4

1.2K 254 12
                                    

"Better to have loved and lost. Than never to have loved at all." ― Alfred Tennyson

Seulgi menguap untuk yang kesekian kalinya. Hari ini toko roti tempatnya bekerja tidak terlalu ramai pengunjung. Mungkin akibat badai salju semalam yang membuat jalanan kota tertimbun gumpalan putih yang menggunung.

Ia terus saja mencubit pipinya secara bergantian untuk menghilangkan rasa kantuknya, tapi tetap tidak berhasil. Semua ini gara-gara Park Jimin yang semalam menginap dirumahnya. Paginya, tetangga sebelah rumahnya itu hanya mengucapkan selamat tinggal begitu melihat dirinya yang baru keluar dari kamar mandi dan langsung melesat pergi dengan cepat tanpa mengucapkan terimakasih.

"Apa semalam dia tidak sadar ya?"

Baru saja Seulgi hendak pergi ke belakang untuk mencuci mukanya, suara yang beberapa hari ini memenuhi kepala wanita itu hampir setiap saat membuatnya untuk tidak jadi beranjak dari tempatnya berdiri.

"Hai"

Jimin meremas pelan rambutnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jimin meremas pelan rambutnya. Kepala dan seluruh tubuhnya basah akibat air yang mengalir dari shower. Kepalanya pening, tidak biasanya ia seperti ini. Padahal setelah pulang dari rumah Seulgi, ia sudah meminum obatnya.

Lelaki itu juga berusaha mengingat apa yang semalam ia lakukan sampai-sampai Seulgi tertidur dengan posisi duduk di lantai sambil memegang tangannya.

-flashback-

"Kau tidak berguna"

"Lebih pantas mati saja"

"Dia mati gara-gara dirimu"

"Tidakkah kau sadar semua ini salahmu?"

Jimin berada di ruangan gelap tanpa cahaya. Ia berdiri ditengah seorang diri. Suara-suara itu terus saja menggema di telinganya.

Lelaki itu sudah tak tahan. Ia menutup kedua telinganya sambil berteriak. Meminta mereka untuk menghentikannya. Air mata menetes membasahi pipi Jimin.

"Hentikan, ku mohon" bisik Jimin

"Menghentikannya?" sahut sebuah suara

Jimin mendengak. Mata gelapnya bertemu dengan mata seorang gadis. Ia kenal persis siapa gadis itu, gadis yang sedang tersenyum di hadapannya sekarang.

Ingin rasanya Jimin memeluknya.

"Kau minta aku menghentikannya?" tanyanya lagi

The Lost BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang