Chapter 10: Red Line

1.1K 57 6
                                    


*Diharapkan sebelum membaca untuk memutar video music di atas agar terasa kesannya*

                                          SELAMAT MEMBACA PARA READERS

                                         ______________________________________________

Tangan yang ku sentuh ini terasa hangat. Juga dalamnya sorotan mata yang nampak kecil di balik kacamata tebal. Sedang telapak besar itu merangkul kedua tanganku yang tak sebanding.

Guratan tangannya nampak jelas membuatku terpaku.

Hangat telapak tangannya menyebar keseluruh aliran saraf, mengaktifkan metabolisme lebih cepat, dan mengalirkan darah ke seluruh pembuluh tubuhku.

Seakan aku dipeluk erat seutuhnya.

Padahal ia hanya menyentuh punggung jari ini, namun tanpa sadar aku tersenyum karenanya.

"Maaf. aku tidak akan mengulanginya lagi," kembali berbicara pada kedua mata itu, tapi tak satupun kata keluar dari bibirnya. Dia seakan tak menghiraukan dan malah memikirkan hal lain.

"Reza!" Dia lalu tersadar setelah mendengar namanya lantang ku sebut.

" Iya?" wajahnya menunjukkan ketidakpastian seakan dia tidak ada ditempat ini sejak awal.

"Reza dengar tidak aku bilang apa?" Dia hanya mengangguk tidak pasti. Spontan aku menepis tangannya kesal dan mood-ku berubah drastis karena sikapnya.

"Kenapa Ros, kok gitu tiba-tiba? Paman sedih loh" mendengar ia berbicara seperti itu lantas ku balas dengan melempar boneka monyet kecil 'tepat di muka'.

"Aduh, sakit..." Dia mengaduh kesakitan dengan senyum konyol dan mendramaritis keadaan.

Reza yang tidak pernah dewasa.


"Aku mau ganti baju dulu" Segera aku mengakhiri obrolan tanpa akhir ini. Ia segera mengiyakan, berdiri dan berjalan bukan ke arah pintu untuk keluar. Malah ke sisi lain kamar tepat di belakangku.


"Mau ngapain ke situ?" terkejut dengan arahtujuannya.

Aku segera berlari ke arahnya dan melindungi lemari kaca yang melebihi tinggiku. Namun badan jenjang itu tak menutup kemungkinan dapat melihat lemari besar di belakangku.

"Kenapa Ros?" Aku yang bersandar pada pintu lemari berusaha lari dari pandangannya.

"Biar aku sendiri yang ambil baju ganti," bukan tanpa alasan melarang Reza mendekati lemari. Aku juga perempuan yang telah paham privasi milikku. Dan aku bukan anak kecil lagi, Please!?

"Iya ya, Rosa sudah besar. Jadi tak perlu aku pilihkan baju lagi. Atau baju pilihanku terlalu kuno yang bukan seleramu," Reza tersenyum tapi tak sampai hati aku merasakan ketulusannya. Mata itu berbicara lain.

"Bukan begitu, aku"


Tok tok tok tok

Tok tok tok tok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
I Just Want Him, My UncleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang