"Apa yang kamu pikirkan sampai mau mengadopsi anak orang lain Reza? Kamu baru kehilangan istrimu setahun lalu. Apa itu tidak cukup membuatmu terpuruk? Dan sekarang kamu mau mengurus hidup orang lain. Itu tidak semudah yang kamu bayangkan."
Itu awal perdebatanku dengan Ibu. Aku lalu menjelasakan semua alasan kepada ibu hingga akhirnya memutuskan untuk mengadopsi anak seorang diri.
"Aku sudah lama mengambil keputusan itu dengan Sinta. Sinta dan aku adalah teman dekat Eszha begitu juga suaminya yang merupakan guruku. Aku tidak akan melupakan kebaikan mereka ibu,"
"Dan alasan aku sendiri ingin membesarkan anak mereka adalah agar aku bisa hidup kembali. Aku ingin berdiri kembali dari masa terberat itu. Ku mohon. Aku tidak akan melupakan tanggung jawabku. Tidak akan lagi. Aku yang gagal menjadi ayah dari anak yang dikandung Sinta. Tidak akan kuualangi lagi kesalahan itu" tambahku,
Perdebatan panjang dengan ibu itu adalah yang pertama.
Saat Sinta meninggal karena keguguran tanpa aku tahu, ibu seakan tak menyalahkanku. Malah menenangkanku dengan berkata bahwa itu semua adalah kecelakaan.
Meski itu aku terus menyalahkan diri hingga tak mampu bangun dari keterpurakan dan tak bisa kembali menulis.
Aku mengikuti rehabilitasi selama setahun dan mencari jawaban atas pertanyaan yang dulu muncul.
Hingga akhirnya aku kembali membuka beberapa dokumen dan album lama.
Semua foto semasa kecil aku dan Sinta sampai kami duduk di bangku SMA pun tidak pernah terpisahkan.
Aku selalu dibuat terkesima dengan senyum dancandanya seakan dia adalah pusat dunia bagi orang sekitar.
Sedari kecil ibu selalu mengingatkanku untuk selalu ramah dan tersenyum kepada semua orang dengan Sinta pun aku begitu saat kali pertama bertemu.
Namun berbeda dari yang lain, aku tidak pernah melihat senyum secerah itu seakan ia tak ada beban.
"Kalau kamu mau bermain denganku jangan memaksakan diri untuk tersenyum begitu" kata pertama itulah yang membuatku penasaran untuk mengenal ia lebih jauh.
Dia berbeda dengan orang-orang yang ibu kenalkan sebelumnya. Marga ibu 'Gondowijoyo' merupakan marga terkenal yang tak ada sekalipun orang tidak tahu.
Pebisnis besar di Negara sendiri meski itu hanya perusahaan milik kakek namun perusahaan ayah adalah anak dari perusahaan keluarga sekaligus mertuanya Gondowijoyo, ialah Anandi Publisher.
Meski banyak orang yang melihat ibu dan ayah sebagai teman bisnis berbeda dengan keluarga Sinta dan Dian seakan mereka adalah bagian dari keluarga kami.
Keluarga Diantara sendiri merupakan kerabat jauh dari keluarga ibu, sedang Pangestu yang merupakan kakek Sinta ialah teman bisnis Gondowijoyo di bidang properti juga bisnis bidang seni dan pendidikan yang memiliki beberapa galeri lukis dan sekolah desain-melukis.
Semua awal pertemuan itu membawaku pada cerita antara aku, Sinta, Dian, Eszha, dan Mas Roni. Tapi tidak seperti cerita pertemanan yang kekal untuk kami selalu bersama.
Pada akhirnya semua masa-masa itu menghilang seakan tak pernah terjadi dalam hidupku.
Seakan hidup ini telah ditentukan untuk aku selamanya sendiri dan menunggu kembali jawaban dari pertanyaan yang dulu itu datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Just Want Him, My Uncle
Teen FictionRosa kecil yang telah lama tinggal di Panti Asuhan, dan penghuni 'Kasih Ibu' yang mana sudah seperti keluarganya sendiri. Sekarang ia harus meninggalkan tempat itu karena seseorang yang mengaku sebagai saudara ibu kandungnya, Reza, akan mengadopsin...