8. (Edited Version)

8.9K 380 7
                                    

Malam ini perasaanku benar-benar dipermainkan. Kesal, bahagia, entah ingin kesal atau bahagia.

Baru saja ibu menelponku bahwa ibu dan bapak pergi keluar kota malam ini. Dadakan? sangat dadakan. Bapak bilang bahwa ada acara pernikahan saudaranya di kampung.

Aku ingin sekali ikut dengan mereka, tetapi bapak bilang,

"Kalau kamu ijin 3 hari, kamu akan terlewat banyak pelajaran,"

Padahal hanya bilang 'tidak boleh' saja sudah cukup, segala pakai embel-embel sekolah. Kesal mendengarnya.

Yang membuat ku agak senang. Aku di perbolehkan ibu untuk menginap dirumah Pak Dika. Mungkin pengaruh Pak Dika yang umurnya sama dengan kakakku, jadi ibu mempercayai Pak Dika.

"Memangnya aku boleh menginap dirumah kakak?" Tanyaku

"Boleh banget, gak ada yang larang," Jawab Pak Dika dengan senang.

Kami tiba dirumahku. Bagaimana aku masuk kedalam rumah? Setiap orang di rumah memiliki kunci masing-masing. Aku bergegas merapihkan bawaanku.

"Kak, udah siap semua. Aku mandi dulu yah, kakak mau mandi juga?" Tanyaku

"Tidak. Kalau saya mandi nanti kelamaan, kamu duluan aja," Ucapnya.

Tidak banyak bicara lagi, aku bergegas mandi agar tidak kemalaman sampai rumah Kak Dika. Sekitar 10 menit aku mempersiapkan diriku setelahnya kami langsung berangkat.

Diperjalanan, kami berbicara seputar masa lalu. Aku penasaran dengan masa lalunya Kak Dika saat ia masih di bangku menengah atas.

"Pelajaran apa yang Kak Dika gak suka?" Tanyaku.

"Eum..PKN," Ucapnya tegas. Aku pun akan menjawab hal yang sama jika diberi bertanyaan seperti itu.

"Kalau yang di suka?" Tanyaku

Ia terdiam sejenak, "Kamu," Jawabnya terdengar jelas.

"Hah?" Aku pura-pura tak dengar

"Ma..maksud saya, Bahasa Inggris, Seni Budaya dan Penjas," Ucapnya gugup.

"Kalau olahraga yang sering kakak lakuin sekarang ini apa?" Tanyaku

"Tidak banyak, hanya Gym dan renang," Jawabnya

Pantas, ia memiliki tubuh yang sangat atletis, membuat pikiranku traveling saat berdekatan dengannya seperti ini. Bukan memikirkan hal yang negatif, hanya membayangkan aku merasa terjaga olehnya.

Tidak ada obrolan yang serius lagi, aku merasa sedikit mengantuk karena perjalanan malam dengan keadaan jalan yang cukup padat.

Ponselku bergetar saat pesan grup obrolan masuk. Senang saat membaca pesan itu, teman seketaris dikelasku menyampaikan bahwa Pak Jack guru matematika tidak mengajar untuk besok.

"YESSSSS!" Seruku. Terdengar jahat, tetapi aku tidak munafik rasa senang ini.

"Eh, ada apa?" Tanya Kak Dika

"Ma..maaf kak, bukan apa-apa," Ucapku

Kami tiba di rumah Kak Dika, tidak terlalu lama hanya saja jalan macet membuat semuanya menjadi lama.

Aku benar-benar terkejut dengan bentuk rumah Kak Dika yang sangat luas dan besar. Apa ia tidak merasa kesepian tinggal dirumah sebesar ini?

"Ayo Li masuk, anggap aja rumah sendiri" ucap Kak Dika.

"I..iya kak"

Dengan sigap seorang asisten datang padaku dan membawa tasku. Tidak terbiasa dengan suasana seperti ini.

"Te..terima kasih," Ucapku. Sekilas, ia menundukan kepalanya lalu meberikan senyumnya.

Disaat aku sampai pada pintu masuk rumah, seorang wanita yang tidak terlalu tua keluar.

"Nak Dika baru sampai?" Ucapnya. Ia melihat ramah padaku, "Ini siapa nak?" Lanjutnya.

"Ini murid dikelas saya, Liam," Jawab Kak Dika.

Ia mengangguk, "Kalian lapar? Mau dimasakin apa Nak Dika?" Tawarnya.

"Apa saja bi yang ada di dapur," Ucap Kak Dika sambil memberikan acungan jempol.

"Baiklah, kalau gitu nanti bibi panggil kalau sudah jadi," Ucapnya.

Aku di ajak Kak Dika sampai lantai dua dan menuju kamar yang akan aku tempati. Kamar ku dan Kak Dika bersebelahan, mungkin kamar yang akan aku tempati ini untuk kamar tamu.

Kamar yang sangat mewah, dengan cahaya lampu yang membuat aku terlihat sangat tampan saat melihat cermin. Kasur yang sangat empuk dan nyaman dan lemari yang menyatu dengan dinding. Kamar impian semua orang.

Didalam kamar terdapat sebuah pintu yang yang terhubung langsung kamar Kak Dika. Untuk apa pintu ini?

"Kita tidurnya pisah, nanti kalau kamu takut tinggal bukan pintu disana aja yang langsung terhubung dengan kamar saya," Jelasnya.

"Setakut itukah saya," Protesku.

Kemudian Kak Dika meninggalkanku sendiri, ia pergi untuk membersihan dirinya. Kalau saja ia mandi dirumahku mungkin kami sekarang hanya tinggal menunggu makan.

Selagi menunggu keduanya, lebih baik aku mengerjakan tugas yang harus diselesaikan untuk minggu ini.

Seperti biasa, aku mengerjakan tugas sambil mendengarkan musik dengan earphone yang aku sumpal di kedua lubang telingaku. Menurutku, ada sensasi suasana yang berbeda belajar dengan ruangan kamar mewah yang luas. Terasa nyaman.

Saat aku sedang fokus mengerjakan tugas, tetiba aku merasakan tangan yang berjalan merangkulku. Aku terkejut langsung menoleh.

"Haduuuhhh Kakk... Bikin kaget aja,"

"Lagian tadi di panggil-panggil ga nyaut" Ucapnya.

"t..tapi ga usah ngerangkul juga kak,"

"Heemm, ga boleh?" Ucapnya sambil mendekatkan mukanya, aku tidak terkejut seperti sudah terbiasa. "Yaudah yuk turun kita makan" Ucapnya, lalu meninggalkan kamar.

Klik vote, jika kalian menyukai cerita ini. 🥰👍

Dibuat: 03 Apr 2018
Edited: 22 Nov 2022

I Love U My Teacher (Edited Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang