Persona 2: Homophobic

7.6K 1K 25
                                    

Aku hafal semua wajah dokter maupun perawat Departemen Bedah, tapi tidak dengan mereka berdua. Tak menunggu lama aku segera berjalan menuju arah kamar istirahat perempuan, membuka dan membanting pintu dengan kasar, agar mereka sadar bahwa tindakan mereka mengganggu. Masa bodoh denganku yang malah masuk kamar istirahat perempuan, untungnya kamar istirahat sedang sepi, kalau tahu akan begini lebih baik aku pulang ke apartemenku saja.

"Aku kan sudah bilang, aku tidak ada hubungan apa-apa dengannya, Mingyu! Kau lihat, akibat ulahmu mencumbuku di sini, rekan kerjamu jadi melihat kita. Aku tidak ingin semua orang mencibirmu, aku mohon." Suara laki-laki itu terdengar frustrasi.

Aku masih menyandarkan telingaku di pintu, masih ingin tau apa yang mereka bicarakan.

"Tenanglah, Soo. Aku tidak akan tersentuh, kedudukanku aman. Aku minta maaf sayang, aku cemburu dan aku hanya takut kehilanganmu." Pria yang aku duga bernama Mingyu itu angkat bicara, sayang sekali lelaki harus dengan lelaki. Dunia macam apa ini, Tuhan?

Terdengar derap langkah yang semakin menjauh diiringi teriakan suara Mingyu, "Jisoo-ya kumohon!"

Suara yang kuduga keluar dari mulut pria bernama Jisoo terdengar dari jauh, "Kendalikan dulu rasa cemburumu baru akan kubiarkan kau menemuiku." Sesaat kemudian hening kembali menyergap, aku masih setia menempelkan telingaku di pintu sampai kudengar suara pintu sebelahku dibanting kasar. Sial! Aku kaget.

~~~

Pagi yang menyegarkan, setelah selesai membersihkan badan dan berganti baju, aku membereskan barang-barangku karena hari ini aku akan pulang ke apartemen. Aku mendapat jatah libur keesokan harinya. Hari ini ada jadwal perkenalan dengan kepala departemen yang baru. Tanganku membeku sambil menggenggam erat kenop pintu kamar istirahat, disampingku laki-laki tampan yang kemarin ku lihat di lobby rumah sakit baru saja keluar dari kamar istirahat dokter bedah laki-laki. Ya Tuhan, mimpi apa aku semalam pagi-pagi begini sudah disuguhkan salah satu masterpiece-Mu. Ah bodohnya aku, bagaimana mungkin aku mengagumi laki-laki, toh aku juga salah satu masterpiece ciptaan Tuhan kok. Persetan dengan kejadian dua orang laki-laki bercumbu kemarin, lagipula aku tidak melihat wajah mereka dengan jelas. Buru-buru aku menganggukkan kepala dan mengulas senyum dengan laki-laki yang masih bersandar di pintu. Dia tertegun sebentar, membalas senyumku kemudian beranjak pergi.

~~~

Aula kecil khusus Departemen Bedah telah dipenuhi oleh seluruh dokter, perawat, serta staff khusus departemen. Di depan ada podium kecil yang sudah pasti digunakan untuk serah terima jabatan kepala departemen dan sambutan singkat. Aku selalu bosan acara seremonial seperti ini ditambah lagi harus mengatakan selamat tinggal pada jabatan incaranku.

"Selamat pagi para rekan sejawat dan para staff khusus departemen, perkenalkan saya Kim Mingyu selaku Kepala Departemen Bedah yang baru, mohon kerjasama dan bantuannya agar kita bisa memajukan Departemen Bedah dan bisa melayani pasien dengan sebaik-baiknya." Riuh tepuk tangan mewarnai sambutan perkenalannya.

Sebentar?! What?! Wajah tampan di lobby rumah sakit. Mingyu. Min-Gyu. Salah satu dari dua orang laki-laki yang bercumbu kemarin. Kepala Departemen Bedah yang baru. Gay. Bagaimana bisa? Tuhan, bagaimana mungkin aku dipimpin orang itu. Aku memijit pelipisku gusar. Rutukanku tak berhenti tentang acara seremonial membosankan ini, sampai aku sadar bahwa banyak pasang mata yang melihat ke arahku.

