"Kau sudah berada di Korea? Aku harap kau segera menceritakan semua padanya."
."Kau yakin akan menyakitinya untuk kedua kali, hyung?"
."Mingyu harus menikah dengan seorang perempuan, Soo. Dan aku akan menjadwalkan pertemuan perjodohan untuknya."
.Tuutt ... Tuutt ... Tuutt ...
Pria manis dengan binar mata lembut seperti kucing itu sedang terduduk lunglai di sofa apartemennya dan memijat pangkal hidung dengan frustrasi. Panggilan telepon dari seberang yang diputus begitu saja membuatnya pusing apalagi jadwal kencan buta yang akan dibuat Jongin untuk Mingyu. Jisoo tahu bahwa Mingyu masih rutin mengunjungi dokter Zhangㅡpsikiater cantikㅡdi rumah sakit tempat kekasihnya itu bekerja untuk berkonsultasi dan setahu Jisoo, Mingyu masih rutin meminum obat penenang. Ah sepertinya panggilan kekasih tidak lagi harus disematkan Jisoo untuk Mingyu karena sekarang ia benar-benar telah bertekad untuk menceritakan semuanya tanpa terkecuali pada seseorang yang telah ia anggap seperti adiknya sendiri.
Seokmin datang membawakan secangkir teh krisan favorit Jisoo saat di Amerika dulu.
"Konsumsi antioksidan baik untuk radikal bebas yang menggerogoti pikiranmu." Jisoo menerima cangkir yang disorongkan Seokmin padanya. Tangan pria tegap berhidung bangir itu mengusap pelan punggung Jisoo saat sedang meminum tehnya. "Lalu, ada yang ingin kau bagi denganku?"
"Seokmin-ah, Jongin-hyung memintaku menceritakan semua pada Mingyu. Dan dia ingin menjodohkan Mingyu dengan seorang perempuan. Aku tidak ingin Mingyu kembali trauma seperti dulu." Hela napas panjang mengudara pada ruang apartemen mewah milik Jisoo.
"Aku tidak apa-apa, jangan diceritakan dulu pada Mingyu tentang hubungan kita. Biarkan ia yakin akan perasaannya pada Wonwoo, kau harus mengatur kebersamaan mereka agar semakin intens, Shua-ya." Kali ini kepala Jisoo sudah bersandar di dada bidang milik Seokmin. Jisoo dapat merasakan hangat deru napas milik sang kekasih menggelitik puncak kepalanya. Kecupan kecil nan dalam bisa ia rasakan dari pria yang telah menemani masa-masa jatuh dan bangkitnya selama di Amerika.
"Aku mencintaimu Seokmin-ah, sangat mencintaimu."
"Aku lebih mencintaimu."
~~~
Setelah kejadian malam itu di ruang istirahat departemen bedah, Mingyu menangis di bahu Wonwoo hingga tertidur. Sedangkan pria manis bermata rubah itu mengusap punggungnya semalaman. Entah perasaan menggelitik apa yang sedang hinggap di hati dan otak Mingyu, rasanya ia selalu ingin mengikuti pria manis itu ke mana pun ia pergi. Mingyu tahu bahwa Wonwoo rela bahunya terasa kebas akibat menahan beban kepala dirinya yang menangis semalaman akibat kebohongan Jisoo yang belum bisa ia pastikan juga hingga sekarang.
"Ya ampun dokter Kim, jangan mengikutiku terus. Memangnya kau tidak ada kegiatan lain?" Wonwoo merasa jengah karena dokter Kim yang selalu terlihat berwibawa itu kini bagai anak ayam kehilangan induk jika berada di dekatnya, namun jangan salah jika di hadapan bawahannya yang lain maka Mingyu kembali memasang aura dominan dan kewibawaannya sebagai dokter kepala departemen bedah rumah sakit terkenal di Seoul.
"Berjanji padaku jika telah selesai melakukan visit maka kau harus makan siang denganku. Ya? Ya?" Mingyu memasang tampang memelasnya serupa anak anjing yang dibuang di pinggir jalan. Sedingin apapun Wonwoo, ia paling tidak bisa menolak apapun yang membuat hatinya meleleh. Termasuk tampang anak-anjing-sok-polos milik seorang Kim Mingyu.
"Baiklah aku setuju. Tapi kau juga harus berjanji padaku." Wonwoo berucap dan Mingyu hanya menganggukan kepalanya masih dengan tatapan polos.
KAMU SEDANG MEMBACA
Persona [Meanie] ✓
FanfictionJeon Wonwoo, dokter muda yang sukses dengan gelar spesialis bedah. Konservatif dan hidupnya sangat terikat peraturan. Baginya, hidup yang lurus-lurus saja akan lebih menenangkan. ~~~ Kim Mingyu, dokter kepala departe...