengus kesal sambil mengusap dadanya sabar melihat dapur yang lebih pantas disebut kapal pecah.

"Kenapa kau menggoreng telur diatas panci Lian!".
Cibir Rara kesal mematikan kompor dan mengomeli Lian yang hanya mengangguk ketakutan.

"Setidaknya jangan rusak dapurku kalau kau tidak bisa masak".
"Aku kan hanya tidak mau menyusahkan mu sayang".
Gumam Lian pelan terus menunduk.

"Kata daddy Mozza ini romantis".
Bisik Paris pada Luis yang berdiri disampingnya.
"Entah mengapa kita jadi seperti figuran". Ucap Luis dengan wajah flatnya kemudian menarik tangan adiknya keluar dari area dapur.

"Tapi aku sudah selesai memasak. Aku membuat roti bakar dengan mozarella didalamnya. Resepnya dari internet dengan tambahan sedikit rempah-rempah dariku". Ucap Lian menampilkan sebuah piring dengan roti bakar diatasnya dan lelehan keju Mozarella yang mulai keluar. Cukup lama Rara hanya diam meyakinkan dirinya bahwa Lian hanya memasak roti bakar keju yang mungkin tidak akan membunuh Rara. Lagipula rempah-rempah apa yang dimaksud Lian kalau berandal itu saja hanya tau gula dan garam.

Hoekkkkk

Setelah merasakan sensasi gigitan pertama, Rara sudah sukses memuntahkan semua isi perutnya ke wastafel disamping Lian.
"Sayang kau hamil ya?".
Dengan sabar Lian memijit pelan tengkuk leher Rara.
"Hamil dengkulmu hah?! Kau tambahkan apa dimakananmu?".
Cibir Rara membasuh mulutnya kemudian menatap flat wajah Idiot Lian.
"Bumbu rahasia".
Lian nyengir dan itu sudah menjadi alasan cukup untuk Rara menjambak rambut Lian.
"Oke masakanku gagal jadi aku akan memasaknya ulang".
"Jangan! Biar aku saja".
Ucap Rara menahan lengan Lian. Menyelamatkan si kembar dari percobaan pembunuhan yang dilakukan Lian.

Rara mulai menyalakan kompor dan memasak makanan yang layak dikomsumsi manusia. Membiarkan Lian yang dengan serius mengamati aktivitas Rara.
"Sayang aku mau makan ini".
Ucap Lian menunjukkan popmie yang ditemukannya di lemari penyimpanan bahan makanan.
"Tapi aku kan udah masak ini".
"Sekali saja ya? Lagi pula aku akan tetap memakan semua masakanmu kok".
"Ya. Tapi kau masak sendiri ya? Itu mudah kok".
Ucap Rara kembali fokus pada masakannya.

Crazy Handsome BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang