Setiba di kamar lututku terbalut perban. Begitu sadar aku masih duduk melihat laki laki kepala tiga itu membereskan kotak p3k dan tidak hentinya menggerutu tentang aku yang pulang malam dan sendirian kembali dari sekolah.
.
.
.
"Tidak akan lagi aku pulang malam. Ini yang terakhir."
.
.
Dia beralih sambil masih duduk melantai-menengadah di bawah kakiku yang rapat.
.
.
.
Dari sisi itu aku dapat melihat dengan jelas jakunnya lalu ke atas tampak rahang yang bersih dari jambang.
.
.
Reza memangku kotak putih serupa dengan kemeja yang ia kenakan membuatku tak bisa berhenti melihatnya dari gaya rambut yang diapik hingga kemeja putih yang lengannya tergulung menampakan jelas otot dan urat yg begitu kuat.
.
.
.
.
.
Baru kali ini aku begitu memperhatikan detail figur Reza semenjak hampir 10 tahun tinggal bersama.
.
.
Tapi kenapa baru sekarang aku begitu peduli dengan gaya rambut dan baju yang tak jauh berbeda dari hari biasanya.
.
'Padahal setiap hari juga liat muka buluknya sudah biasa'
.
.
"Rosa?"
.
.
Aku yang masih tak berhenti melihat jari-jari itu kini beralih secepat mungkin. Karena terlalu larut dalam pikiran aneh ini, tak sadar Reza sudah .
.
.
menyentuh punggung kakiku (?) dan mengangkatnya (!?)
.
'Argh! Abcdfghijklmn!'
.
.
Darahku kembali berdesir dan telapak kaki pun juga seakan mati rasa-begitu ringan saat ia mengangkatnya.
.
.
.
"Bagaimana dengan pergelangan kakimu? Apa terasa sakit?"
.
.
Dia dengan halus menggerakkan kakiku, memastikan kemungkinan cedera yang ada.
.
'Reza plis sayangi Jantungku!'
.
.
Aku menggeleng lalu melihat perban di lutut berusaha mengalihkan pandangan darinya,
.
"Sedikit tapi tidak sesakit lututku"
.
.
Sesaat setelah itu terdengar hembusan nafas yang keras terdengar seperti kekecewaan yang teramat sangat.
.
Aku yang mendengar lalu mencari ekspresi itu.
.
Reza lalu berdiri meletakkan kotak putih itu dimeja dan duduk di pinggir kasur merah muda tepat disampingku,
.
.
"maafkan aku ros. Maaf kalau paman tidak pernah benar menjagamu,"
.
Kesekian kalinya ia mengeluarkan kalimat itu sejak kali pertama bertemu hingga saat ini.
.
Entah kapan terakhir,
.
'ah, kejadian beberapa hari itu,'
.
Dan lagi aku teringat ibu.
.
Tidak baik jika aku mengingat hal itu sekarang. Disaat Reza dan aku telah berbaikan dan normal sedia kala,
'terkecuali aku.'
.
.
Aku memerhatikannya, lelaki itu tertunduk dengan punggung besar yang seakan menahan beban berat.
.
Pandangan menerawang jauh seakan bergelut dalam pikirannya.
.
.
Aku ingin memberi kekuatan meski dengan tangan yang dingin sebab angin malam.
.
.
Aku meraih tangan besar itu mencoba mengumpulkan dirinya kembali.
.
..
"Reza tidak salah. Aku saja yang tidak benar menjaga diri. Tidak menepati janji. Selalu bawa masalah dan membuang waktumu."
.
Aku yang terus mengikuti bahasa tubuhnya lalu menangkap mata hazel itu.
.
Reza balas menatapku.
.
'Rosa kuatkan hatimu!'
KAMU SEDANG MEMBACA
I Just Want Him, My Uncle
Teen FictionRosa kecil yang telah lama tinggal di Panti Asuhan, dan penghuni 'Kasih Ibu' yang mana sudah seperti keluarganya sendiri. Sekarang ia harus meninggalkan tempat itu karena seseorang yang mengaku sebagai saudara ibu kandungnya, Reza, akan mengadopsin...