Aku masih bingung, tidak sadar dengan apa yang sedang terjadi sampai Jihoon berkata pelan, "Kau menjadi wakil kepala departemen bedah Wonwoo-ya, kau akan ber-partner dengan dokter Kim." Aku membelalakkan mata tak percaya, melempar pandang ke arah kepala departemen bedah yang baru, kulihat dia malah sedang mengibaskan tangannya, menyuruhku menghampirinya yang berdiri di podium.

"Berdasarkan kinerja dan kedisiplinannya, serta rekomendasi dari para rekan sejawat senior, maka dengan ini saya memilih dokter Jeon untuk mendampingi saya menjalankan tanggung jawab di Departemen Bedah periode ini. Semoga kami bisa bekerja sama dengan baik. Terima kasih." Dokter Kim menutup sambutannya dengan ulasan senyum yang sialnya sangat menambah ketampanan untuk ukuran lelaki yang orientasinya menyimpang ini.

"Aku rasa kau sudah tahu tentangku kan dokter Jeon?" Suara beratnya  terdengar berbisik begitu dekat di telinga sehingga membuatku tersentak.

"A-apa yang kau maksud dokter kepala?" Sial sial, aku tak bisa menyembunyikan kegugupanku.

"Panggil saja Mingyu dan jangan berpura-pura polos, kau tau rahasiaku kan, dilihat dari caramu menyikapi peristiwa itu aku bisa lihat kau orang yang konservatif dan lurus." Pria di depanku terkekeh meremehkan.

"Selama itu adalah hal yang benar aku tidak keberatan menjadi orang yang konservatif dan lurus, dokter Kim yang terhormat." Aku mengedikkan bahu dan berjalan membebaskan diri dari acara seremonial memuakkan ini.

Aku berniat mencari Jihoon yang telah lebih dulu meninggalkan aula, dia pergi lebih dulu katanya Soonyoung akan berkunjung dan dia sudah tidak bisa menahan rindunya lagi. Tak terlalu sulit menemukan Jihoon dan Soonyoung jika kau sudah mengenalnya, tempat kencan favorit mereka adalah taman belakang rumah sakit. Sebentar, tapi kulihat mereka tak hanya berdua melainkan ada satu orang yang ikut bercengkrama dengan mereka, tanpa perlu menunggu lama aku segera berlari menghampiri mereka.

"Wonwoo?! Apa acaranya sudah selesai?" Jihoon langsung menyadari kehadiranku. Aku mengangguk sekilas ke arah Soonyoung dan teman pria mereka, baru kemudian menjawab pertanyaan Jihoon.

"Tidak. Belum selesai. Aku terlalu malas menghadiri acara seremonial seperti itu." ujarku cepat.

"Ah iya, Wonwoo-ya ini perkenalkan sahabatnya Soonyoung dan juga sahabat dokter kepala departemen yang baru, namanya Jisoo. Soonyoung, Jisoo, dan dokter Kim ternyata teman masa kecil lho, Won. Dunia sempit kan?" Jihoon masih bercerita panjang lebar, lalu aku, otakku sibuk mencerna nama Jisoo, sampai akhirnya.

"Apa?! Jisoo?! Eh, oh, hai Jisoo-ssi, senang berkenalan denganmu. Maaf aku hanya terlalu kaget." ujarku kikuk.

Pria bernama Jisoo mengulas senyum, senyuman yang amat sangat manis, pantas saja si dokter kepala itu cinta mati, pasangannya saja manis begini. Aku tersentak sesaat ketika menyadari bahwa dokter Kim telah ada di kumpulan kami, memeluk prianya dari belakang, oh Tuhan. Lagi-lagi mataku ternodai.

To be continued

P.S.

Hehehe, update sebelum waktunya nggak apa-apa yaa. Mata Wonwoo lagi-lagi ternodai, kasian mata Wonwoo. Selamat membuka kotak pandora!

Persona [Meanie] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang