8. Temenan

804 110 6
                                    

Karena seorang bernama Taehyung Kim bilang kalau dia ingin menjadi teman Irene, disinilah Irene sekarang.

Membawa Taehyung ke rumahnya.

Memang gila, tapi kalau Irene tidak membawa Taehyung ke rumahnya, dia jadi harus membawa Taehyung ke mall dan dia sedang dalam mode hemat.

Kalau tetap di pantai, Irene kedinginan.

Kalau di rumah Taehyung, bukankah itu lebih bahaya?

Jadi disinilah Irene sekarang, diayunan yang berada di taman belakang rumahnya.

"Jadi, lu itu homeless?" Tanya Irene sambil naik turuni kakinya.

"Home...less?" Ulang Taehyung dengan wajah tanpa ekspresi, seperti biasa.

"Iya, itu artinya gak punya rumah gitu," Jelas Irene.

"Iya, rumah saya jauh," Jawab Taehyung.

"Udah homeless, bahasa baku, formal..lu dari desa antah berantah ya?"

"Entahlah, tugasku hanya melindungimu," Guman Taehyung pelan.

"Kok dikacangin sih? Lagi mikirin apa?" Kesal Irene.

Tidak dijawab oleh Taehyung.

"Gimana kalo lu tinggal di rumah gua aja?" Tawar Irene.

Taehyung menoleh. "Maksudmu, aku, di rumah kau, begitu?"

Irene bingung apa yang dimaksud oleh Taehyung, namun dia mengangguk saja.

"Akan aku pertimbangkan,"

Irene tersenyum.

"Lu gak punya ortu?" Irene bertanya lagi. Sesungguhnya dia sangat penasaran dengan lelaki misterius di depannya ini.

"Orang tuamu adalah orang tuaku juga,"

"Yehh bisa aja gombal lu!" Irene memukul pelan bahu Taehyung.

Sedangkan yang dipukul hanya memegang bekas pukulan Irene.

ㅡㅅㅡ

Sesuai yang dibilang Irene, Taehyung setuju untuk tinggal bersama Irene.

Itu juga memudahkannya untuk memberi Irene faust.

Orang tuanya dan Jinyoung sedang berlibur ke Paris sebulan. Irene tidak ikut karena sudah bosan.

Jadi di rumahnya hanya ada dia dan Taehyung.

Seharusnya Irene merasa curiga, apalagi Taehyung ini seperti penguntit dan baru kenal dua hari. Tapi entah kenapa hatinya sudah sangat mempercayai Taehyung Kim ini.

Irene menatap langit-langit kamarnya.

"Taehyung?" Panggil Irene, berharap kamar disebelahnya menyahutinya.

"Hmm?" Terdengar sebuah deheman. Artinya Taehyung belum tidur. Irene tersenyum.

"Belum tidur?" Tanya Irene iseng.

"Hmmm," Taehyung menjawab dengan deheman lagi.

Lucu ih. Pikir Irene.

"Lu sekolah lulusan apa?"

"Aku tidak bersekolah,"

"HAH?! Terus kenapa bahasa baku lu lancar banget?!"

"Karena sudah terbiasa mendengar dari teman-temanku,"

Irene terkejut karena fakta lelaki sopan di kamar sebelah ini tidak bersekolah sedangkan dirinya yang kasarㅡya, begitulah.

Irene jadi malu sendiri.

"Tidak perlu malu. Aku sopan bukan berarti aku tidak bisa kasar," Seakan membaca pikiran Irene, Taehyung berkata.

"Lu mau sekolah gak?"

"Tidak,"

"Jawabnya langsung banget anjir," Irene terkekeh.

"Dari yang kulihat, sekolah hanya bisa membuat stress,"

"Hmm bener," Irene memajukan bibirnya sambil mengangguk setuju.

"Oh iya, lu gak punya baju ya?" Tanya Irene penasaran.

Taehyung bingung mau menjawab apa, sebenarnya kalau hominidae mereka belum 17 tahun, para hermes telanjang. Jadi Taehyung baru mendapat baju karena Irene yang baru berulang tahun ke-17.

"Ya," Taehyung hanya menjawab singkat.

"Besok shopping yuk, gua juga mau bawa lu ke salon. Pokonya gua bakal makeover penampilan lu, oke?"

Walau Taehyung tidak mengerti, ia menjawab. "Baiklah,"

Besok mampir ke markas sebentar lalu bertemu Irene lagi, baiklah. Pikir Taehyung membuat rencana.

"Kalo gitu gua mau tidur dulu, sleepwell Taehyung."

Taehyung hanya menatap atap dan kedip-kedip setelah beberapa detik mendengar suara Irene.

"Selamat tidur, Irene."

ㅡㅅㅡ

Pagi sudah datang, Taehyung berpamitan dahulu kepada Irene untuk pergi. Mereka janji ketemuan setelah pulang sekolah.

Di setiap jalan menuju markas, para hermes lain menatap Taehyung dengan tatapan aneh.

Walau Taehyung tahu, ia memilih untuk tidak peduli.

"Taehyung!!" Pekik Jimin senang melihat kedatangan sahabatnya.

"Seperti aku sudah pergi bertahun-tahun saja," Taehyung terkekeh.

"Bukan begitu, banyak beredar rumor rumor aneh tentangmu disini," Jelas Jimin seperti penggosip handal.

"Rumor seperti?" Taehyung meminta penjelasan lebih lanjut.

"Kau berpacaran dengan manusia dan derajatmu disamakan dengan sampah," Ungkap Jimin.

Taehyung mengangguk-ngangguk. "Tidak heran para hermes melirikku daritadi,"

"Kau tidak marah?"

"Kenapa harus marah? mereka kan hanya mengarang cerita tanpa mengetahui kebenarannya, bukankah itu lebih rendah dari sampah?"

Jimin tersenyum bangga. "Kau memang selalu dan akan selalu menjadi panutanku,"

"Jangan berlebihan," Taehyung memutar bola matanya. "Jungkook dimana?"

"Tentu saja memberi faust kepada hominidae bocahnya," Ucap Jimin tertawa pelan.

"Anak itu kenapa bandel sekali," Taehyung menggeleng sekarang.

"Tidak apa bandel, yang penting jangan sampai melewati batas." Kata Jimin sambil menatap Taehyung dengan serius.

"Kenapa menatapku seperti itu? Kau membuatku takut,"

Jimin tertawa setelahnya. "Apa aku sudah menyeramkan?"

"Ya, para tikuspun akan takut padamu,"

"YA!"

"Tapi kapan kau akan rajin memberikan faust kepada hominidaemu?"

Kalau Jungkook definisi hermes terbandel, Jimin adalah definisi hermes termalas.

Makanya ada namanya manusia yang sial di dunia ini.

Sebenarnya keberuntungan yang diberikan tergantung oleh para hermes. Kalau hermes tidak mau memberi keberuntungan kepada hominidaenya, ya sudah manusia itu akan dikenal selalu terkena sial.

Kalau manusia selalu beruntung, artinya;

hermesnya sangat melindunginya dan rajin memberikan faust. Dengan kata lain, hermes itu menyayangi hominidaenya.

Makanya, Taehyung dikenal sebagai hermes terajin yang 24/7 mengikuti hominidaenya,

dan Irene dikenal sebagai orang yang mempunyai banyak keberuntungan.

TBC.

hi ada yg nunggu cerita ini ga

the hermes√ +vreneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang