B- Bilangan

71 6 0
                                    

10,
Aah, ini konyol sekali.

Apa yang terjadi dengan mata seorang Andi Narendra sebenarnya? Ia memang lulusan fakultas MIPA, tapi dari jurusan Matematika, bukan biologi. Maka, ia sama sekali tidak mengerti bagaimana proses yang terjadi pada matanya hingga ia bisa menemukan seseorang dengan mudahnya di antara 10 orang di sekitarnya.

9,
Menemukannya jauh lebih mudah daripada menyelesaikan perkalian di otaknya.

Meski, manik matanya berusaha ia jatuhkan ke tempat lainnya, entah sebesar apapun usahanya untuk mengedarkan maniknya, tapi, hanya begitu saja, manik coklatnya kembali jatuh ke gadis itu. Semudah itu ia mendapatinya, seolah 9 orang di sekitar gadis itu hanya menjadi sekumpulan makhluk yang buram.

8,
Tidak, tidak, bukan karena tampilan luar gadis itu.

Gadis itu sama sekali tidak berpenampilan mencolok. Ketika teman-temannya sudah memoleskan berbagai kosmetik diam-diam, wajahnya hanya diolesi bedak tipis yang bertahan dari pagi hingga jam pelajaran kesatu atau kedua. Rambutnya pun sepertinya tidak pernah mendapatkan treatment khusus seperti teman-teman lainnya, ia hanya menggeraikan rambut hitamnya hingga lengan atasnya.

Ia tidak bisa berbohong bahwa ia sudah terlalu biasa berinteraksi dengan kaum hawa, sehingga jika ia harus memberikan nilai, maka ia paham bahwa penampilan gadis itu hanya bernilai 8.

7,
Lalu, faktor lain apa yang membuat seorang guru sepertinya mudah menemukannya?

Nilai ujian gadis itu?

Mungkin gadis itu memang dikenal di kalangan guru dengan nilainya yang bagus dan stabil, tapi, tidak begitu nilainya di pelajaran yang ia ajari. Sering kali ia mendapatkan nilai 7 di Matematika, ketika teman sekelasnya banyak yang mendapatkan nilai 8 hingga 9.

6,
Seperti sudah menjadi sebuah ritual, setelah nilai ulangan baru dibagikan, tepat begitu sekumpulan murid yang mengerubunginya bubar, gadis itu datang ke hadapannya dan memintanya untuk mengadakan kelas tambahan sebelum remedial. Selalu ia mengatakannya dengan sikap tidak enak dan sungkan kepada seorang guru, namun memancarkan kesungguhan dari binar matanya.

Hanya gadis itu saja yang selalu mendatanginya di berbagai kesempatan, bertanya berbagai soal kepadanya ketika murid-murid lain sudah tidak efektif lagi sejak dua kali kelas tambahan. Pfft, bahkan ia pernah mendatanginya hingga 6 kali sebelum remedial.

"Saya tidak mau meninggalkan satu pelajaran untuk fokus memperbesar nilai di pelajaran lain, pak. Kalau masih ada kesempatan untuk berusaha paham, kenapa harus ditinggalkan? Lagipula, UKT universitas target saya lebih murah untuk jalur SNMPTN, pak!"

Maka, Andi tidak pernah tidak tersenyum begitu mengingat jawaban gadis itu saat itu.

5,

"Jawaban yang ini benar, pak? Aaah, akhirnya...."

Ia tidak pernah merasa direpotkan oleh murid yang datang kepadanya untuk bertanya mengenai soal atau materi yang belum mereka pahami.

Namun, begitu gadis itu berhasil mengerjakan soal yang baginya sulit dan mengembangkan senyum penuh kepuasan yang menghiasi wajah mangkoknya, tanpa ia sadari senyum sosok itu dengan mudah masuk ke daftar 5 hal yang paling ia suka.

Baiklah, ini mulai merepotkan.

4,
Suara anak-anak yang mengerubunginya dan menyapanya, mengembalikkan guru mereka itu dari lamunan singkatnya.

Entah sudah berapa murid yang menyapanya saat ini, entah sudah seramai apa suara yang hinggap di telinganya, entah sudah berapa banyak wajah murid yang melintas di hadapan matanya, manik coklat gelapnya dengan mudahnya mencuri kesempatan melihat seorang gadis yang berjalan sambil memeluk buku ke arahnya.

Ah, tinggal 4 langkah lagi, mereka akan bertemu.

3,
Entah kenapa, gadis itu selalu berjalan tertunduk sehingga bebas baginya untuk diam-diam melihatnya berjalan dari kejauhan.

Dengar, ini tidak seperti yang kalian pikirkan, ia sama sekali tidak memiliki motif tersembunyi apapun, oke? Hanya saja, matanya memang sangat mudah untuk menemukannya dan alam bawah sadarnya seenaknya saja memandu dirinya untuk memperhatikan gadis itu. Sehingga, kini ia mampu menerka berapa lama atau berapa langkah lagi mereka akan bertemu.

Namun, kali ini ia salah.
Hanya dalam 3 langkah, mata mereka bertemu.

2,

"Selamat pagi, pak Andi."

Mungkin ini alasan bawah sadarnya memandunya untuk selalu mengikuti sosok itu, lihatlah, begitu ia menyalaminya seperti sebagaimana sikap seorang murid ke gurunya, gadis itu mengangkat wajahnya dan mengembangkan senyum dari bibir tipisnya.

Entah sesering apapun atau sebanyak apapun ia mendapatkan salam dan senyum dari muridnya, namun hanya milik siswi inilah yang selalu memiliki impact berbeda.

"Pagi juga. Siap belajar hari ini?"
Aah, untunglah setidaknya ia masih bisa menyadari bahwa ia adalah seorang laki-laki yang sudah masuk kepala 2 jadi tidak mungkin baginya untuk salah tingkah, bukan?

1,
Tidak, untuk yang satu ini, ia tidak bisa lagi mengatakan untunglah setidaknya ia masih bisa-

Ia memang seharusnya menyadari bahwa hanya ada 1 fakta yang menjadi sebuah alasan kuat baginya untuk mengabaikan perasaan ini.

Tidak mungkin baginya untuk jatuh ke seorang Nirina Anindya, muridnya sendiri, bukan?

ABC Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang