Chapter 14 : PUZZLE Part 3

760 106 58
                                    

"Apa yang ku punya hingga dia begitu tertarik padaku?."

=================================================================

­­­DAKK

BRAKK

BRUKK

Kilatan cahaya baru saja tercipta di angkasa bersamaan dengan remuknya badan mobil hitam yang baru saja tertabrak truk besar tanpa dosa. Membuat tubuh kecil keluar begitu saja dari dalam mobil, terlepas dari rengkuhan sang ibu dan berakhir dengan reguling diatas dinginnya aspal jalanan malam. Airmatanya meleleh begitu saja bersamaan dengan mengalirnya cairan pekat berbau anyir dari tubuh kecilnya yang terluka.

'Eomma'

Gumaman lirih tercipta, begitu netra si kecil menangkap sosok ibu yang baru saja merengkuhnya dengan ke khawatiran. Ingin rasanya ia berdiri dan berlari kearah sosok bidadari dunianya itu. Tapi apalah daya, hanya membuka mata saja sudah cukup menguras tenaganya.

'Appa'

Lagi bibirnya menggumam, meski telinganya tak mampu mendengar apa yang ayahnya ucapkan. Tapi otaknya cukup mengerti arti dari gerakan bibir sang ayah yang selalu meminta ma'af kearahnya.

Sakit, amat sakit. Bukan hanya badan yang mendera tapi rasa di hatinya lebih menyiksa. Apakah ini akhir?. Akhir dari waktu di mana dia bisa melihat kedua orang tuanya. Tapi, tidakkah ini terlalu menyaitkan untuk anak yang baru saja menginjak enam tahun beberapa hari yang lalu?.

Perpisahan yang menyakitkan.

Dia bahkan tak dapat mendengar apa yang di katakan orang tuanya, dia bahkan tidak mendapat senyuman orang tuanya dan dia takkan mendapatkan dekapan hangat untuk terakhir kalinya. Karena yang ada hanyalah sakit, yang ada hanyalah tangis dan yang ada hanyalah jarak sejengkal yang terasa jauh melebihi ribuan kilometer.

'Tolong selamatkan kami'

Do'a si kecil pada penguasa malam. Hingga seseorang benar-benar datang dan menghampirinya. Sesosok manusia yang tidak bisa di lihatnya dengan jelas karena terahalang cahaya lampu jalan. Sudut bibirnya terangkat samar, ia bersyukur. Sangat. Karena mungkin Tuhan masih memberikan waktu untuknya agar dia bisa menikmati hari lebih lama dengan kedua orang tuanya. Jika saja orang ini mau membantu.

Karena sekarang,

Dia tak tau apa yang orang di hadapannya ini katakan. Meski ia telah menyipitkan mata berharap jika dia mendengar atau sekedar melihat sosoknya, tapi nyatanya yang ia dapatkan hanyalah sekelebat pemandangan dimana ia melihat seringai mengerikan di bibir pria itu.

'Siapa kau?'

Percuma, karena bibir mungilnya tak mengeluarkan suara sedikitpun. Sementara pria itu kini justru menjauh darinya hingga sebuah tanya muncul.

Apa yang di seretnya?.

Untuk apa batangan besi di tangannya itu?.

Bukankah pria itu hendak membantu?.

Tapi kenapa langkahnya cukup pelan untuk orang yang berniat menolong. Bahkan terlihat tidak ada niatan untuk menelfon ambulan sama sekali. Siapa orang itu?.

Kembali si kecil hanya bisa menatap nanar kedua orang tuanya seraya berharap jika hal yang lebih mengerikan tidak terjadi. Ya, kini otaknya telah diliputi kekhawatiran dan kemungnkinan-kemungkinan buruk.

Cho TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang