10

1.2K 246 50
                                    

  "It doesn't matter where you are going, it's who you have beside you." – Annonymous 

Kang Seulgi menggosok kuat kedua tangannya seiringan dengan suhu Oslo yang dingin. Wanita itu duduk di tepi sungai Akerselva, suara aliran air yang menenangkan hampir saja membuatnya tertidur. Sudah lama ia tidak merasakan ketenangan seperti ini, bahkan Seulgi tidak bisa mengingat kapan terakhir kali ia menghabiskan waktu untuk dirinya sendiri.

Mata Seulgi yang hampir terpejam itu seketika terbuka saat rasa panas tiba-tiba saja menjalar dipipi kirinya. Ia baru saja ingin berseru marah tetapi Park Jimin sudah menghadiahkannya dengan senyuman manis sambil memberikan teh hangat, membuat Kang Seulgi tidak dapat menolaknya.

"Eum—Aku membelikanmu ini" Setelah memberikan teh hangat, kali ini Jimin memberikan sebungkus roti lapis isi daging.

"Terimakasih, tapi dari mana kau tahu perutku sedang meronta ingin diberi asupan?" Tanya Seulgi. 

"Aku tahu jika kau tipe wanita yang suka makan, lihat saja pipimu" 

Kedua tangan Seulgi secara otomatis bergerak bersamaan untuk memukul tubuh Park Jimin. Sangat tidak sopan membicarakan topik seperti itu didepan wanita, memangnya kalian para lelaki sudah merasa sempurna?

"Aku bercanda. Lagipula aku suka pipi tembammu itu" bisik Jimin.

Seulgi berusaha tidak mendengar bisikan itu. Ia memakan roti isi lapis dagingnya dengan penuh tenaga sampai-sampai membuat Jimin tertawa. Seulgi yang sedang salah tingkah menurutnya lucu, dan sepertinya Jimin terpesona dengan semua kepribadian yang dimiliki Kang Seulgi.

"Pelan-pelan saja makannya, aku tidak akan meminta rotimu" Jimin berkata.

Jimin mengusap saos yang menempel di sudut bibir Seulgi membuat wanita itu meliriknya. Kedua mata mereka bertemu, saling mengagumi satu sama lain. Tidak ada salah satu dari mereka yang ingin melepaskan pandangannya, yang ada hanya pikiran-pikiran semu dalam otak keduanya.

Jimin sadar terlebih dahulu dari situasi canggung itu membuat Seulgi juga mengalihkan pandangannya kembali pada roti lapis isi dagingnya yang tinggal setengah gigitan. 

"Kau tahu sesuatu tidak?" Jimin bertanya.

Seulgi menatap Jimin heran. Bagaimana ia tahu jika lelaki itu memutus pertanyaannya sendiri, dasar menyebalkan.

"Oslo memiliki julukan kota termahal untuk berkencan" 

Seketika saja Seulgi tersedak. Jimin menatapnya dengan seringai nakal, rasanya Seulgi ingin sekali menenggelamkannya kedalam sungai Akerselva. Ia tidak akan peduli jika Jimin mati membeku.

"Kita kan tidak berkencan" gerutu Seulgi.

"Aku hanya memberi informasi, kenapa kau mengira kita sedang berkencan" balas Jimin.

Jimin benar. Seulgi merutuki kata-kata yang keluar dari mulutnya. Sekarang Jimin akan menganggap jika selama ini dirinya berpikir mereka sedang berkencan. 

Memalukan sekali.

"Kau ingin mencobanya?" Jimin bertanya sesaat setelah melihat perubahan raut wajah Seulgi.

"Apa?" Seulgi balik bertanya, ia tidak mengerti maksud lelaki itu.

"Berkencan denganku"

The Lost BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang