Osaka
"Kau merindukanku? Aku sengaja memanjangkan business trip di sini hanya untuk menghabiskan waktu denganmu." Pria manis dengan mata yang begitu teduh berbicara di sela-sela pelukan erat kekasihnya.
"Sangat sayang, aku hampir gila karena merindukanmu. Bagaimana kau dengannya? Apa baik-baik saja?" Seorang pria yang lebih tinggi dengan hidung runcing dan garis rahang yang begitu tegas masih setia memeluk kekasihnya sambil sesekali mengecup rambut cokelat yang begitu lembut milik pria manisnya.
"Aku telah menemukan satu orang yang cocok untuknya. Dia manis, meski agak kurang bersahabat pada awalnya, aku yakin Mingyu akan menaruh hati padanya. Kau tahu sendiri, Mingyu menyukai tantangan. Seokmin-ah, mau menungguku sebentar lagi kan?" Jisoo menengadahkan kepalanya, menatap sendu ke arah Seokmin yang juga balas menatapnya. Ya, pria manis itu Jisoo, kekasih Mingyu, belahan jiwa Seokmin.
Seokmin mengangguk dan menenggelamkan wajahnya sekali lagi ke rambut cokelat beraroma vanilla milik belahan jiwanya.
~~~
Seoul
Mingyu memeriksa gawai yang sejak tadi berada dalam genggamannya. Ditekannya lagi tombol unlock hingga akhirnya ditekan lagi tombol lock, begitu saja berkali-kali. Wonwoo yang duduk di depannya menatap Mingyu lekat-lekat, jengah akan apa yang dilakukan oleh sang dokter kepala di hadapannya, refleks ia mencebikkan bibir sambil merebut paksa gawai Mingyu dengan logo apel tergigit. Si empunya gawai terkejut dengan tiba-tiba karena ada jemari lentik dan halus yang baru saja bersentuhan dengan indra perabanya.
"Apa yang kaulakukan?" Mingyu menatap Wonwoo, bingung atas tindakan yang baru saja dilakukan rekan sejawat di hadapannya.
"Tidak usah sibuk dengan ponsel, kalau kau menunggu kabarnya, mengapa tidak menelepon duluan saja sih?" Mingyu terpaku, baru kali ini dokter Jeon yang terkenal dingin seantero rumah sakit mau repot-repot mengurusi urusan orang lain.
"Tidak bisa. Jisoo-hyung mengatakan bahwa dalam hubungan kita, ia yang akan menghubungiku lebih dulu, sebagai indikator kesibukannya. Aku sih tidak masalah, apapun akan kulakukan untuknya." Mingyu berkata pelan, sedikit menyendu yang lagi-lagi dibalas dengan kalimat tajam dari mulut Wonwoo.
"Cih! Itu cinta atau perjanjian? Cinta atau balas budi? Lagipula sebenarnya siapa sih dominan di antara kalian. Kok bisa-bisanya kau diatur seperti itu. Aku muak melihatmu seperti mayat hidup, bukan dokter Kim sekali." Wonwoo melipat tangannya di depan dada dan menaikkan satu kakinya untuk ditumpu pada lutut kaki yang lain.
"Jeon, kau salah obat? Tidak biasanya kau begini. Pengabaian adalah hal biasa yang aku dapat darimu, tapi kepedulian ... Sungguh, ini benar dirimu?" Mingyu menatap Wonwoo tak percaya, yang ditatap hanya buang muka, hendak berdiri dan menuju pantry ruang istirahat dokter untuk membuat cokelat hangat.
"Cokelat hangat, untuk meredakan mood-mu yang berantakan. Cepat habiskan, hari ini kita jalan-jalan." Wonwoo kembali dari pantry dengan dua cangkir cokelat hangat, dengan salah satunya ia ulurkan untuk Mingyu.
"Kalau kita jalan-jalan, lalu siapa yang stay di rumah sakit?" Sebagai seorang kepala departemen bedah, ia tidak akan mudah melepas tanggung jawabnya begitu saja. Keselamatan pasien adalah yang nomor satu dalam kamus Kim Mingyu.
"Tenang saja, ada dokter Jung dan Jihoonie." Wonwoo mengibaskan tangannya, seakan-akan itu adalah hal yang sangat sepele.
"Kau? Sungguh, ini bukan dokter Jeon sama sekali. Kau tidak sedang kerasukan arwah pasien yang gagal operasi kemarin sore kan?" Mingyu berbicara asal dan mendapat tendangan ringan tapi sakit di tulang tibia miliknya dari dokter paling dingin sekaligus paling manis di rumah sakit tempat mereka bekerja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Persona [Meanie] ✓
FanfictionJeon Wonwoo, dokter muda yang sukses dengan gelar spesialis bedah. Konservatif dan hidupnya sangat terikat peraturan. Baginya, hidup yang lurus-lurus saja akan lebih menenangkan. ~~~ Kim Mingyu, dokter kepala departe...