"Life is a game and true love is a trophy." —Rufus Wainwright
Badai salju yang menerjang semalam belum berhenti keesokan harinya. Seulgi mengernyit selagi memandang ke luar jendela cafe, tampaknya mereka berdua belum bisa melanjutkan perjalanan menuju Oslo. Dari jauh Park Jimin membawa nampan berisi dua roti isi daging dan juga kopi panas sebagai pengganti sarapan, pria itu mendudukkan dirinya di depan Kang Seulgi setelah itu mengulurkan secangkir kopi panas.
"Minum selagi hangat" Jimin berseru berusaha menarik perhatian wanita itu.
Seulgi menoleh kemudian tersenyum. "Terimakasih"
Jimin mengangguk senang, kedua netra Jimin mengarah dan memperhatikan Kang Seulgi yang lagi-lagi terlihat gelisah akibat badai salju. Setiap beberapa menit sekali Seulgi akan menyeruput kopinya lalu menghela nafas.
Jimin menjadi gemas melihatnya.
"Kau kenapa?" tanya Jimin pada akhirnya.
"Tidak" jawab Seulgi.
Jimin meletakkan cangkir kopinya kemudian membenarkan posisi duduknya, pria itu menyilangkan kakinya dan sedikit menyenderkan tubuhnya.
"Bukankah aku sudah mengatakannya berkali-kali kalau kau tidak bisa berbohong"
Seulgi menghela nafasnya kasar.
"Aku hanya sedang memikirkan kapan badai salju ini berhenti. Kita sudah terjebak semalaman di cafe ini, dan lagi Tromso juga sudah cukup jauh jika kita memutuskan untuk membatalkan perjalanan ini" Seulgi berkata.
Jimin rasa Seulgi benar. Mereka sudah terjebak semalaman seperti para pengunjung yang lain, meski cafe ini memiliki sofa yang lumayan empuk untuk tidur dan fasilitas memadai lainnya yang bisa digunakan secara gratis tetap saja mereka harus pergi.
"Semoga saja badai cepat berhenti" Seulgi bergumam kecil.
Taehyung berkali-kali mengelap keringat yang mengalir dipelipisnya sedangkan Irene yang sejak tadi melihat tingkah Taehyung hanya tertawa kecil. Tunangannya ini sedang di interogasi kakek Seulgi.
"Apa kau benar-benar tidak tahu, Kim Taehyung?!" gertak kakek Seulgi.
"Be—benar, harus ku katakan berapa kali kek. Aku juga sedang berusaha mencari Kang Seulgi" Taehyung menjawab dengan memelas berharap kakek dari sahabat karibnya ini percaya.
Kakek Seulgi menatap Taehyung tajam. Pria paruh baya itu sudah dibuat pusing dengan cucu satu-satunya dan sekarang ia harus masih mencari keberadaan Seulgi agar bisa memarahinya habis-habisan.
"Sudahlah, Seulgi pasti akan kembali. Biarkan ia merasakan kebebasan, ayah terlalu mengekangnya" sahut ibu Seulgi.
Taehyung tersenyum lebar dan mengacungkan kedua jempolnya. Sebagai teman yang selalu bersama sejak kecil, Taehyung merasa apa yang dilakukan dan dipilih Seulgi semua adalah kemauan dari kakeknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lost Bride
Fanfiction"The secret of a happy marriage is finding the right person"