11

1.3K 236 43
                                    

"The higher you build walls around your heart, the harder you fall when someone tears them down." -Unknown

Park Jimin terbangun dikamarnya. Ia terbangun dengan senyum mengembang yang menghiasi wajahnya, dirinya sedang dalam mood yang bagus. Setelah meregangkan badannya, Jimin berjalan menyibak tirai jendelanya.

Pria itu menghela nafas begitu melihat tumpukkan salju yang menggunung di halaman rumahnya. Ini hari libur, harusnya ia bisa bersantai dengan duduk didepan perapian sepanjang hari dengan ditemani secangkir coklat panas dan tayangan pertandingan bola kesukaannya tanpa dokumen yang menumpuk, tanpa ada rapat yang menyita waktunya, dan juga tanpa kontrak perjanjian lainnya. Tapi tampaknya perapian, coklat panas, serta tayangan pertandingan bola harus ditunda sejenak sebelum salju itu semakin menumpuk dan membuatnya tidak bisa keluar rumah.

Dengan malas Jimin berjalan kearah kamar mandi untuk membasuh mukanya setelah itu ia mengenakan mantel tebalnya sebelum mengambil peralatan perangnya. Ia harus siap sebelum melawan salju-salju itu.

"Ah sial" gumam Jimin.

Jimin mengeruk salju menggunakan sekopnya. Tangan dan mulutnya bekerja secara bersamaan.

"Mengapa salju ini rasanya semakin banyak" Jimin menggerutu dengan tangan yang masih mengeruk salju.

Jimin masih saja mengomel saat Kang Seulgi baru saja membuka pintu pagarnya, sebelah kiri tangan gadis itu menggenggam kantong plastik berisi belanjaan dan ia membulatkan matanya seketika saat melihat Jimin menatapnya.

Nafas Seulgi tercekat begitu Jimin berjalan mendekatinya. Seulgi masih tidak bisa melupakan kejadian di Oslo dua hari yang lalu, ia merasa masih canggung berada di dekat pria itu. Tapi sepertinya Jimin biasa saja, atau sebenarnya ia sama dengan Seulgi. Berusaha sekuat tenaga untuk menyangkal perasaan yang sebenarnya mulai tumbuh.

"Sepertinya kau tadi pergi ke supermarket?" sahut Jimin sambil menyenderkan tubuhnya di pagar.

"Jika sudah mengerti mengapa bertanya" Seulgi mendecak kesal.

Jimin tidak menghiraukan sindiran itu. Dengan seenaknya pria itu berjalan dan mengambil alih kantong belanjaan milik Seulgi, melihat apa saja yang dibeli wanita itu kemudian tersenyum senang.

Seulgi lebih suka menyebut senyuman Jimin mirip seperti senyuman iblis.

"Kembalikan" Seulgi berkata.

Jimin menggeleng dan langsung menarik tangan gadis itu menuju rumahnya. Seulgi sempat meronta namun tenaganya hanya sebesar dua lima persen dari tenaga Park Jimin. Jadi seperti biasa, Seulgi akan menuruti apa yang tetangga egoisnya ini mau.

"Aku bisa memasakkanmu chicken katsu" Jimin berseru.

"Aku bisa memasakkanmu chicken katsu" Jimin berseru

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Lost BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang